Perancangan Model Pengukuran Kinerja Dengan Metode Quantitative Models For Performance Measurement System (QMPMS) Berdasarkan Persepsi Mahasiswa Di STMIK IBBI Medan

(1)

PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA DENGAN

METODE QUANTITATIVE MODELS FOR PERFORMANCE

MEASUREMENT SYSTEM (QMPMS) BERDASARKAN PERSEPSI

MAHASISWA DI STMIK IBBI MEDAN

TESIS

Oleh :

JAHARTAP YUSTIN PASARIBU

127025010 / TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA DENGAN

METODE QUANTITATIVE MODELS FOR PERFORMANCE

MEASUREMENT SYSTEM (QMPMS) BERDASARKAN PERSEPSI

MAHASISWA DI STMIK IBBI MEDAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik

dalam Program Studi Teknik Industri pada Fakultas Teknik Un iversitas Sumatera Utara

Oleh :

JAHARTAP YUSTIN PASARIBU

127025010 / TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

Judul Tesis : PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE QUANTITATIVE MODELS FOR

PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (QMPMS)

BERDASARKAN PERSEPSI MAHASISWA DI STMIK IBBI MEDAN

Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi

: : :

Jahartap Yustin Pasaribu 127025010

Teknik Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng) (Dr. Ir. Nazaruddin, MT)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, DEA)

Dekan

(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal

: 11 Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng

Anggota

: Dr. Ir. Nazaruddin, MT

Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE

Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE

Prof. Dr. Ir. Humala Napitupulu, DEA


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE

QUANTITATIVE MODELS FOR PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM

(QMPMS) BERDASARKAN PERSEPSI MAHASISWA DI STMIK IBBI MEDAN adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2015 Yang Membuat Pernyataan,

Jahartap Yustin Pasaribu NIM. : 127025010 / TI


(6)

MOTTO & PERSEMBAHAN

“Untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti

kata-kata yang ber makna, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan, dan kejujuran, untuk memberikan kecerdasan kepada orang

yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda, baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang

berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.”

(Amsal 1:2-5)

Tesis ini kupersembahkan untuk

Istriku tercinta Agustina Margaretha br. Sitompul, ST, dan kedua orangtuaku M. Pasaribu dan M. br. Hutasoit


(7)

ABSTRAK

Kinerja institusi yang meningkat sangat dibutuhkan oleh perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing. Agar dapat mengukur kinerja institusi dengan baik maka sebaiknya dirancang model pengukuran kinerja yang mampu mengukur efektivitas dan efisiensi dari setiap aktivitas/kegiatan yang dilakukan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan berdampak pada kinerja institusi perguruan tinggi, antara lain yaitu kompetensi dosen, learning ability mahasiswa, dukungan fasilitas, dukungan alumni, dukungan finansial, administrasi akademik, promosi, dan proses pembelajaran.

Penelitian ini merancang model pengukuran kinerja di STMIK IBBI Medan dengan menggunakan metode Quantitave Models for Performance Measurement System (QMPMS). Data penelitian diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap 298 mahasiswa. Pendekatan statistik yang digunakan adalah pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan bantuan program SPSS AMOS versi 18 dalam pengolahan datanya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dosen (0,413), learning ability mahasiswa (0,347), dukungan fasilitas (1,102), dukungan alumni (0,345), administrasi akademik (0,249), dan proses pembelajaran (0,822) berpengaruh langsung terhadap kinerja institusi. Sedangkan, kompetensi dosen juga berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja institusi melalui proses pembelajaran.

Perancangan model pengukuran kinerja STMIK IBBI Medan berhasil diidentifikasi 38 Key Performance Indicators (KPIs), yaitu 9 KPI kriteria kompetensi dosen, 8 KPI kriteria learning ability mahasiswa, 7 KPI kriteria dukungan fasilitas, 2 KPI kriteria dukungan alumni, 3 KPI kriteria administrai akademi, dan 9 KPI kriteria proses pembelajaran. Tersedia model hirarki dan matriks pengukuran kinerja berdasarkan persepsi mahasiswa.

Kata kunci : Kinerja institusi, Structural Equation Modeling, Perancangan Model Pengukuran Kinerja, Key Performance Indicator.


(8)

ABSTRACT

Increased institution performance is really needed by colleges in order to enhance its competitiveness ability. In order to the institution performance measurement well, we need to design performance measurement model which is able to measure the effectiveness and the efficiency of all activities in the college. That are some factors that affect and bring impact to the college performance. That factors are lecturer competence, student learning ability, facilities support, alumni support, financial support, academic administration, promotions, and learning process.

This research design performance measurement model at STMIK IBBI Medan using QMPMS method. The data is obtained from spreading the questionnaire to 298 college students. Statistic approach that are used is Structural Equation Modeling approach by using SPPS Amos program version 18 in data processing.

This research’s result showed that lecturer competence (0,413), student

learning ability (0,347), facilities support (1,102), alumni support (0,345), academic administration (0,249), learning process (0,822) are directly affected the institution performance. Meanwhile, lecturer competence is also indirectly affected the institution performance through learning process.

The design of STMIK IBBI Medan’s performance measurement model

successfully identified 38 Key Performance Indicators (KPIs), which are 9 KPIs of lecturer competence criteria, 8 KPIs of student learning ability criteria, 7 KPIs of faceilities support criteria, 2 KPIs of Alumni support criteria, 3 KPIs of academic administration, and 9 KPIs of learning process criteria. There are hirarchy model and matrix model for performance measurement based on student perceptions.

Keywords : Institution performance, Structural Equation Modeling, Performance measurement models design, Key Performance Indicator.


(9)

RIWAYAT HIDUP

Jahartap Yustin Pasaribu lahir di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 17 Mei 1980, merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Manalasa Pasaribu dan Ibu Marsiding Br. Hutasoit.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1993 di SD Negeri III Tambun – Bekasi, pendidikan sekolah menengah pertama pada tahun 1996 di SMP Negeri 1 Tambun – Bekasi, dan pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 1 Bekasi pada tahun 1999.

Pada tahun 1999, sempat melanjutkan kuliah di Program Studi Matematika Fak. MIPA Universitas Sumatera Utara sebelum akhirnya pada tahun 2000 pindah ke Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik dan menyelesaikan pendidikan tersebut pada tahun 2004. Pada tahun 2012 semester genap penulis melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara Departemen Teknik Industri.

Penulis memulai karir sebagai project officer sampai menjadi project manager di Yayasan Pendidikan Kristen (Yapendik) GPIB, Jakarta. Pada tahun 2010 penulis menikah dengan Agustina Margaretha br. Sitompul, ST. dan memutuskan pindah ke Medan, kemudian menjadi dosen tidak tetap di STMIK IBBI Medan. Tahun 2011 penulis diangkat menjadi dosen tetap di AMIK Widyaloka. Tahun 2013 penulis mengikuti tes CPNS dan diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(10)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang sanggup menggambarkan rasa syukur penulis saat menyelesaikan tesis ini. Dan tiada yang lebih pantas selain Tuhan Yesus Kristus untuk menerima ucapan syukur dan terimakasih atas penyertaan, pertolongan, dan pimpinan-Nya dalam menyelesaikan tesis ini.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat dukungan moril dan usulan perbaikan serta penyempurnaan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Prof. Dr. Ir. Humala Napitupulu, DEA selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng. pembimbing utama dan Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan dukungan, arahan, dan petunjuk dalam penyelesaian tesis ini.

Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE., Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE., dan Prof. Dr. Ir. Humala Napitupulu, DEA. sebagai tim penguji yang telah banyak memberikan masukan serta saran yang membangun dalam penyempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ir. B. Ricson Simarmata, MSEE, MPE, dan Sukiman, ST, MT, selaku Ketua dan Wakil Ketua I STMIK IBBI Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di STMIK IBBI Medan. Bapak Hartono, S.Kom, M.Kom. Ketua Program Studi STMIK IBBI yang telah berkenan memberikan saran dan pendapat kepada penulis dalam melakukan penelitian.

Terimakasih penulis sampaikan kepada semua dosen pengajar Magister Teknik Industri USU yang telah mendidik dan mencerahkan dengan berbagai ilmu yang diberikan. Terimakasih kepada staf Magister Teknik Industri USU yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi seputar perkuliahan dan tesis. Terimakasih juga untuk teman-teman seperjuangan dalam perkuliahan: angkatan 17 (bang Indra, Kak Nunung, Yusnia, Dira, Erinsyah), angkatan 18 (Lae Juna, Dony, Zuanda, Surya, Kak


(11)

Nita, dkk), angkatan 16 (bg Zudan, Bawon, Andre, Junjungan, kak Siti, dkk), teman sharing tesis angkatan 15 (mas Juni dan kak Nani), Candidate Doctor Teknik Industri USU Ibu Meliana dan Ibu Syarifah.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ir. Guntar, Kepala UPT Metrologi Rantau Prapat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara atas bimbingan dan arahannya. Terimakasih kepada Kasubag TU, seluruh Penera dan Staf di lingkungan UPT Metrologi Rantau Prapat atas dukungan yang diberikan.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada orang-orang terkasih yaitu istri tercinta Agustina Margaretha br. Sitompul, Bapak M. Pasaribu dan Mama M. Br. Hutasoit di Bekasi, Mertua (P. Sitompul dan N. Br. Pangaribuan), dan adik-adik tercinta (John Ramses Pasaribu, Saurma Royana). Terimakasih juga untuk pihak-pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis. Doa dan harapan penulis tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2015 Penulis,

Jahartap Yustin Pasaribu 127025010/TI


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Hasil Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan ... 7

