Kelangsungan Hidup Ikan HASIL DAN PEMBAHASAN

atau sama dengan 20 mm, tergolong sangat kuat, zona hambat sebesar 10-20 mm tergolong kuat, zona hambat sebesar 5-10 mm tergolong sedang, dan zona hambat sebesar 5 mm tergolong lemah. Zona hambat yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 10,5-12,5 mm yang berarti tergolong kuat. Isolat bakteri yang berpotensi untuk dipakai dalam menghambat bakteri patogen adalah minimal termasuk kategori sedang sampai kuat Hasim 2003. Selain itu, terbentuknya zona hambat dapat juga terjadi karena aktivitas bakteri probiotik dalam menghambat aktivitas bakteri patogen yang berupa kompetisi nutrien di media uji.

4.2 Kelangsungan Hidup Ikan

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian diamati mulai dari perlakuan pemberian probiotik P1, prebiotik P2 dan sinbiotik P3 serta setelah uji tantang dengan bakteri patogen S. agalactiae. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama pemeliharaan dengan pemberian bakteri probiotik, prebiotik dan sinbiotik dalam pakan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol P0,05. Akan tetapi pasca uji tantang dengan bakteri patogen S. agalactiae, terjadi kematian yang cukup tinggi pada perlakuan PO+. Pasca uji tantang dengan bakteri S. agalactiae, perlakuan P3 memberikan nilai kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 83,34. Selanjutnya berturut-turut dari tinggi ke rendah pada perlakuan P1 sebesar 80,56, perlakuan P2 sebesar 72,23 dan perlakuan PO+ sebesar 13,89. Dari hasil uji statistik, kelangsungan hidup perlakuan P1, P2 dan P3 berbeda nyata dengan perlakuan PO+ P0,05. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P1, P2 dan P3 tidak berbeda nyata. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada akhir pemeliharaan diperoleh pada perlakuan PO- yaitu sebesar 100 , karena ikan tidak diinfeksi dengan bakteri S. agalactiae tetapi dengan PBS Phosphat Buffer Saline. Kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian disajikan pada Gambar 5 A dan B serta Lampiran 3 dan 4. A B Gambar 5. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama perlakuan penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik A dan pasca uji tantang dengan bakteri patogen S. agalactiae B; PO+. kontrol positif; PO-. kontrol negatif; P1. probiotik; P2. prebiotik P3. sinbiotik. Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0,05. Dari pengamatan selama penelitian, jumlah tertinggi kematian ikan nila terjadi pada hari ke-4 dan hari ke-5 pasca uji tantang pada semua perlakuan Lampiran 4. Hal ini terjadi karena diduga puncak faktor virulensi bakteri S. agalactiae terjadi pada hari tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Evans et al. 2004 bahwa kematian tertinggi ikan nila pasca infeksi S. agalactiae terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Hasil ini juga 95 97,5 100 100 100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 PO+ PO- P1 P2 P3 Ke la ng sung a n H idup Perlakuan 13,89 100 80,56 72,23 83,34 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 PO+ PO- P1 P2 P3 Ke la ng sung a n H idup Perlakuan a c b b b a sejalan dengan hasil penelitian Taukhid et al. 2009 bahwa kematian tertinggi ikan nila pada uji LD50 terjadi pada hari ke-4 dan ke-5. Gejala klinis yang muncul akibat serangan bakteri S. agalactiae pada ikan nila sebelum ikan mengalami kematian dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi bakteri S. agalactiae pada ikan nila; a. timbul garis hitam vertikal dan pupil mata mengecil; b. clear operculum; c. purulens mata putih; d. eksoptalmia. Pasca infeksi bakteri S. agalactiae, terjadi perubahan makroskopis pada anatomi organ luar dan organ dalam ikan nila. Pada anatomi organ luar terjadi perubahan pada bagian operkulum, mata dan tubuh ikan. Sedangkan pada bagian anatomi organ dalam, terjadi perubahan pada organ hati, ginjal dan otak. Pada hari pertama infeksi S. agalactiae ikan sudah mengalami perubahan warna, ikan menjadi pucat lalu timbul garis-garis hitam vertikal pada tubuh ikan, lalu pupil mata ikan mengecil Gambar 6a. Pada hari berikutnya gejala yang ditimbulkan akibat infeksi S. agalactiae yaitu ikan mengalami clear operculum Gambar 6b dimana pada awalnya operkulum menjadi sedikit kekuningan lalu terlihat seperti menjadi jernih. Pada tingkat kerusakan selanjutnya gejala yang timbul adalah perubahan pada organ mata ikan, mata seperti berkabut atau purulens Gambar 6c hingga mata membengkak Gambar 6d dan kemudian lepas dari cekungan mata. Selama pengamatan dalam penelitian, a d c b kerusakan pada organ mata ikan nila ini mulai ditemukan pada hari ke-4. Sebelum mengalami kematian, gejala khas yang ditimbulkan yaitu ikan berenang whirling lalu tubuh ikan membentuk huruf ā€œCā€. Gelaja yang ditimbulkan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Evans 2006, bahwa pada ikan nila yang diinjeksi S. agalactiae, sebelum mengalami kematian ikan berenang whirling dan seperti membentuk huruf ā€œCā€.

4.3 Gambaran Darah Ikan Nila