Interaksi ketiga elemen dasar tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.2. berikut.
Gambar 2.2. Pendekatan Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja sumber : Najmi, et. al, 2005
2.1.2. Indikator Kinerja
Moeheriono 2012 merangkum definisi-definisi indikator kinerja sebagai
berikut:
1. Nilai atau karakteristik tertentu yang digunakan untuk mengukur output
atau outcome suatu kegiatantindakan.
2. Alat ukur yang digunakan untuk menentukan derajat keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya.
3. Ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
4. Informasi operasional yang berupa indikasi mengenai kinerja atau kondisi
suatu fasilitas atau kelompok fasilitas.
Universitas Sumatera Utara
Mustopadidjaja 2000 menyatakan bahwa di dalam pengukuran kinerja akan dimunculkan indikator-indikator kinerja, dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi
yaitu:
1. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan
kesalahan interpretasi.
2. Dapat diukur secara obyektif, baik yang bersifat kuantitatif, maupun
kualitatif. 3. Relevan, harus menangani aspek-aspek obyektif yang relevan.
4. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna. Hal ini bertujuan agar pengukuran kinerja dapat menunjukkan keberhasilan masukan, keluaran,
hasil, manfaat, dan dampak, serta proses.
5. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan atau penyesuaian
pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan .
6. Efektif. Data atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan dan diolah, dan dianilisis dengan biaya
yang tersedia.
2.1.3. Quantitave Models for Performance Measurement System QMPMS
Menurut Bititci, et al. 2001 sistem pengukuran kinerja melibatkan sejumlah ukuran-ukuran kinerja multi dimensional, seperti biaya, kualitas, waktu, dll. Integrasi
beberapa ukuran multi dimensional yang ditunjukkan dalam unit-unit heterogen menjadi sebuah unit tunggal merupakan suatu masalah yang perlu dihadapi. Berikut ini tiga
langkah utama metode QMPMS dalam penyusunan sistem pengukuran kinerja:
Universitas Sumatera Utara
1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya. 2. Menyusun faktor-faktor tersebut secara hirarki.
3. Mengukur pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kinerja. Ketiga langkah pendekatan diatas dikembangkan sebagai model acuan dari
metode QMPMS ditunjukkan pada Gambar 2.3. berikut.
Gambar 2.3. Kerangka kerja pendekatan QMPMS Sumber : Bititci, et al., 2001
2.1.3.1 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Hubungannya
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja merupakan langkah yang paling penting dalam penerapan QMPMS. Kegagalan dalam mengidentifikasi seluruh
faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya akan menyebabkan gangguan terhadap hasil rancangan. Untuk menyelidiki dan mengidentifikasi faktor-faktor tersebut
digunakan peta kognitif cognitive maps.
Step 1 Identification of factors affecting performance
and their relationship. Tools: Cognitive maps
Step 2 Structuring the factors hierarchically
Tools: Cause and Effect Diagrams and Structured Diagrams
Step 3 Quantifying the effects of factors on
performance Tools: Analytic Hierarchy Process
Universitas Sumatera Utara
Suwignjo, et al 2000 memberikan contoh peta kognitif sebagai berikut, misalkan seseorang ingin pindah ke negara lain. Dia ingin memilih negara yang dapat
menambah kekayaannya di Bank. Dia dapat menggunakan cognitive maps untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uangnya di bank, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Cognitive Maps Sumber : Suwignjo, et al., 2000
Secara umum pengaruh dari sebuah faktor terhadap kinerja dapat dikelompokkan menjadi:
1. Direct vertical effect pengaruh langsung Pengaruh langsung dari sebuah faktor terhadap kinerja adalah sebuah
agregatkumpulan dari seluruh pengaruh dari faktor kinerja terhadap kinerja melalui faktor itu.
2. Indirect horizontal effect pengaruh tidak langsung Indirect effect adalah pengaruh dari sebuah faktor terhadap kinerja melalui
faktor lain pada level yang sama
Amount of money in the bank
Initial Deposit
Interest Savings
paid in +
+ +
+
+ +
Universitas Sumatera Utara
3. Self-interaction effect Self-interaction effect adalah pengaruh dari sebuah faktor terhadap dirinya
sendiri.