1.6. Asumsi-asumsi ... 8

1.7. Sistematika Penulisan Pelaporan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Deskripsi Teori ... 10

2.1.1. Sistem Pengukuran Kinerja ... 10

2.1.2. Indikator Kinerja ... 14

2.1.3. Quantitative Models or Performance Measurement System (QMPMS) ... 15


(13)

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perguruan Tinggi ... 27

2.2.1. Kompetensi Dosen ... 28

2.2.2. Learning Ability Mahasiswa ... 29

2.2.3. Dukungan Fasilitas ... 30

2.2.4. Alumni ... 30

2.2.5. Administrasi Akademik ... 31

2.2.6. Promosi ... 32

2.2.7. Proses Pembelajaran ... 33

2.3. Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi ... 34

2.4. Review Hasil Penelitian ... 35

2.5. Resume Hasil-hasil Penelitian ... 39

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual ... 41

3.2. Rumusan Hipotesis ... 46

3.3. Definisi Operasional ... 48

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN 4.1. Tipe Penelitian ... 56

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

4.3. Gambaran Umum STMIK IBBI Medan ... 57

4.3.1 Sejarah singkat ... 57

4.3.2 Visi dan Misi ... 57

4.3.3 Struktur Organisasi ... 58

4.3.4 Data Mahasiswa dan Alumni ... 59

4.4. Metode Penelitian ... 60

4.4.1 Tahap Penelitian ... 61

4.4.2 Deskripsi Populasi dan Sample Penelitian ... 63

4.4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 65

4.4.4 Analisis Data ... 74

4.4.5 Tahap Perancangan ... 79

4.4.6 Kesimpulan dan Saran ... 80

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Pengumpulan Data ... 81


(14)

5.1.1. Pengumpulan Data Tahap Awal ... 81

5.1.2. Pengumpulan Data Tahap Akhir ... 85

5.2. Pengolahan Data ... 88

5.2.1. Hasil Pengolahan Data Model Pengukuran ... 89

5.2.2. Hasil Pengolahan Data Model Struktural ... 94

5.2.3. Hasil Pengolahan Data Persamaan Matematika ... 98

5.2.4. Validitas Konvergen Model ... 107

BAB VI ANALISIS DAN PERANCANGAN 6.1. Analisis ... 110

6.1.1. Analisis Kecocokan ... 110

6.1.2. Evaluasi Hipotesis Penelitian ... 137

6.2. Perancangan Model Pengukuran Kinerja ... 141

6.2.1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya ... 141

6.2.2. Menyusun faktor-faktor secara hirarki ... 147

6.2.3. Mengukur pengaruh dari faktor-faktor terhadap kinerja ... 148

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.Kesimpulan ... 154

7.2.Saran ... 155

DAFTAR PUSTAKA ... 157


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan ... 38

4.1 Jumlah Mahasiswa ... 60

4.2 Jumlah Lulusan ... 60

4.3 Skala Penelitian ... 66

4.4 Atribut (Indikator) masing-masing Variabel Laten ... 68

4.5 Indeks Pengujian Kelayakan Model ... 77

5.1 Hasil Uji Validitas ... 82

5.2 Uji Realibilitas ... 84

5.3 Deskripsi penyebaran kuesioner penelitian ... 85

5.4 Distribusi karakteristik responden ... 86

5.5 Regression Weight (factor loading) Measurement Model ... 108

6.1 Hasil pengujian kelayakan kelompok absolute fit measures ... 111

6.2 Hasil pengujian kelayakan kelompok incremental fit measures ... 113

6.3 Hasil pengujian kelayakan kelompok parsimonious fit measures .... 114

6.4 Hasil analisis kecocokan keseluruhan model ... 115

6.5 Hasil analisis kecocokan keseluruhan model modifikasi ... 118

6.6 Hasil pengolahan data kompetensi dosen ... 121

6.7 Hasil pengolahan data learning ability mahasiswa ... 122

6.8 Hasil pengolahan data dukungan fasilitas ... 124

6.9 Hasil pengolahan data dukungan finansial ... 125

6.10 Hasil pengolahan data dukungan alumni ... 126

6.11 Hasil pengolahan data adminitrasi akademik ... 129

6.12 Hasil pengolahan data promosi ... 130

6.13 Hasil pengolahan data lingkungan pembelajaran ... 131

6.14 Hasil pengolahan data kinerja institusi ... 133


(16)

6.16 Nilai pengaruh langsung faktor terhadap kinerja institusi ... 142

6.17 Direct Effect faktor ... 143

6.18 Indirect effect faktor ... 144

6.19 Total effect faktor ... 144

6.20 Bobot pengaruh dari faktor terhadap kinerja institusi ... 148

6.21 Bobot pengaruh dari indikator terhadap kinerja institusi ... 148


(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Grafik jumlah mahasiswa baru STMIK IBBI Medan ... 3

1.2. Grafik jumlah mahasiswa mengundurkan diri di STMIK IBBI Medan ... 4

2.1. Kerangka kerja untuk merancang sistem pengukuran kinerja ... 13

2.2. Pendekatan Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja ... 14

2.3. Kerangka kerja pendekatan QMPMS ... 16

2.4. Cognitive Maps ... 17

2.5. Diagram Sebab Akibat ... 18

2.6. Tree Diagram ... 19

2.7. (a) kuesioner perbandingan berpasangan ... 20

(b) matriks perbandingan berpasangan ... 20

2.8. State of the art penelitian ... 40

3.1. Kerangka konseptual penelitian ... 43

3.2. Model struktural penelitian ... 44

4.1. Struktur Organisasi STMIK IBBI Medan ... 59

4.2. Diagram kerangka pikir ... 61

4.3. Flowchart Tahapan Penelitian ... 62

4.4. Tahap pengumpulan dan pengolahan data ... 67

5.1. Persentase frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin ... 87

5.2. Persentase frekuensi responden berdasarkan usia ... 87

5.3. Persentase frekuensi responden berdasarkan semester ... 88

5.4. Uji konfirmatori konstruk eksogen kompetensi dosen ... 90

5.5. Uji konfirmatori konstruk eksogen learning ability mahasiswa ... 90

5.6. Uji konfirmatori konstruk eksogen dukungan fasilitas ... 91

5.7. Uji konfirmatori konstruk eksogen dukungan fasilitas (Perbaikan) ... 91


(18)

5.8. Uji konfirmatori konstruk eksogen dukungan finansial ... 92

5.9. Uji konfirmatori konstruk eksogen dukungan alumni ... 92

5.10. Uji konfirmatori konstruk eksogen administrasi akademik ... 93

5.11. Uji konfirmatori konstruk eksogen Promosi ... 93

5.12. Uji konfirmatori konstruk endogen proses pembelajaran ... 94

5.13. Uji konfirmatori konstruk endogen kinerja institusi ... 95

5.14. Hasil pengolahan data Model Struktural ... 96

5.15. Hasil pengolahan data Model Struktural (Perbaikan) ... 97

6.1. Model struktural setelah dimodifikasi ... 117

6.2. Peta kognitif faktor-faktor terhadap kinerja institusi ... 142

6.3. Faktor pengaruh tidak langsung ... 143

6.4. Tree diagram kinerja institusi ... 147


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Instrumen Kuesioner ... 160

2. Pengujian Validitas dan Realibilitas ... 166

3. Rekapitulasi Hasil Kuesioner ... 170

4. Pengolahan Data Model Perbaikan ... 180


(20)

ABSTRAK

Kinerja institusi yang meningkat sangat dibutuhkan oleh perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing. Agar dapat mengukur kinerja institusi dengan baik maka sebaiknya dirancang model pengukuran kinerja yang mampu mengukur efektivitas dan efisiensi dari setiap aktivitas/kegiatan yang dilakukan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan berdampak pada kinerja institusi perguruan tinggi, antara lain yaitu kompetensi dosen, learning ability mahasiswa, dukungan fasilitas, dukungan alumni, dukungan finansial, administrasi akademik, promosi, dan proses pembelajaran.

Penelitian ini merancang model pengukuran kinerja di STMIK IBBI Medan dengan menggunakan metode Quantitave Models for Performance Measurement System (QMPMS). Data penelitian diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap 298 mahasiswa. Pendekatan statistik yang digunakan adalah pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan bantuan program SPSS AMOS versi 18 dalam pengolahan datanya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dosen (0,413), learning ability mahasiswa (0,347), dukungan fasilitas (1,102), dukungan alumni (0,345), administrasi akademik (0,249), dan proses pembelajaran (0,822) berpengaruh langsung terhadap kinerja institusi. Sedangkan, kompetensi dosen juga berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja institusi melalui proses pembelajaran.

Perancangan model pengukuran kinerja STMIK IBBI Medan berhasil diidentifikasi 38 Key Performance Indicators (KPIs), yaitu 9 KPI kriteria kompetensi dosen, 8 KPI kriteria learning ability mahasiswa, 7 KPI kriteria dukungan fasilitas, 2 KPI kriteria dukungan alumni, 3 KPI kriteria administrai akademi, dan 9 KPI kriteria proses pembelajaran. Tersedia model hirarki dan matriks pengukuran kinerja berdasarkan persepsi mahasiswa.

Kata kunci : Kinerja institusi, Structural Equation Modeling, Perancangan Model Pengukuran Kinerja, Key Performance Indicator.


(21)

ABSTRACT

Increased institution performance is really needed by colleges in order to enhance its competitiveness ability. In order to the institution performance measurement well, we need to design performance measurement model which is able to measure the effectiveness and the efficiency of all activities in the college. That are some factors that affect and bring impact to the college performance. That factors are lecturer competence, student learning ability, facilities support, alumni support, financial support, academic administration, promotions, and learning process.

This research design performance measurement model at STMIK IBBI Medan using QMPMS method. The data is obtained from spreading the questionnaire to 298 college students. Statistic approach that are used is Structural Equation Modeling approach by using SPPS Amos program version 18 in data processing.

