− =
1
t
Wo Wt
α x 100
Dimana : α = laju pertumbuhan bobot rerata harian
Wt = bobot rata-rata individu pada waktu t g Wo = bobot rata-rata individu pada waktu t
t = lama percobaan hari g
Analisis Statistik
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dilakukan analisis sidik ragam dengan tingkat kepercayaan 95. Pengaruh perlakuan terhadap parameter
pengamatan diuji dengan menggunakan uji F dengan program SPSS 14. Apabila berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut dengan menggunakan Uji Lanjut
Duncan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Aktivitas Antagonistik Hasil pengujian aktivitas antagonistik bakteri NP5 terhadap bakteri patogen
Streptococcus agalactiae secara in vitro disajikan pada Gambar 4 dan Tabel 2.
v
Gambar 4. Aktivitas antagonistik bakteri NP5 terhadap bakteri patogen S. agalactiae. A ; Kontrol. B; Probiotik NP5
Berdasarkan Gambar 4 diatas terlihat bahwa bakteri probiotik NP5 mampu membentuk zona hambat terhadap bakteri patogen S. agalactiae. Zona hambat yang
terbentuk yaitu berupa zona bening disekitar kertas cakram. Kemampuan bakteri kandidat probiotik dalam menghasilkan zona hambat pada uji in vitro merupakan salah satu aspek
penting. Diameter zona hambat yang terbentuk dari uji in vitro merupakan gambaran kepekaan mikroorganisme terhadap antibakteri. Terbentuknya zona hambat pada uji in vitro
ini dapat terjadi diduga karena bakteri probiotik NP5 mampu menghasilkan senyawa
A B
B B
A B
antimikrobial atau senyawa yang bersifat bakterisidal bakteriostatik yang mampu menghambat virulensi bakteri S. agalactiae.
Tabel 2. Aktivitas antagonistik bakteri NP5 terhadap bakteri patogen Streptococcus agalactiae secara in vitro
Isolat bakteri NP5 Diameter zona hambat mm
Ulangan 1 12,5
Ulangan 2 11,0
Ulangan 3 12,0
Ulangan 4 10,5
Rata-rata 11,5 + 0,91
Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa bakteri probiotik NP5 mampu menghasilkan rata-rata zona hambat sebesar 11,5 mm. Pelczar dan Chan 1988 menyatakan bahwa nilai
zona hambat dari bakteri probiotik dapat berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor atau keadaan yang mempengaruhi efek antimikrobial. Hal ini sesuai dengan hasil
pengamatan yang dilakukan dalam penelitian, dengan konsentrasi dan bakteri probiotik yang sama, ketika dilakukan uji zona hambat secara in vitro menghasilkan diameter zona hambat
yang berbeda. Selain menghambat faktor virulensi bakteri patogen, senyawa yang dihasilkan
bakteri probiotik ini diperkirakan merupakan faktor penghalang terhadap proliferasi bakteri patogen, sehingga jumlah bakteri patogen di media uji dan di dalam saluran pencernaan
dapat ditekan. Menurut Verschuere 2000 senyawa bakterisidal atau bakteriostatik yang dihasilkan oleh bakteri probiotik dapat berupa produksi antibiotik, senyawa asam laktat,
lysozim, protease, hidrogen peroksida dan bakteriosin. Namun demikian, dalam penelitian ini tidak diteliti senyawa bakterisidal apa yang berperan dalam aktivitas penghambatan
bakteri patogen. Akan tetapi hasil yang diperoleh berupa terbentuknya zona hambat, sudah cukup membuktikan bahwa bakteri probiotik NP5 memiliki potensi untuk menekan
pertumbuhan bakteri patogen S. agalactiae secara in vitro dan selanjutnya akan diteruskan pada pengujian secara in vivo.
Kemampuan bakeri probiotik dalam menghasilkan senyawa antibakterial dan membentuk zona hambat sangat bervariasi, zona hambat dengan nilai berkisar lebih besar