2.1.3.2 Menyusun Faktor-Faktor Secara Hirarki
Pada langkah pertama, perhatian utama hanya menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi dan hubungannya. Tidak ada usaha untuk mengelompokkan faktor-faktor
pada level yang sama dalam satu kelompok. Tools yang digunakan untuk menyusun hirarki adalah Cause and effect diagram dan tree diagram. Diagram sebab akibat
ditunjukkan pada Gambar 2.5. berikut.
Gambar 2.5. Diagram Sebab Akibat Sumber : Suwignjo, et al., 2000
Diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui susunan hirarki dari faktor- faktor tersebut. Sebuah faktor adalah anggota level 0 jika faktor ini dipengaruhi oleh
faktor lain namun tidak mempengaruhi faktor lain. Sementara, faktor yang secara langsung mempengaruhi faktor lain pada level tertentu akan menjadi anggota level
berikutnya yang lebih rendah. Diagram pohon yang digunakan dalam penyusunan hirarki dapat dilihat pada
Gambar 2.6. berikut.
Amount of money in the bank
Saving s Initial Deposit paid in
Interest
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6. Tree Diagram Sumber : Suwignjo, et al., 2000
Diagram pohon dapat digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai struktur hirarki.
2.1.3.3 Mengukur Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Kinerja
Pengaruh relatif dari faktor-faktor direct, indirect, dan self interaction dapat diukur menggunakan prosedur Analytical Hierarchy Process AHP. Proses pengukuran
dijalankan berdasarkan hasil perbandingan berpasangan diantara faktor-faktor. Untuk tiap pasangan faktor dari level tertentu, pengaruhnya terhadap faktor lain dari level
berikutnya yang lebih tinggi direct effect atau terhadap faktor dalam kelompok yang sama indirect effect dibandingkan. Sebuah nilai yang berada antara satu sama-sama
penting dan sembilan pasti lebih penting akan ditetapkan untuk tiap perbandingan, bergantung pada pertimbangan subyektif dari analisis. Pengaruh-pengaruh relatif dari
faktor-faktor terhadap kinerja dapat dibangkitkan dengan menormalisasi eigen vector dihubungkan dengan nilai eigen maksimum dari matriks perbandingan berpasangan.
Kuesioner perbandingan berpasangan dan matriks perbandingan berpasangan ditunjukkan pada Gambar 2.7. berikut.
Amount of money in the Bank
Interest Savings paid in
Initials deposit
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7. a kuesioner perbandingan berpasangan, b matriks perbandingan berpasangan
Sumber : Suwignjo, et al., 2000
2.1.4. Structural Equation Modeling SEM
Structural equation modeling SEM adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara konstruk laten dan indikatornya, konstruk laten yang
satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung. SEM memungkinkan dilakukannya analisis di antara beberapa variabel dependen dan independen secara
langsung Hair et al, 2006. Teknik analisis data menggunakan SEM, dilakukan untuk menjelaskan secara
menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan
Amount of Deposit Interest Saving Priority money in bank
Deposit 1 5 15 0.212 Interest 15 1 18 0.062
Saving 5 8 1 0.726 The priority in the table is computed using
QMPMS software developed at DMEM.
Level : 0 Factor : Amount of money in bank.
Sub-factors : Initial deposit, Interest, Saving.
Row Absolutely Very Strong Weak Equal Weak Strong Very Absolutely Column Strong Strong
1.1 Deposit - - V - - - - - - 1.2 Interest 1.1 Deposit - - - - - - V - - 1.3 Saving
1.2 Interest - - - - - - - - V - 1.3 Saving
a
b
Universitas Sumatera Utara
suatu model. Oleh karena itu, syarat utama menggunakan SEM adalah membangun suatu model hipotesis yang terdiri dari model struktural dan model pengukuran dalam
bentuk diagram jalur yang berdasarkan justifikasi teori. SEM adalah merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian
hubungan secara simultan. Hubungan itu dibangun antara satu atau beberapa variabel independen Santoso, 2011.
SEM menjadi suatu teknik analisis yang lebih kuat karena mempertimbangkan pemodelan interaksi, nonlinearitas, variabel-variabel bebas yang berkorelasi correlated
independent, kesalahan pengukuran, gangguan kesalahan-kesalahan yang berkorelasi correlated error terms, beberapa variabel bebas laten multiple latent independent
dimana masing-masing diukur dengan menggunakan banyak indikator, dan satu atau dua variabel tergantung laten yang juga masing-masing diukur dengan beberapa indikator.