This research’s result showed that lecturer competence (0,413), student

learning ability (0,347), facilities support (1,102), alumni support (0,345), academic administration (0,249), learning process (0,822) are directly affected the institution performance. Meanwhile, lecturer competence is also indirectly affected the institution performance through learning process.

The design of STMIK IBBI Medan’s performance measurement model

successfully identified 38 Key Performance Indicators (KPIs), which are 9 KPIs of lecturer competence criteria, 8 KPIs of student learning ability criteria, 7 KPIs of faceilities support criteria, 2 KPIs of Alumni support criteria, 3 KPIs of academic administration, and 9 KPIs of learning process criteria. There are hirarchy model and matrix model for performance measurement based on student perceptions.

Keywords : Institution performance, Structural Equation Modeling, Performance measurement models design, Key Performance Indicator.


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai diterapkan 1 Januari 2015, tantangan yang dihadapi oleh anggotanya termasuk Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Badan Perencanaan Nasional (Bapenas) mengidentifikasi peringkat daya saing dunia pada tahun 2012, Indonesia menempati urutan ke-46 dibawah Singapura urutan ke-2, Malaysia urutan ke-21, dan Thailand urutan ke-39. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM sehingga dapat berdaya saing adalah melalui jalur pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. (Jurnal Kajian Lemhanas RI, 2012)

Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat adalah perguruan tinggi, sebuah organisasi yang menciptakan hasil yang kompleks dengan menggunakan beberapa sumber daya. Untuk tetap kompetitif di arena pendidikan, perguruan tinggi membutuhkan pemantauan terus menerus dan evaluasi. Umumnya, lembaga pendidikan dievaluasi oleh lembaga/insitusi eksternal untuk (1) kegiatan akademik dan (2) kegiatan administrasi dan keuangan. Proses penilaian internal mencakup gambaran yang luas dari kriteria kinerja seperti pengembangan dan revisi kurikulum, kontribusi pada literatur, profil jenis kelamin/kesukuan, alokasi anggaran, dan pengembangan mahasiswa dan personil. Oleh karena itu, beberapa faktor yang nyata atau tidak nyata di lingkungan harus


(23)

dipertimbangkan selama peninjauan internal, sehingga menciptakan lingkungan masalah yang kompleks untuk evaluator/pengambil keputusan. (Kongar, Pallis, & Sobh, 2010).

Terkait pengukuran kinerja institusi di dunia dikenal adanya pemeringkatan perguruan tinggi yang dilakukan oleh QS World Universities, yang melakukan penilaian kinerja terhadap 26 indikator yang dikelompokkan dalam tujuh kriteria, yaitu: kualitas belajar mengajar, kemudahan bekerja setelah lulus, penelitian, fasilitas, internasionalisasi, inovasi, dan kontribusi.

Di Indonesia dikenal adanya akreditasi yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang merupakan proses penilaian yang dilakukan untuk menentukan kelayakan sebuah institusi atau program studi. Kriteria penilaian kinerja dikelompokkan dalam tujuh kriteria atau standar, yaitu: (1) visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian, (2) tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu, (3) mahasiswa dan lulusan, (4) sumber daya manusia, (5) kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik, (6) pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi, dan (7) penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama.

Penelitian terdahulu merancang Sistem Pengukuran Kinerja (SPK) di Universitas Mataram dengan metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS), key performance indicators (KPI) ditentukan berdasarkan empat tahapan, yaitu: identifikasi stakeholder requirement, external monitor, penetapan objectives, dan identifikasi KPIs. Hasil rancangan sistem pengukuran kinerja berhasil didentifikasi 38 indikator kinerja yang dikelompokkan dalam sembilan kriteria kinerja, yaitu: kurikulum, mahasiswa,


(24)

finansial, SDM, administrasi akademik, proses pembelajaran, alumni, evaluasi dan pengendalian, dan external party (Suartika et.al., 2007).

Tantangan untuk dapat berdaya saing dan mempertahankan eksistensinya juga dirasakan oleh Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) IBBI Medan. STMIK IBBI Medan didirikan tahun 2003 dengan motto “Bekal Terbaik

Menuju Masa Depan Gemilang”, memiliki gedung kampus yang diberi nama kampus Emerald di Jalan Gatot Subroto No. 130 Medan. STMIK IBBI Medan mengelola dua program studi yaitu Sistem Informasi (SI) akreditasi grade C dan Teknik Informatika (TI) akreditasi grade C. Sedangkan, secara institusi STMIK IBBI Medan belum terakreditasi.

Berdasarkan data akademik tahun 2009 hingga tahun 2013 diketahui bahwa penerimaan jumlah mahasiswa baru tiap tahunnya mengalami penurunan, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Grafik jumlah mahasiswa baru STMIK IBBI Medan

2009 2010 2011 2012 2013

SI 162 165 143 120 85

TI 53 98 106 117 69

Total 215 263 249 237 154

0 100 200 300


(25)

Gambar 1.1. memperlihatkan bahwa sejak tahun 2010 sampai tahun 2013 jumlah mahasiswa yang diterima mengalami penurunan 5%-35%. Penurunan cukup drastis tahun 2013 yaitu 35% dari 237 orang mahasiswa di tahun 2012 menjadi 154 orang di tahun 2013.

Jumlah mahasiswa yang tidak melanjutkan kuliah atau mengundurkan diri tahun 2009-2013 mengalami peningkatan 8%-17%, tahun 2013 turun 11%. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2012, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Grafik jumlah mahasiswa mengundurkan diri di STMIK IBBI Gambar 1.2. menunjukkan bahwa periode 2008-2012 ada peningkatan yang signifikan mahasiswa mengundurkan diri. Berdasarkan kuesioner yang ada pada bagian Akademik STMIK IBBI diketahui dua alasan yang sering dikemukakan oleh mahasiswa yang mengundurkan diri adalah kualitas pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2009 2010 2011 2012 2013

SI 13 13 15 16 12

TI 8 10 10 11 12

Total 21 23 25 27 24

0 10 20 30 40

Jumlah


(26)

Kondisi tersebut berbeda dengan harapan STMIK IBBI Medan yang ingin meningkatkan kualitas lulusan, meningkatkan jumlah mahasiswa yang mendaftar dan menurunkan jumlah mahasiswa yang mengundurkan diri. Hal ini sesuai dengan Visi STMIK IBBI Medan untuk menjadikan STMIK IBBI Medan pada tahun 2017 sebagai pusat pendidikan komputer yang unggul di bidang pemrograman, multimedia dan jaringan komputer di Sumatera Utara.

Indikator-indikator kinerja yang tersusun dalam sistem pengukuran kinerja untuk mengukur pencapaian visi dan memberikan feed back dalam melakukan perbaikan bagi STMIK IBBI Medan, saat ini belum tersedia. Indikator-indikator tersebut juga diharapkan dapat memberikan informasi tentang skala prioritas dalam menggambarkan kinerja. Skala prioritas itu juga menjadi dasar untuk pengambilan keputusan perbaikan.

Metode perancangan sistem pengukuran kinerja yang dalam penyusunannya memperhatikan penentuan skala prioritas indikator kinerja adalah Quantitative Models for Performance Measurement System (QMPMS). Metode pengukuran kinerja ini juga menggunakan AHP untuk mengukur pengaruh dari faktor-faktor terhadap kinerja. Ada tiga langkah utama untuk merancang sistem pengukuran kinerja dalam QMPMS, yaitu : mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya, menyusun faktor-faktor tersebut secara hirarki, dan mengukur pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kinerja.

Berdasarkan fakta-fakta diatas, penelitian ini mencoba melakukan analisis terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pengukuran kinerja di STMIK IBBI Medan dengan metode QMPMS. Analisis terhadap variabel tersebut akan


(27)

digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan, efisiensi, dan efektivitas dari kegiatan khususnya solusi perbaikan yang dilaksanakan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di muka maka permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah bagaimana merancang model pengukuran kinerja di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer IBBI Medan berdasarkan tingkat kepentingan mahasiswa. Sehubungan dengan permasalahan di atas maka beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dicari jawabannya ialah:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja STMIK IBBI Medan? 2. Apa saja indikator kinerja kunci (key performance indicators (KPI)) yang

menggambarkan faktor-faktor tersebut dalam pengukuran kinerja?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan suatu rancangan sistem pengukuran kinerja yang efektif dan efisien untuk diimplementasikan di STMIK IBBI Medan. Sasaran penelitian untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi model pengukuran kinerja di STMIK IBBI Medan.


(28)

2. Mengidentifikasi indikator-indikator kinerja kunci yang dapat menggambarkan kinerja STMIK IBBI Medan.

3. Menyusun rancangan model pengukuran kinerja perguruan tinggi yang dapat diimplementasikan di STMIK IBBI Medan.

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang terkait, diantaranya:

1. Perusahaan

Memberikan rancangan model pengukuran kinerja sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas perguruan tinggi.

2. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk pengembangan khasanah ilmu pengetahuan.

3. Bagi peneliti

pengembangan ilmu pengetahuan dan referensi bagi peniliti lainnya, khususnya dalam kajian pengukuran kinerja perguruan tinggi.

1.5. Batasan Masalah Penelitian

Disebabkan karena adanya keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki oleh peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) IBBI Medan.


(29)

2. Data yang digunakan adalah data di STMIK IBBI Medan periode 2009-2014.

3. Rancangan yang diusulkan adalah rancangan konseptual tanpa melakukan implementasi.

1.6. Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan agar tahapan penelitian ini dapat dilaksanakan adalah:

1. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang Perguruan Tinggi tidak ada perubahan selama penelitian.

