IgA yang diproduksi sebagai hasil dari interaksi bakteri probiotik dalam saluran pencernaan merupakan salah satu sel sistem imun yang berperan dalam mencegah dan
menetralisir toksin bakteri dengan sel inang. Selain itu IgA dapat mengaglutinasi, mengganggu motilitas opsonin dan memudahkan fagositosis. Sedangkan sitokin
merupakan protein sistem imun yang membawa pesan kimia dan mengatur interaksi antar sel serta memacu reaktivitas imun. Sitokin dapat merangsang sel-sel imun lain seperti
pengerahan leukosit menuju jaringan terinfeksi, misalnya TNF yang dapat mengaktifkan dan mengerahkan neutrofil dan monosit untuk memfagosit dan menyingkirkan mikroba patogen
Baratawidjaja 2006. Nayak 2010 menyatakan bahwa proses probiotik dalam menstimulir respon imun
di dalam saluran pencernaan pada ikan, sedikit berbeda dengan mamalia, karena ikan tidak memiliki peyer’s patches, sekretori IgA dan sel M yang mentranspor antigen. Akan tetapi
secara umum mekanisme probiotik dalam meningkatkan respon imun ikan adalah sama. Walaupun tidak memiliki peyer’s patches, di dalam saluran pencernaan ikan banyak
ditemukan sel yang berperan atau berfungsi sebagai sistem imun yaitu sel acidophilic granulocytes AGs, sel Ig
+
, sel T, makrofag, granulosit dan IgM. Interaksi bakteri probiotik di dalam saluran pencernaan, dapat meningkatkan dan mengaktivasi sel-sel sistem imun
tersebut. Sama halnya dengan yang terjadi pada mamalia, sel-sel sistem imun tersebut kemudian akan masuk ke pembuluh darah dan terbawa ke jaringan untuk meningkatkan
respon imun di seluruh tubuh ikan.
4.5 Jumlah total S. agalactiae di organ target
Kemampuan bakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. agalactiae pada ikan nila juga dilihat dari jumlah bakteri S. agalactiae di organ target yaitu otak, ginjal, hati
dan mata. Hasil pengamatan terhadap jumlah total bakteri S. agalactiae di organ target disajikan pada Gambar 17 dan Lampiran 9.
A
B
Gambar 17. Total bakteri S. agalactiae di organ target pada minggu ke-3 A dan minggu ke-4 B; PO+. kontrol positif; PO-. kontrol negatif; P1.
probiotik; P2. prebiotik P3. Sinbiotik Dari hasil pengamatan terhadap organ target selama penelitian, secara umum jumlah
bakteri S. agalactiae tertinggi ditemukan di otak pada semua perlakuan. Hal ini terlihat dari gejala klinis yang timbul pasca ikan diinfeksi. Beberapa jam setelah diinfeksi, ikan terlihat
menunjukkan gejala berenang abnormal miring atau tidak seimbang. Bakteri S. agalactiae yang diinfeksikan ke ikan, akan masuk ke dalam pembuluh darah lalu bersama aliran darah
terbawa menuju otak. Hernandez et al. 2009 menyatakan bahwa otak adalah target utama
1 2
3 4
5 6
PO+ P1
P2 P3
Ju ml
a h
B a
k te
ri lo
g C
F U
ml
Perlakuan
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
PO+ P1
P2 P3
Ju ml
a h
B a
k te
ri lo
g C
F U
ml
Perlakuan
Otak Ginjal
Hati Mata
dari bakteri S. agalactiae setelah bakteri ini mencapai aliran darah. Lebih lanjut, Hernandez et al. 2009 menyatakan bahwa hasil histopatologi terhadap ikan yang terinfeksi bakteri S.
agalactiae, kerusakan ditemukan 71,2 di otak, sisanya adalah di organ ginjal, hati dan mata.
Jumlah bakteri terendah selama penelitian diperoleh pada perlakuan P3, di mana pada hari ke-14 pasca infeksi tidak lagi ditemukan bakteri S. agalactiae di semua organ
target. Dari hasil ini menunjukkan bahwa probiotik, prebiotik dan sinbiotik mampu menekan jumlah bakteri S. agalactiae di organ. Diduga hal ini berkaitan dengan peningkatan respon
imun ikan nila berupa peningkatan jumlah dan aktivitas makrofag di jaringan, sehingga aktivitas fagositosis menjadi lebih tinggi dan jumlah bakteri yang dimusnahkan juga
menjadi lebih banyak.
4.6 Histopatologi