Dengan demikian menurut definisi ini SEM dapat digunakan alternatif lain yang lebih kuat dibandingkan dengan menggunakan regresi berganda, analisis jalur, analisis faktor,
analisis time series, dan analisis kovarian Byrne, 2010. Yamin 2009 mengemukakan bahwa di dalam SEM peneliti dapat melakukan
tiga kegiatan sekaligus, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen setara dengan analisis faktor konfirmatori, pengujian model hubungan antar variabel laten
setara dengan analisis path, dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prediksi setara dengan model struktural atau analisis regresi.
Dua alasan yang mendasari digunakannya SEM adalah 1 SEM mempunyai kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple
relationship. Hubungan ini dibentuk dalam model struktural hubungan antara konstruk
Universitas Sumatera Utara
dependen dan independen. 2 SEM mempunyai kemampuan untuk menggambarkan pola hubungan antara konstruk laten dan variabel manifes atau variabel indikator.
Menurut Wijanto 2008, dari segi metodologi, SEM memainkan berbagai peran, dianataranya, sebagai sistem persamaan simultan, analisis kausal linier, analisis lintasan
path analysis, analysis of covariance structure, dan model persamaan struktural. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang membedakan SEM dengan regresi biasa
maupun teknik multivariat yang lain, karena SEM membutuhkan lebih dari sekedar perangkat statistik yang didasarkan atas regresi biasa dan analisis varian. SEM terdiri
dari 2 bagian yaitu model variabel laten dan model pengukuran. Kedua model SEM ini mempunyai karakteristik yang berbeda dengan regresi biasa. Regresi biasa, umumnya,
menspesifikasikan hubungan kausal antara variable-variabel teramati observed variable, sedangkan pada model variabel laten SEM, hubungan kausal terjadi diantara
variable-variabel tidak teramati unobserved variables atau variable-variabel laten.
Wijanto 2008 menunjukan bahwa penggunaan variable-variabel laten pada regresi berganda menimbulkan kesalahan-kesalahan pengukuran measurements errors
yang berpengaruh pada estimasi parameter dari sudut biased-unbiased dan besar kecilnya variance. Masalah kesalahan pengukuran ini diatasi oleh SEM melalui
persamaan-persamaan yang ada pada model pengukuran. Parameter-parameter dari persamaan pada
model pengukuran SEM merupakan “muatan faktor” atau factor loadings dari variabel laten terhadap indicator-indikator atau variable-variabel termati
yang terkait. Dengan demikian, kedua model SEM tersebut selain memberikan informasi tentang hubungan kausal simultan di antara variable-variabelnya juga memberikan
informasi tentang muatan faktor dan kesalahan-kesalahan pengukuran. Wijanto 2008
Universitas Sumatera Utara
lebih mendorong penggunaan SEM dibandingkan regresi berganda karena 5 alasan
sebagai berikut:
1. SEM memeriksa hubungan di antara variabel-variabel sebagai sebuah unit, tidak seperti pada regresi berganda yang pendekatannya sedikit demi sedikit
piecemeal.
2. Asumsi pengukuran yang andal dan sempurna pada regresi berganda tidak dapat dipertahankan, dan pengukuran dengan kesalahan dapat ditangani dengan mudah
oleh SEM.
3. Modification Index yang dihasilkan SEM menyediakan lebih banyak isyarat tentang arah penelitian dan pemodelan yang perlu ditindaklanjuti dibandingkan
pada regresi. 4. Interaksi juga dapat ditangani dalam SEM.
5. Kemampuan SEM dalam menangani non recursive path.
2.1.4.1. Penerapan SEM dalam Metode QMPMS Tiga langkah utama metode QMPMS dalam penyusunan sistem pengukuran
kinerja dapat dianalisis menggunakan metode structural equation modeling. Dengan penggunaan SEM pada langkah-langkah dalam QMPMS maka tidak perlu digunakan
lagi cognitive map, tree diagram, cause and effect diagram, dan analytical hierarchy process sebagai alat bantu. Prosedur pengujian SEM yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Pengembangan model struktural berdasarkan teori yang mendukung
Universitas Sumatera Utara
Tahap ini untuk mengidentifikasi seluruh faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya, apakah berpengaruh langsung direct effect, tidak
langsung indirect effect, atau self-interaction effect. Tujuan dari pengembangan model struktural untuk menguji validitas dan realibilitas pola
hubungan antar variabel dari sebuah konsep atau teori yang direpresentasikan dengan sebuah model sehubungan dengan masalah yang
akan diteliti.