2. Tidak ada perubahan struktur organisasi dan jumlah personalia perguruan tinggi selama penelitian.

1.7. Sistematika Penulisan Laporan

Hasil penelitian mengenai rancangan model pengukuran kinerja di STMIK IBBI Medan akan diuraikan dalam 7 (tujuh) bab. Bab pertama menjelaskan hal-hal yang mendasari dilakukannya penelitian serta identifikasi masalah penelitian. Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, serta sistematika penulisan laporan. Sub bab latar belakang menggambarkan fenomena (gejala) yang ditemukan di STMIK IBBI Medan sebagai alasan mengapa penelitian perlu dilakukan. Sub bab tujuan penelitian meliputi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini.


(30)

Bab kedua memaparkan teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam menganalisis dan mencari solusi pemecahan masalah. Landasan teori digunakan untuk menguatkan metode yang digunakan dalam memecahkan permasalahan penelitian ini. Bab ketiga menggambarkan kerangka konseptual yang berhubungan dengan penelitian. Pada bab ini dijelaskan konsep penelitian yang dilaksanakan dengan memperlihatkan struktur dan sifat hubungan logis antar variabel-variabel penelitian. Variabel–variabel yang digunakan dalam penelitian juga dijelaskan definisinya untuk menghindari perbedaan pemahaman. Bab keempat menjelaskan jenis penelitian dan uraian tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan penelitian. Bab keempat juga memaparkan gambaran umum STMIK IBBI Medan. Bab keempat juga berisi pernyataan-pernyataan hipotesis yang akan diuji kebenarannya untuk mendapatkan jawaban atas pernyataan tersebut.

Bab kelima memaparkan data penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan langsung, dan dokumen-dokumen perusahaan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan untuk memecahkan permasalahan penelitian. Bab keenam menjelaskan analisis dan hasil rancangan penelitian yang dapat diimplementasikan diperusahaan guna menyelesaikan permasalahan penelitian. Bab ketujuh memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian dan juga berisi saran yang bermanfaat bagi perusahaan dan penelitian berikutnya.


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

4.1. Deskripsi Teori

2.1.1. Sistem Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja menurut Neely et. al., (2005) adalah proses kuantifikasi tindakan, dimana pengukuran adalah proses kuantifikasi, dan tindakan mengarah kepada kinerja. Tujuan lebih lanjut dari kinerja ini adalah adanya efisiensi dan efektifitas dari setiap tindakan yang diambil. Secara lebih luas pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian kemajuan yang dicapai perusahaan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan termasuk didalamnya penilaian mengenai efisiensi sumber daya dalam menghasilkan produk dan jasa, kualitas output perusahaan dan efektifitas kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Taufiqurrahman, 2011).

Menurut Yuwono et. al., (2004) pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian (Taufiqurrahman, 2011).

U.S. General Accounting Office (Artley et al, 2001) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai suatu aktivitas memonitor secara terus-menerus terhadap pencapaian


(32)

program, terutama kemajuan ke arah pencapaian tujuan jangka panjang. Di dalam pengukuran kinerja, disebutkan tentang level dari aktivitas yang berhubungan dengan program, output dari program, baik berupa produk secara langsung maupun jasa, serta outcome dari produk atau jasa tersebut. Program yang dimaksud tersebut dapat berupa aktivitas, proyek, fungsi, atau kebijaksanaan yang mengidentifikasikan tujuan.

Dari definisi-definisi tersebut, terdapat dua dimensi penting yang menggambarkan pengukuran kinerja yaitu efisiensi dan efektivitas. Sumanth (1984) mendefinisikan efisiensi sebagai rasio jumlah output yang dihasilkan terhadap jumlah standar output yang diharapkan. Sedangkan, efektivitas adalah derajad pencapaian sasaran. Dengan perkataan lain, efektivitas adalah suatu ukuran yang menjelaskan seberapa baik hasil yang dicapai relatif terhadap sasaran yang ditetapkan.

Pengukuran kinerja pada suatu perusahaan dalam periode atau jangka waktu tertentu sangat diperlukan agar prestasi perusahaan dalam periode tersebut dapat diketahui, apakah sudah mencapai kinerja yang diharapkan atau belum, sehingga dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat antara kegiatan pengukuran kinerja yang telah dilakukan dengan hasil akhir yang dicapai. Pengukuran kinerja merupakan komponen dalam performance-based management, yaitu suatu aplikasi informasi sistematik yang dibangun berdasarkan perencanaan, pengukuran, dan evaluasi kinerja menuju perencanaan yang strategik. Hasil pengukuran kinerja dapat dijadikan landasan bagi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kinerja, sehingga pada akhirnya perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya.


(33)

Artley, et. al., (2001) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja sangat diperlukan karena:

1. Pengukuran lebih memfokuskan suatu perusahaan pada apa yang ingin diselesaikan dan memaksa untuk berkonsentrasi pada waktu, sumber daya, dan energi dalam mencapai tujuan.

2. Pengukuran kinerja dapat memperbaiki komunikasi internal karyawan dan eksternal antar perusahaan dengan konsumen maupun stakeholders.

3. Pengukuran kinerja akan sangat bermanfaat bagi perusahaan, yaitu dengan menyediakan suatu pendekatan yang terstruktur, yang berfokus pada rencana strategis, tujuan, dan performansi, serta adanya mekanisme pelaporan pada manajemen tingkat atas.

4. Pengukuran kinerja dapat membantu suatu perusahaan untuk mempertanggung jawabkan program serta biayanya.

Neely et. al., (2005) mendefinisikan sistem pengukuran kinerja sebagai seperangkat ukuran kinerja yang digunakan untuk mengkuantifikasi baik efisiensi maupun efektifitas dari tindakan-tindakan. Sistem pengukuran kinerja dapat diuji pada tiga tingkatan yang berbeda, yaitu:

1. Pengukuran kinerja secara individu.

2. Seperangkat pengukuran kinerja–sistem pengukuran kinerja sebagai entitas.

3. Hubungan antara sistem pengukuran kinerja dan lingkungan dimana dioperasikan.


(34)

Kerangka kerja perancangan pengukuran kinerja menurut Neely dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut.

Gambar 2.1 Kerangka kerja untuk merancang sistem pengukuran kinerja (Sumber : Neely et. al., 2005)

Najmi, et. al., (2005) menjelaskan ada tiga elemen dasar dalam perancangan sistem pengukuran kinerja, yaitu:

1. Arah

Menentukan arah perusahaan secara jelas dengan mendefinisikan visi, misi dan tujuan strategis perusahaan.

2. Proses-proses

Arah perusahaan diimplementasikan dengan dalam setiap proses dan aktivitas dengan menerapkan improvement process practices.

3. Pengukuran


(35)

Interaksi ketiga elemen dasar tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.2. berikut.

Gambar 2.2. Pendekatan Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja (sumber : Najmi, et. al, 2005)

2.1.2. Indikator Kinerja

Moeheriono (2012) merangkum definisi-definisi indikator kinerja sebagai berikut:

1. Nilai atau karakteristik tertentu yang digunakan untuk mengukur output atau outcome suatu kegiatan/tindakan.

2. Alat ukur yang digunakan untuk menentukan derajat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

3. Ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

4. Informasi operasional yang berupa indikasi mengenai kinerja atau kondisi suatu fasilitas atau kelompok fasilitas.


(36)

Mustopadidjaja (2000) menyatakan bahwa di dalam pengukuran kinerja akan dimunculkan indikator-indikator kinerja, dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu:

1. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.

2. Dapat diukur secara obyektif, baik yang bersifat kuantitatif, maupun kualitatif.

3. Relevan, harus menangani aspek-aspek obyektif yang relevan.

4. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna. Hal ini bertujuan agar pengukuran kinerja dapat menunjukkan keberhasilan masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak, serta proses.

5. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan atau penyesuaian pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan .

6. Efektif. Data atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan dan diolah, dan dianilisis dengan biaya yang tersedia.

2.1.3. Quantitave Models for Performance Measurement System (QMPMS)

Menurut Bititci, et al. (2001) sistem pengukuran kinerja melibatkan sejumlah ukuran-ukuran kinerja multi dimensional, seperti biaya, kualitas, waktu, dll. Integrasi beberapa ukuran multi dimensional yang ditunjukkan dalam unit-unit heterogen menjadi sebuah unit tunggal merupakan suatu masalah yang perlu dihadapi. Berikut ini tiga langkah utama metode QMPMS dalam penyusunan sistem pengukuran kinerja:


(37)

1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya. 2. Menyusun faktor-faktor tersebut secara hirarki.

3. Mengukur pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kinerja.

Ketiga langkah pendekatan diatas dikembangkan sebagai model acuan dari metode QMPMS ditunjukkan pada Gambar 2.3. berikut.

Gambar 2.3. Kerangka kerja pendekatan QMPMS (Sumber : Bititci, et al., 2001)

2.1.3.1 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Hubungannya

Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja merupakan langkah yang paling penting dalam penerapan QMPMS. Kegagalan dalam mengidentifikasi seluruh faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya akan menyebabkan gangguan terhadap hasil rancangan. Untuk menyelidiki dan mengidentifikasi faktor-faktor tersebut digunakan peta kognitif (cognitive maps).

Step 1

Identification of factors affecting performance and their relationship.

Tools: Cognitive maps

Step 2

Structuring the factors hierarchically Tools: Cause and Effect Diagrams and Structured Diagrams

Step 3

Quantifying the effects of factors on performance


(38)

Suwignjo, et al (2000) memberikan contoh peta kognitif sebagai berikut, misalkan seseorang ingin pindah ke negara lain. Dia ingin memilih negara yang dapat menambah kekayaannya di Bank. Dia dapat menggunakan cognitive maps untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uangnya di bank, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Cognitive Maps (Sumber : Suwignjo, et al., 2000)

Secara umum pengaruh dari sebuah faktor terhadap kinerja dapat dikelompokkan menjadi:

1. Direct (vertical) effect (pengaruh langsung)

Pengaruh langsung dari sebuah faktor terhadap kinerja adalah sebuah agregat/kumpulan dari seluruh pengaruh dari faktor kinerja terhadap kinerja melalui faktor itu.

2. Indirect (horizontal) effect (pengaruh tidak langsung)

Indirect effect adalah pengaruh dari sebuah faktor terhadap kinerja melalui faktor lain pada level yang sama

Amount of money in the bank

Initial

Deposit Interest

Savings paid in +

+

+

+


(39)

3. Self-interaction effect

Self-interaction effect adalah pengaruh dari sebuah faktor terhadap dirinya sendiri.

2.1.3.2 Menyusun Faktor-Faktor Secara Hirarki

Pada langkah pertama, perhatian utama hanya menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi dan hubungannya. Tidak ada usaha untuk mengelompokkan faktor-faktor pada level yang sama dalam satu kelompok. Tools yang digunakan untuk menyusun hirarki adalah Cause and effect diagram dan tree diagram. Diagram sebab akibat ditunjukkan pada Gambar 2.5. berikut.

Gambar 2.5. Diagram Sebab Akibat (Sumber : Suwignjo, et al., 2000)

Diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui susunan hirarki dari faktor-faktor tersebut. Sebuah faktor-faktor adalah anggota level 0 jika faktor-faktor ini dipengaruhi oleh faktor lain namun tidak mempengaruhi faktor lain. Sementara, faktor yang secara langsung mempengaruhi faktor lain pada level tertentu akan menjadi anggota level berikutnya yang lebih rendah.

Diagram pohon yang digunakan dalam penyusunan hirarki dapat dilihat pada Amount of money

in the bank

Saving s Initial Deposit paid in


(40)

Gambar 2.6. Tree Diagram (Sumber : Suwignjo, et al., 2000)

Diagram pohon dapat digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai struktur hirarki.

2.1.3.3 Mengukur Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Kinerja

Pengaruh relatif dari faktor-faktor (direct, indirect, dan self interaction) dapat diukur menggunakan prosedur Analytical Hierarchy Process (AHP). Proses pengukuran dijalankan berdasarkan hasil perbandingan berpasangan diantara faktor-faktor. Untuk tiap pasangan faktor dari level tertentu, pengaruhnya terhadap faktor lain dari level berikutnya yang lebih tinggi (direct effect) atau terhadap faktor dalam kelompok yang sama (indirect effect) dibandingkan. Sebuah nilai yang berada antara satu (sama-sama penting) dan sembilan (pasti lebih penting) akan ditetapkan untuk tiap perbandingan, bergantung pada pertimbangan subyektif dari analisis. Pengaruh-pengaruh relatif dari faktor-faktor terhadap kinerja dapat dibangkitkan dengan menormalisasi eigen vector dihubungkan dengan nilai eigen maksimum dari matriks perbandingan berpasangan. Kuesioner perbandingan berpasangan dan matriks perbandingan berpasangan ditunjukkan pada Gambar 2.7. berikut.

Amount of money in the Bank


(41)

Gambar 2.7. (a) kuesioner perbandingan berpasangan, (b) matriks perbandingan berpasangan

(Sumber : Suwignjo, et al., 2000)

2.1.4. Structural Equation Modeling (SEM)

Structural equation modeling (SEM) adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara konstruk laten dan indikatornya, konstruk laten yang satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung. SEM memungkinkan dilakukannya analisis di antara beberapa variabel dependen dan independen secara langsung (Hair et al, 2006).

Teknik analisis data menggunakan SEM, dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan

Amount of Deposit Interest Saving Priority money in bank

Deposit 1 5 1/5 0.212 Interest 1/5 1 1/8 0.062 Saving 5 8 1 0.726

The priority in the table is computed using QMPMS software developed at DMEM. Level : 0

Factor : Amount of money in bank. Sub-factors : Initial deposit, Interest, Saving.

Row Absolutely Very Strong Weak Equal Weak Strong Very Absolutely Column Strong Strong

1.1 Deposit - - V - - - - - - 1.2 Interest 1.1 Deposit - - - - - - V - - 1.3 Saving 1.2 Interest - - - - - - - - V - 1.3 Saving

(a)


(42)

suatu model. Oleh karena itu, syarat utama menggunakan SEM adalah membangun suatu model hipotesis yang terdiri dari model struktural dan model pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justifikasi teori. SEM adalah merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan. Hubungan itu dibangun antara satu atau beberapa variabel independen (Santoso, 2011).

SEM menjadi suatu teknik analisis yang lebih kuat karena mempertimbangkan pemodelan interaksi, nonlinearitas, variabel-variabel bebas yang berkorelasi (correlated independent), kesalahan pengukuran, gangguan kesalahan-kesalahan yang berkorelasi (correlated error terms), beberapa variabel bebas laten (multiple latent independent) dimana masing-masing diukur dengan menggunakan banyak indikator, dan satu atau dua variabel tergantung laten yang juga masing-masing diukur dengan beberapa indikator. Dengan demikian menurut definisi ini SEM dapat digunakan alternatif lain yang lebih kuat dibandingkan dengan menggunakan regresi berganda, analisis jalur, analisis faktor, analisis time series, dan analisis kovarian (Byrne, 2010).

Yamin (2009) mengemukakan bahwa di dalam SEM peneliti dapat melakukan tiga kegiatan sekaligus, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen (setara dengan analisis faktor konfirmatori), pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis path), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prediksi (setara dengan model struktural atau analisis regresi).

Dua alasan yang mendasari digunakannya SEM adalah (1) SEM mempunyai kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple relationship. Hubungan ini dibentuk dalam model struktural (hubungan antara konstruk


(43)

dependen dan independen). (2) SEM mempunyai kemampuan untuk menggambarkan pola hubungan antara konstruk laten dan variabel manifes atau variabel indikator.

Menurut Wijanto (2008), dari segi metodologi, SEM memainkan berbagai peran, dianataranya, sebagai sistem persamaan simultan, analisis kausal linier, analisis lintasan (path analysis), analysis of covariance structure, dan model persamaan struktural. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang membedakan SEM dengan regresi biasa maupun teknik multivariat yang lain, karena SEM membutuhkan lebih dari sekedar perangkat statistik yang didasarkan atas regresi biasa dan analisis varian. SEM terdiri dari 2 bagian yaitu model variabel laten dan model pengukuran. Kedua model SEM ini mempunyai karakteristik yang berbeda dengan regresi biasa. Regresi biasa, umumnya, menspesifikasikan hubungan kausal antara variable-variabel teramati (observed variable), sedangkan pada model variabel laten SEM, hubungan kausal terjadi diantara variable-variabel tidak teramati (unobserved variables) atau variable-variabel laten.

Wijanto (2008) menunjukan bahwa penggunaan variable-variabel laten pada regresi berganda menimbulkan kesalahan-kesalahan pengukuran (measurements errors) yang berpengaruh pada estimasi parameter dari sudut biased-unbiased dan besar kecilnya variance. Masalah kesalahan pengukuran ini diatasi oleh SEM melalui persamaan-persamaan yang ada pada model pengukuran. Parameter-parameter dari persamaan pada model pengukuran SEM merupakan “muatan faktor” atau factor loadings dari variabel laten terhadap indicator-indikator atau variable-variabel termati yang terkait. Dengan demikian, kedua model SEM tersebut selain memberikan informasi tentang hubungan kausal simultan di antara variable-variabelnya juga memberikan


(44)

lebih mendorong penggunaan SEM dibandingkan regresi berganda karena 5 alasan sebagai berikut:

1. SEM memeriksa hubungan di antara variabel-variabel sebagai sebuah unit, tidak seperti pada regresi berganda yang pendekatannya sedikit demi sedikit (piecemeal).

2. Asumsi pengukuran yang andal dan sempurna pada regresi berganda tidak dapat dipertahankan, dan pengukuran dengan kesalahan dapat ditangani dengan mudah oleh SEM.

3. Modification Index yang dihasilkan SEM menyediakan lebih banyak isyarat tentang arah penelitian dan pemodelan yang perlu ditindaklanjuti dibandingkan pada regresi.

4. Interaksi juga dapat ditangani dalam SEM.

5. Kemampuan SEM dalam menangani non recursive path.

2.1.4.1. Penerapan SEM dalam Metode QMPMS

Tiga langkah utama metode QMPMS dalam penyusunan sistem pengukuran kinerja dapat dianalisis menggunakan metode structural equation modeling. Dengan penggunaan SEM pada langkah-langkah dalam QMPMS maka tidak perlu digunakan lagi cognitive map, tree diagram, cause and effect diagram, dan analytical hierarchy process sebagai alat bantu. Prosedur pengujian SEM yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(45)

Tahap ini untuk mengidentifikasi seluruh faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya, apakah berpengaruh langsung (direct effect), tidak langsung (indirect effect), atau self-interaction effect. Tujuan dari pengembangan model struktural untuk menguji validitas dan realibilitas pola hubungan antar variabel dari sebuah konsep atau teori yang direpresentasikan dengan sebuah model sehubungan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Pengembangan diagram jalur pola hubungan sebab akibat antar variabel laten eksogen dan variabel laten endogen

Langkah satu adalah visualisasi pola hubungan tersebut dalam diagram sehingga lebih mudah untuk dilakukan pengujian. Karena goodness of fit test akan dikenakan terhadap model tersebut untuk menguji kesesuaiannya dengan realita maka sebaiknya disiapkan beberapa alternatif model pola hubungan.

3. Pengembangan model persamaan struktural dan model pengukuran

Setalah proses identifikasi maka dilakukan penyusunan faktor-faktor secara hirarki menggunakan diagram pohon dan diagram sebab akibat. Untuk menunjukkan tingkatan (level) dari setiap faktor (variabel) dan hubungannya.