2. Pengembangan diagram jalur pola hubungan sebab akibat antar variabel
laten eksogen dan variabel laten endogen
Langkah satu adalah visualisasi pola hubungan tersebut dalam diagram sehingga lebih mudah untuk dilakukan pengujian. Karena goodness of fit test
akan dikenakan terhadap model tersebut untuk menguji kesesuaiannya dengan realita maka sebaiknya disiapkan beberapa alternatif model pola
hubungan. 3. Pengembangan model persamaan struktural dan model pengukuran
Setalah proses identifikasi maka dilakukan penyusunan faktor-faktor secara hirarki menggunakan diagram pohon dan diagram sebab akibat. Untuk
menunjukkan tingkatan level dari setiap faktor variabel dan
hubungannya.
Apabila diagram jalur pola hubungan antara variabel laten eksogen dan endogen telah jelas dan koefisien hubungan masing-masing variabel
diidentifikasi maka model persamaan struktural dan model persamaan pengukuran telah dapat dirumuskan. Langkah berikutnya dilakukan
Universitas Sumatera Utara
perumusan hipotesis yang ditindaklanjuti dengan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen yang mengacu kepada variabel manifes dari
masing-masing variabel laten. Untuk pengujian hipotesis dalam teknik SEM perhitungan skor butir-butir yang valid dan reliabel dilakukan dengan
menggunakan metode confirmatory factor analysis CFA. 4. Menyusun matriks input dan estimasi model
Tahap terakhir dalam perancangan model pengukuran kinerja ini adalah dengan mengukur pengaruh dari faktor-faktor terhadap kinerja dengan
menggunakan perbandingan matriks dalam prosedur SEM. Ada dua tipe matriks yang perlu dibuat. Matriks pertama adalah matriks korelasi yaitu
matriks yang elemen-elemennya adalah hasil perhitungan koefisien korelasi antar variabel laten. Berdasarkan variabel laten akan diketahui variabel laten
eksogen mana yang lebih kuat pengaruhnya terhadap variabel laten endogen tertentu. Disamping itu, dengan diketahuinya koefisien korelasi antar
variabel laten dalam diagram jalur maka dapat pula diketahui jalur-jalur
mana yang mempunyai pengaruh yang lebih dominan.
Matriks kedua ialah matriks kovarians yaitu matriks yang ele-men- elemennya adalah hasil perhitungan kovarians antar variabel yang dapat
diobservasi langsung yaitu antar variabel manifes X dan variabel manifes Y. Koefisien kovarians mengukur hubungan antar dua variabel laten dalam
struktur.
∑ ̅
̅
...............2.1.
Universitas Sumatera Utara
5. Melakukan evaluasi kesesuaian model
Evaluasi kesesuaian model dapat dibagi atas dua bagian yaitu pertama menguji kesesuaian model secara keseluruhan overall model fit test dan
kedua menguji secara individual signifikansi hasil estimasi parameter model. Pengujian model keseluruhan berkaitan dengan masalah generalisasi yaitu
mengevaluasi sejauh mana hasil esitimasi parameter model dapat diberlakukan terhadap populasi. Pengujian signifikansi berkaitan dengan
pengujian hipotesis penelitian yang diajukan.
Evaluasi kesesuaian model pada dasarnya adalah evaluasi tentang kesesuaian pola hubungan antar variabel laten terhadap data empiris. Tujuan yang ingin
dicapai dari pengujian kesesuaian model pengukuran ialah untuk mengetahui
apakah model pengukuran sesuai fit dengan data.
Untuk menguji kesesuaian model digunakan ukuran goodness of fit test GFT melalui uji statistik chi kuadrat X
2
test pada .
∑ ...............2.2.