Apabila diagram jalur pola hubungan antara variabel laten eksogen dan endogen telah jelas dan koefisien hubungan masing-masing variabel diidentifikasi maka model persamaan struktural dan model persamaan


(46)

perumusan hipotesis yang ditindaklanjuti dengan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen yang mengacu kepada variabel manifes dari masing-masing variabel laten. Untuk pengujian hipotesis dalam teknik SEM perhitungan skor butir-butir yang valid dan reliabel dilakukan dengan menggunakan metode confirmatory factor analysis (CFA).

4. Menyusun matriks input dan estimasi model

Tahap terakhir dalam perancangan model pengukuran kinerja ini adalah dengan mengukur pengaruh dari faktor-faktor terhadap kinerja dengan menggunakan perbandingan matriks dalam prosedur SEM. Ada dua tipe matriks yang perlu dibuat. Matriks pertama adalah matriks korelasi yaitu matriks yang elemen-elemennya adalah hasil perhitungan koefisien korelasi antar variabel laten. Berdasarkan variabel laten akan diketahui variabel laten eksogen mana yang lebih kuat pengaruhnya terhadap variabel laten endogen tertentu. Disamping itu, dengan diketahuinya koefisien korelasi antar variabel laten dalam diagram jalur maka dapat pula diketahui jalur-jalur mana yang mempunyai pengaruh yang lebih dominan.

Matriks kedua ialah matriks kovarians yaitu matriks yang ele-men-elemennya adalah hasil perhitungan kovarians antar variabel yang dapat diobservasi langsung yaitu antar variabel manifes X dan variabel manifes Y. Koefisien kovarians mengukur hubungan antar dua variabel laten dalam struktur.


(47)

5. Melakukan evaluasi kesesuaian model

Evaluasi kesesuaian model dapat dibagi atas dua bagian yaitu pertama menguji kesesuaian model secara keseluruhan (overall model fit test) dan kedua menguji secara individual signifikansi hasil estimasi parameter model. Pengujian model keseluruhan berkaitan dengan masalah generalisasi yaitu mengevaluasi sejauh mana hasil esitimasi parameter model dapat diberlakukan terhadap populasi. Pengujian signifikansi berkaitan dengan pengujian hipotesis penelitian yang diajukan.

Evaluasi kesesuaian model pada dasarnya adalah evaluasi tentang kesesuaian pola hubungan antar variabel laten terhadap data empiris. Tujuan yang ingin dicapai dari pengujian kesesuaian model pengukuran ialah untuk mengetahui apakah model pengukuran sesuai (fit) dengan data.

Untuk menguji kesesuaian model digunakan ukuran goodness of fit test (GFT) melalui uji statistik chi kuadrat X2 test) pada .

∑ ...(2.2.) 6. Interpretasi dan modifikasi model

Fokus dari interpretasi hasil analisis adalah penjelasan tentang arti dan hasil dari hasil pengujian kesesuaian model baik jika hasil pengujian fit ataupun tidak fit dengan data empiris. Interpretasi juga diberikan terhadap hasil pengujian signifikansi masing-masing koefisien bobot (load) dikaitkan dengan hasil pengujian validitas dan realibilitas. Khusus untuk jalur


(48)

interpretasi diberikan terhadap masing-masing efek baik, efek langsung, tidak langsung maupun efek total.

4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi didedikasikan untuk: (1) menguasai, memanfaatkan, mendiseminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), (2) mempelajari, mengklarifikasikan dan melestarikan budaya, serta (3) meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Oleh karena itu perguruan tinggi sebagai lembaga melaksanakan fungsi tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengelola ipteks. Untuk menopang dedikasi dan fungsi tersebut, perguruan tinggi harus mampu mengatur diri sendiri dalam upaya meningkatkan dan menjamin mutu secara terus menerus, baik masukan, proses maupun keluaran berbagai program dan layanan yang diberikan kepada masyarakat. (Badan Akreditasi Nasional (BAN), 2011)

Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, perguruan tinggi harus secara aktif membangun sistem penjaminan mutu internal. Untuk membuktikan bahwa sistem penjaminan mutu internal telah dilaksanakan dengan baik dan benar, perguruan tinggi harus diakreditasi oleh lembaga penjaminan mutu eksternal. Dengan sistem penjaminan mutu yang baik dan benar, perguruan tinggi akan mampu meningkatkan mutu, menegakkan otonomi, dan mengembangkan diri sebagai institusi akademik dan kekuatan moral masyarakat secara berkelanjutan.

Perguruan Tinggi yang ideal (das sollen) harus memenuhi kriteria antara lain, memiliki SDM profesional dan bermutu, sanggup membangun kepercayaan masyarakat,


(49)

memiliki sarana-prasarana dan fasilitas pendidikan yang memadai, organisasi berjalan secara efektif dan dinamis, serta selalu memperhatikan dan meningkatkan kualitas kinerjanya. Sementara itu fenomena atau gambaran empirik universitas swasta di daerah (das sein) memperlihatkan; tingkat pendidikan dan kepakaran pimpinan relatif rendah, posisi jabatan kunci masih ada yang dirangkap oleh dosen/pejabat PTN/PNS lainnya, organisasi belum berjalan dinamis dan efektif (adanya kendala hubungan yayasan dengan universitas), kualitas lulusan rendah, sarana kampus dan fasilitas akademik lainnya relatif terbatas, kepercayaan stakeholders kecil bahkan belum tampak, peringkat akreditasi BAN PT sebagian besar masih berkisar pada peringkat C.

2.2.1. Kompetensi Dosen

Dosen merupakan komponen yang penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar di perguruan tinggi, semakin baik peran dosen akan semakin baik hasil belajar mahasiswanya. Menurut Dyah Kusumastuti (2001), dosen merupakan komponen vital, penggerak utama dari sistem pendidikan dan pengajaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas perguruan tinggi. Dosen sebagai salah satu penjamin mutu dalam proses pendidikan merupakan tenaga kependidikan yang profesional dituntut mempunyai kompetensi sehingga dapat mewujudkan standar kinerja yang bermutu, selanjutnya diharapkan bermuara pada peningkatan mutu kinerja organisasi perguruan tinggi dan berdampak pada mutu pendidikan atau lulusan.

Menurut Saud (2009), seorang profesional yang kompeten itu harus dapat menunjukkan karakteristik utamanya, antara lain:


(50)

2. menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dan sebagainya) tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.

3. menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen, dan sebagainya) tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas pekerjaannya.

4. memahami perangkat persyaratan ambang (basic standards) tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapat ditoleransikan dari kriteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang dilakukannya.

5. memiliki daya (motivasi) dan citra (aspirasi) unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannya.

6. memiliki kewenangan (otoritas) yang memancar atas penguasaan perangkat kompetensinya dalam batas tertentu yang didemonstrasikan (observeable) dan teruji (measureable) sehingga memungkinkan memperoleh pengakuan pihak berwenang (certifiable).

2.2.2. Learning Ability Mahasiswa

Mahasiswa adalah kelompok pemangku kepentingan internal yang mendapatkan manfaat, dan sekaligus sebagai pelaku, proses pembentukan nilai tambah dalam penyelenggaraan kegiatan/program akademik yang bermutu di perguruan tinggi. Mahasiswa merupakan pembelajar yang membutuhkan pengembangan diri secara holistik yang mencakup unsur fisik, mental, dan kepribadian sebagai sumber daya manusia yang bermutu di masa depan. Mahasiswa perlu memiliki nilai-nilai


(51)

profesionalisme, kemampuan adapatif, kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan diri memasuki dunia profesi dan atau dunia kerja (BAN, 2011). Learning ability mahasiswa adalah kemauan dan usaha dari mahasiswa untuk mengembangkan diri.

2.2.3. Dukungan Fasilitas

Fasilitas pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan proses akademik sebagai alat teknis dalam mencapai maksud, tujuan, dan sasaran pendidikan yang bersifat mobile (dapat dipindah-pindahkan), antara lain komputer, peralatan dan perlengkapan pembelajaran di dalam kelas, laboratorium, kantor, dan lingkungan akademik lainnya.

Pengelolaan fasilitas perguruan tinggi meliputi perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, pemutakhiran, inventarisasi, dan penghapusan aset yang dilakukan secara baik, sehingga efektif mendukung kegiatan penyelenggaraan akademik di perguruan tinggi. Kepemilikan dan aksesibilitas fasilitas sangat penting untuk menjamin mutu penyelenggaraan akademik secara berkelanjutan.

2.2.4. Alumni

Alumni adalah status yang dicapai mahasiswa setelah menyelesaikan proses pendidikan sesuai dengan persyaratan kelulusan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi. Sebagai salah satu keluaran langsung dari proses pendidikan yang dilakukan oleh perguruan tinggi, lulusan yang bermutu memiliki ciri penguasaan kompetensi akademik termasuk hard skills dan soft skills sebagaimana dinyatakan dalam sasaran mutu serta


(52)

Dukungan alumni adalah feedback yang diberikan oleh lulusan dalam mengembangkan perguruan tinggi. Jika feedback baik, maka kinerja perguruan tinggi dikatakan baik. (BAN, 2011)

2.2.5. Administrasi Akademik

Salah satu bentuk pelayanan sebuah perguruan tinggi adalah pelayanan administrasi akademik. Administrasi akademik adalah suatu rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan dalam lingkungan pendidikan formal (Daryanto, 2010). Mahasiswa merupakan pelanggan atau konsumen bagi institusi pendidikan tinggi. Institusi sudah seharusnya dapat menjamin kepuasan mahasiswa, tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi mencakup pula dalam pelayanan administrasinya. Pelayanan administrasi akademik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh kegiatan pendidikan.

Pelayanan administrasi akademik sangat penting dalam menunjang kelancaran studi selama di perguruan tinggi dan setelah lulus. Peran pelayanan administrasi akademik menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian dari seluruh komponen yang terlibat dalam pengembangan perguruan tinggi. Proses administrasi akademik merupakan bagian yang paling banyak bersentuhan dengan mahasiswa, sehingga yang terpikir pertama kali oleh mahasiswa ketika ditanya bagaimana kualitas pelayanan di sebuah perguruan tinggi, maka yang dinilainya adalah pelayanan administrasi akademik, meskipun beberapa aspek sudah terkomputerisasi dan sudah online, namun pelayanan secara manual tetap diperlukan.


(53)

2.2.6. Promosi

Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan dan meyakinkan calon konsumen mengenai barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan calon konsumen (Buchari Alma, 2006). Promosi merupakan alat komunikasi dan penyampaian pesan yang dilakukan baik oleh perusahaan maupun perantara dengan tujuan memberikan informasi mengenai produk, harga dan tempat. Informasi itu bersifat memberitahukan, membujuk, mengingatkan kembali kepada konsumen, para perantara atau kombinasi keduanya. Jika promosi berhasil, maka kinerja institusi dikatakan baik.

Dalam promosi juga, terdapat beberapa unsur yang mendukung jalannya sebuah promosi tersebut yang biasa disebut bauran promosi. Adapun bauran promosi menurut Plilip Kotler adalah sebagai berikut (Drs. Djaslim Saladin, 2004):

1. Periklanan (Advertising) adalah semua bentuk penyajian nonpersonal, promosi ide-ide, promosi barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor yang dibayar. 2. Promosi Penjualan (Sales Promotion) adalah variasi insentif jangka pendek untuk

merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.

3. Hubungan masyarakat dan Publisitas (Public Relation and Publicity) adalah suatu usaha (variasi) dari rancangan program guna memperbaiki, mempertahankan, atau melindungi perusahaan atau citra produk.

4. Penjualan Personal (Personal Selling) adalah penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk melakukan penjualan.


(54)

5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing) Komunikasi secara langsung yang digunakan dari mail, telepon, fax, e-mail, atau internet untuk mendapatkan tanggapan langsung dari konsumen secara jelas.

2.2.7. Proses Pembelajaran

Pembelajaran (tatap muka atau jarak jauh) adalah pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa dari kegiatan belajar, seperti perkuliahan, praktikum atau praktek, magang, pelatihan, diskusi, lokakarya, seminar, dan tugas-tugas pembelajaran lainnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran digunakan berbagai pendekatan, strategi, dan teknik, yang menantang agar dapat mengkondisikan mahasiswa berpikir kritis, bereksplorasi, berkreasi, dan bereksperimen dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar.

Dalam proses pembelajaran, dosen sebagai pengajar akan menggunakan pedoman dalam kurikulum dalam menjalankan tugasnya. Melalui proses pembelajaran terjadi penyampaian informasi dan ilmu pengetahuan serta penanaman nilai-nilai maupun sikap. Pada akhir suatu proses pendidikan, khususnya pendidikan tinggi akan diperoleh lulusan (out put) yang dapat mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan (Dirjen Dikti, 2001) Di dalam perilaku organisasi, proses belajar itu didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman hidup. Dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan perilaku itu menunjukkan telah terjadinya proses belajar dan proses belajar itu sendiri adalah perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari proses belajar tersebut. Jika perubahan menjadikan lebih baik, maka kinerja menjadi lebih baik. Sebaliknya bila tidak, maka kinerjanya menurun (Sagala, 2010).


(55)

4.3. Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi

Salah satu yang dapat dijadikan acuan dalam menilai kinerja perguruan tinggi adalah dengan melihat sistem pemeringkatan perguruan tinggi nasional dan dunia yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dan lembaga‐lembaga independen. Beberapa teknik pemeringkatan yang diakui dan telah menjadi acuan diantaranya adalah:

1. Badan Akreditasi Nasional

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1994 dengan tugas melakukan akreditasi terhadap perguruan tinggi. Standar akreditasi perguruan tinggi mencakup standar tentang komitmen perguruan tinggi terhadap kapasitas institusional (institutional capacity) dan komitmen terhadap efektivitas program pendidikan (educational effectiveness), yang dikemas dalam tujuh standar akreditasi, yaitu:

a. Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian

b. Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu c. Mahasiswa dan lulusan

d. Sumber daya manusia

e. Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik

f. Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi

g. Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama

2. Thes World University Rangking

Dari sekian banyak sistem pemeringkatan yang ada, salah satu yang terpopuler adalah THES World University Ranking atau lebih dikenal dengan QS Star


(56)

berkembang menjadi sistem pemeringkatan paling komprehensif di dunia. Di dalam QS Star terdapat 4 kriteria utama yang diperhitungkan, yaitu:

a. Research Quality (60%), meliputi: Academic Peer Review dan Citation Per Faculty

b. Graduate Employability (10%)

c. International Outlook (10%), meliputi: International Students dan International Faculty

d. Teaching Quality (20%)

3. ARWU (Academic Ranking of World Universities)

Lebih dikenal dengan Shanghai Ranking merupakan sistem pemeringkatan yang pertama kali diperkenalkan oleh Center for World‐ Class Universities dan Institute of Higher Education of Shanghai Jiao Tong University di China pada Juni 2003. Dan kemudian secara rutin dilakukan update pemeringkatan setiap tahunnya. Kriteria‐kriteria yang digunakan dalam ARWU meliputi:

a. Quality of Education (10%) b. Quality of Faculty (40%) c. Research Output (40%) d. Academic performance (10%)

4.4. Review Hasil Penelitian

Penelitian atau research yang berkenaan dengan perancangan sistem pengukuran kinerja dalam bidang pendidikan sudah dilakukan oleh beberapa ahli. I Made Suardika (2007) melakukan perancangan sistem pengukuran kinerja di Jurusan Teknik Mesin Universitas Mataram menggunakan metode Integrated Performance Measurement System (IPMS). Dengan metode IPMS, Key Performance Indicators (KPI) Jurusan


(57)

Teknik Mesin ditentukan berdasarkan stakeholder requirement melalui empat tahapan yaitu; identifikasi stakeholder requirement, external monitor, penetapan objectives, dan identifikasi KPIs.

Hasil perancangan mengidentifikasi 38 KPIs yang dikelompokkan dalam 9 kriteria kinerja Jurusan Teknik Mesin, yaitu 2 KPI kurikulum, 5 KPI mahasiswa, 3 KPI finansial, 7 KPI sumber daya manusia, 3 KPI administrasi akademik, 7 KPI proses pembelajaran, 6 KPI alumni, 2 KPI evaluasi dan pengendalian, 3 KPI external party. Hasil pembobotan menggunakan metode AHP menunjukkan bahwa prioritas utama dari sembilan kriteria yang ada adalah kurikulum dengan bobot terbesar yaitu 0,189 dan yang terendah adalah external party sebesar 0,049.

Penelitian serupa dilakukan oleh Widyaswanti (2010) di Program Studi Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura. Metode yang digunakan adalah Performance Prism. Pengukuran kinerja dengan metode ini tidak hanya didasari oleh strategi proses dan kapabilitas dari universitas tersebut, tetapi juga memperhatikan kepuasan dan kontribusi stakeholder. Terbukti pada penelitian tersebut penyusunan KPI Program Studi dimulai dari mengidentifikasi kepuasan dan kontribusi para stakeholder untuk menentukan indikator kinerja dari kriteria strategi, proses dan kapabilitas Program Studi.

Hasil rancangan menunjukkan bahwa stakeholder Program Studi meliputi: mahasiswa, dosen/pengajar, manajemen Program Studi, Fakultas dan Universitas, Orang tua mahasiswa, Pengguna lulusan, dan Pemerintah pendidikan. Sistem pengukuran kinerja memuat 40 KPI yang meliputi, 5 KPI fasilitas perkuliahan dan praktikum, 14 KPI untuk karakteristik dosen, 15 KPI karakteristik mahasiswa, dan 6 KPI untuk


(1)

AA PR DFi DA LAM DFa KD PP KI Y1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,047 ,000 ,104 ,709 ,000 Y2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,048 ,000 ,107 ,726 ,000 Y3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,049 ,000 ,110 ,745 ,000 Y4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,048 ,000 ,107 ,729 ,000 Y5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,035 ,000 ,078 ,527 ,000 Y6 ,000 ,000 ,000 ,000 ,036 ,000 ,081 ,551 ,000 Y7 ,000 ,000 ,000 ,000 ,037 ,000 ,082 ,555 ,000 Y8 ,000 ,000 ,000 ,000 ,056 ,000 ,125 ,851 ,000 Y9 ,000 ,000 ,000 ,000 ,036 ,000 ,081 ,550 ,000 X40 ,000 ,570 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X39 ,000 ,711 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X29 ,000 ,000 ,527 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X28 ,000 ,000 ,693 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X27 ,000 ,000 ,721 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X31 ,000 ,000 ,000 ,723 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X10 ,000 ,000 ,000 ,000 ,614 ,000 ,000 ,000 ,000 X11 ,000 ,000 ,000 ,000 ,704 ,000 ,000 ,000 ,000 X12 ,000 ,000 ,000 ,000 ,706 ,000 ,000 ,000 ,000 X13 ,000 ,000 ,000 ,000 ,787 ,000 ,000 ,000 ,000 X14 ,000 ,000 ,000 ,000 ,621 ,000 ,000 ,000 ,000 X15 ,000 ,000 ,000 ,000 ,581 ,000 ,000 ,000 ,000 X16 ,000 ,000 ,000 ,000 ,735 ,000 ,000 ,000 ,000 X17 ,000 ,000 ,000 ,000 ,615 ,000 ,000 ,000 ,000 X24 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,620 ,000 ,000 ,000 X23 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,627 ,000 ,000 ,000 X22 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,633 ,000 ,000 ,000 X21 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,722 ,000 ,000 ,000 X20 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,644 ,000 ,000 ,000 X1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,583 ,000 ,000 X2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,538 ,000 ,000 X3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,565 ,000 ,000 X4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,726 ,000 ,000 X5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,525 ,000 ,000 X6 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,604 ,000 ,000 X7 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,729 ,000 ,000 X8 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,594 ,000 ,000