6. Interpretasi dan modifikasi model
Fokus dari interpretasi hasil analisis adalah penjelasan tentang arti dan hasil dari hasil pengujian kesesuaian model baik jika hasil pengujian fit ataupun
tidak fit dengan data empiris. Interpretasi juga diberikan terhadap hasil pengujian signifikansi masing-masing koefisien bobot load dikaitkan
dengan hasil pengujian validitas dan realibilitas. Khusus untuk jalur
Universitas Sumatera Utara
interpretasi diberikan terhadap masing-masing efek baik, efek langsung,
tidak langsung maupun efek total.
4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi didedikasikan untuk: 1 menguasai, memanfaatkan, mendiseminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni ipteks, 2 mempelajari, mengklarifikasikan dan melestarikan budaya, serta 3 meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Oleh karena itu perguruan
tinggi sebagai lembaga melaksanakan fungsi tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengelola ipteks.
Untuk menopang dedikasi dan fungsi tersebut, perguruan tinggi harus mampu mengatur diri sendiri dalam upaya meningkatkan dan menjamin mutu secara terus menerus, baik
masukan, proses maupun keluaran berbagai program dan layanan yang diberikan kepada
masyarakat. Badan Akreditasi Nasional BAN, 2011
Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, perguruan tinggi harus secara aktif membangun sistem penjaminan mutu internal. Untuk membuktikan bahwa sistem
penjaminan mutu internal telah dilaksanakan dengan baik dan benar, perguruan tinggi harus diakreditasi oleh lembaga penjaminan mutu eksternal. Dengan sistem penjaminan
mutu yang baik dan benar, perguruan tinggi akan mampu meningkatkan mutu, menegakkan otonomi, dan mengembangkan diri sebagai institusi akademik dan
kekuatan moral masyarakat secara berkelanjutan.
Perguruan Tinggi yang ideal das sollen harus memenuhi kriteria antara lain, memiliki SDM profesional dan bermutu, sanggup membangun kepercayaan masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
memiliki sarana-prasarana dan fasilitas pendidikan yang memadai, organisasi berjalan secara efektif dan dinamis, serta selalu memperhatikan dan meningkatkan kualitas
kinerjanya. Sementara itu fenomena atau gambaran empirik universitas swasta di daerah das sein memperlihatkan; tingkat pendidikan dan kepakaran pimpinan relatif rendah,
posisi jabatan kunci masih ada yang dirangkap oleh dosenpejabat PTNPNS lainnya, organisasi belum berjalan dinamis dan efektif adanya kendala hubungan yayasan
dengan universitas, kualitas lulusan rendah, sarana kampus dan fasilitas akademik lainnya relatif terbatas, kepercayaan stakeholders kecil bahkan belum tampak, peringkat
akreditasi BAN PT sebagian besar masih berkisar pada peringkat C.
2.2.1. Kompetensi Dosen
Dosen merupakan komponen yang penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar di perguruan tinggi, semakin baik peran dosen akan semakin baik hasil belajar
mahasiswanya. Menurut Dyah Kusumastuti 2001, dosen merupakan komponen vital, penggerak utama dari sistem pendidikan dan pengajaran yang pada akhirnya akan
mempengaruhi produktivitas perguruan tinggi. Dosen sebagai salah satu penjamin mutu dalam proses pendidikan merupakan tenaga kependidikan yang profesional dituntut
mempunyai kompetensi sehingga dapat mewujudkan standar kinerja yang bermutu, selanjutnya diharapkan bermuara pada peningkatan mutu kinerja organisasi perguruan
tinggi dan berdampak pada mutu pendidikan atau lulusan.
Menurut Saud 2009, seorang profesional yang kompeten itu harus dapat
menunjukkan karakteristik utamanya, antara lain: 1. mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional.
Universitas Sumatera Utara
2. menguasai perangkat pengetahuan teori dan konsep, prinsip dan kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dan sebagainya tentang seluk
beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.
3. menguasai perangkat keterampilan strategi dan taktik, metode dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen, dan sebagainya tentang cara
bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas pekerjaannya.
4. memahami perangkat persyaratan ambang basic standards tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapat ditoleransikan dari
kriteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang dilakukannya.
5. memiliki daya motivasi dan citra aspirasi unggulan dalam melakukan tugas
pekerjaannya.
6. memiliki kewenangan otoritas yang memancar atas penguasaan perangkat kompetensinya dalam batas tertentu yang didemonstrasikan observeable dan
teruji measureable sehingga memungkinkan memperoleh pengakuan pihak
berwenang certifiable.
2.2.2. Learning Ability Mahasiswa