(2)

AA PR DFi DA LAM DFa KD PP KI PP ,000 ,000 ,000 ,000 ,055 ,000 ,126 ,000 ,000 KI -,249 -,047 -1,355 ,822 ,347 1,102 ,345 ,413 ,000 X41 ,000 ,764 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X37 1,178 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X33 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X26 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,773 ,000 ,000 ,000 X25 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,867 ,000 ,000 ,000 X9 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,902 ,000 ,000 Y10 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,698 Y12 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000 X36 1,400 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X35 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 Y1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,330 ,000 Y2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,509 ,000 Y3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,512 ,000 Y4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,441 ,000 Y5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,023 ,000 Y6 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,096 ,000 Y7 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,191 ,000 Y8 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,602 ,000 Y9 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 X40 ,000 ,818 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X39 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X29 ,000 ,000 ,736 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X28 ,000 ,000 ,875 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X27 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X31 ,000 ,000 ,000 1,318 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X10 ,000 ,000 ,000 ,000 ,926 ,000 ,000 ,000 ,000 X11 ,000 ,000 ,000 ,000 1,215 ,000 ,000 ,000 ,000 X12 ,000 ,000 ,000 ,000 1,259 ,000 ,000 ,000 ,000 X13 ,000 ,000 ,000 ,000 1,305 ,000 ,000 ,000 ,000 X14 ,000 ,000 ,000 ,000 ,977 ,000 ,000 ,000 ,000 X15 ,000 ,000 ,000 ,000 1,006 ,000 ,000 ,000 ,000 X16 ,000 ,000 ,000 ,000 1,281 ,000 ,000 ,000 ,000 X17 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X24 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,832 ,000 ,000 ,000 X23 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,858 ,000 ,000 ,000 X22 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,878 ,000 ,000 ,000 X21 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,024 ,000 ,000 ,000


(3)

AA PR DFi DA LAM DFa KD PP KI X20 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 X1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,970 ,000 ,000 X2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,933 ,000 ,000 X3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,035 ,000 ,000 X4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,230 ,000 ,000 X5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,839 ,000 ,000 X6 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,002 ,000 ,000 X7 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,322 ,000 ,000 X8 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000

Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)

AA PR DFi DA LAM DFa KD PP KI

PP ,000 ,000 ,000 ,000 ,066 ,000 ,147 ,000 ,000 KI -,204 -,059 -1,590 ,692 ,349 1,216 -,341 ,349 ,000 X41 ,000 ,577 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X37 ,592 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X33 ,000 ,000 ,000 ,536 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X26 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,550 ,000 ,000 ,000 X25 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,621 ,000 ,000 ,000 X9 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,543 ,000 ,000 Y10 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,487 Y12 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,622 X36 ,668 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X35 ,528 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 Y1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,709 ,000 Y2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,726 ,000 Y3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,745 ,000 Y4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,729 ,000 Y5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,527 ,000 Y6 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,551 ,000 Y7 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,555 ,000 Y8 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,851 ,000 Y9 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,550 ,000 X40 ,000 ,570 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X39 ,000 ,711 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X29 ,000 ,000 ,527 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X28 ,000 ,000 ,693 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000


(4)

AA PR DFi DA LAM DFa KD PP KI X27 ,000 ,000 ,721 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X31 ,000 ,000 ,000 ,723 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 X10 ,000 ,000 ,000 ,000 ,614 ,000 ,000 ,000 ,000 X11 ,000 ,000 ,000 ,000 ,704 ,000 ,000 ,000 ,000 X12 ,000 ,000 ,000 ,000 ,706 ,000 ,000 ,000 ,000 X13 ,000 ,000 ,000 ,000 ,787 ,000 ,000 ,000 ,000 X14 ,000 ,000 ,000 ,000 ,621 ,000 ,000 ,000 ,000 X15 ,000 ,000 ,000 ,000 ,581 ,000 ,000 ,000 ,000 X16 ,000 ,000 ,000 ,000 ,735 ,000 ,000 ,000 ,000 X17 ,000 ,000 ,000 ,000 ,615 ,000 ,000 ,000 ,000 X24 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,620 ,000 ,000 ,000 X23 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,627 ,000 ,000 ,000 X22 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,633 ,000 ,000 ,000 X21 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,722 ,000 ,000 ,000 X20 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,644 ,000 ,000 ,000 X1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,583 ,000 ,000 X2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,538 ,000 ,000 X3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,565 ,000 ,000 X4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,726 ,000 ,000 X5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,525 ,000 ,000 X6 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,604 ,000 ,000 X7 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,729 ,000 ,000 X8 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,594 ,000 ,000

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

AA PR DFi DA LAM DFa KD PP KI

PP ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 KI ,000 ,000 ,000 ,000 ,023 ,000 ,052 ,000 ,000 Y10 -,174 -,033 -,945 ,573 ,258 ,769 -,205 ,288 ,000 Y12 -,249 -,047 -1,355 ,822 ,370 1,102 -,293 ,413 ,000 Y1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,074 ,000 ,167 ,000 ,000 Y2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,084 ,000 ,190 ,000 ,000 Y3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,084 ,000 ,190 ,000 ,000 Y4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,080 ,000 ,181 ,000 ,000 Y5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,057 ,000 ,129 ,000 ,000 Y6 ,000 ,000 ,000 ,000 ,061 ,000 ,138 ,000 ,000 Y7 ,000 ,000 ,000 ,000 ,066 ,000 ,150 ,000 ,000 Y8 ,000 ,000 ,000 ,000 ,089 ,000 ,202 ,000 ,000


(5)

Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

AA PR DFi DA LAM DFa KD PP

PP ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 KI ,000 ,000 ,000 ,000 ,023 ,000 ,051 ,000 X41 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 Y10 -,099 -,029 -,774 ,337 ,181 ,592 -,141 ,170 Y12 -,127 -,037 -,989 ,430 ,231 ,756 -,180 ,217 Y1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,047 ,000 ,104 ,000 Y2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,048 ,000 ,107 ,000 Y3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,049 ,000 ,110 ,000 Y4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,048 ,000 ,107 ,000 Y5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,035 ,000 ,078 ,000 Y6 ,000 ,000 ,000 ,000 ,036 ,000 ,081 ,000 Y7 ,000 ,000 ,000 ,000 ,037 ,000 ,082 ,000 Y8 ,000 ,000 ,000 ,000 ,056 ,000 ,125 ,000 Y9 ,000 ,000 ,000 ,000 ,036 ,000 ,081 ,000

Model Fit Summary CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 230 646,915 851 1,000 ,760

Saturated model 1081 ,000 0

Independence model 46 4978,521 1035 ,000 4,810

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model ,029 ,918 ,896 ,723 Saturated model ,000 1,000

Independence model ,115 ,432 ,406 ,413

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI rho1

IFI Delta2

TLI

rho2 CFI Default model ,870 ,842 1,049 1,063 1,000


(6)

Model NFI Delta1

RFI rho1

IFI Delta2

TLI

rho2 CFI Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model ,822 ,715 ,822 Saturated model ,000 ,000 ,000 Independence model 1,000 ,000 ,000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model ,000 ,000 ,000

Saturated model ,000 ,000 ,000

Independence model 3943,521 3727,398 4167,015

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model 2,178 ,000 ,000 ,000 Saturated model ,000 ,000 ,000 ,000 Independence model 16,763 13,278 12,550 14,030

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model ,000 ,000 ,000 1,000

Independence model ,113 ,110 ,116 ,000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 1106,915 1193,395 1957,247 2187,247 Saturated model 2162,000 2568,456 6158,558 7239,558 Independence model 5070,521 5087,817 5240,587 5286,587


Dokumen yang terkait

Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan Pendekatan Integrated Enviromental Performance Measurement System – AHP

0 7 7

Model Perancangan Performance Measurement System (PMS) dengan Menggunakan Metode Design For Six Sigma (DFSS) dan System Dynamic

0 3 8

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA BANK XYZ MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM DESIGN OF PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM IN XYZ BANK USING INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM APPROACH Aldrid Mochamad1 , Budhi Yog

0 0 8

ANALISIS KINERJA DOSEN STMIK IBBI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUGH SET

0 0 6

1. Ari – Pengukuran Kinerja dengan Metode Integrated Performance Measurement System dan Fuzzy Analitycal Hierarchy Process

1 3 9

Perancangan Model Pengukuran Kinerja Dengan Metode Quantitative Models For Performance Measurement System (QMPMS) Berdasarkan Persepsi Mahasiswa Di STMIK IBBI Medan

1 2 57

BAB II LANDASAN TEORI - Perancangan Model Pengukuran Kinerja Dengan Metode Quantitative Models For Performance Measurement System (QMPMS) Berdasarkan Persepsi Mahasiswa Di STMIK IBBI Medan

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN - Perancangan Model Pengukuran Kinerja Dengan Metode Quantitative Models For Performance Measurement System (QMPMS) Berdasarkan Persepsi Mahasiswa Di STMIK IBBI Medan

0 0 9

PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE QUANTITATIVE MODELS FOR PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (QMPMS) BERDASARKAN PERSEPSI MAHASISWA DI STMIK IBBI MEDAN TESIS

0 0 19

Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode Integrated Performance Measurement System (IPMS) Dan Omax - Repository UNTAR

0 0 14