sebagai antigen presenting cells APC yang berfungsi untuk menyajikan antigen kepada sel limfosit Kresno, 2001; Kollner et al. 2002. Menurut Baratawidjaja 2006, monosit berasal
dari sel progenitor umum dalam sumsum tulang. Setelah berproliferasi dan matang, sel ini akan masuk kedalam peredaran darah. Monosit tidak hanya menyerang mikroba dan sel
kanker tetapi juga memproduksi sitokin, mengerahkan pertahanan sebagai respons terhadap infeksi, berperan dalam remodeling dan perbaikan jaringan, serta merupakan sumber
beberapa komplemen penting.
c. Neutrofil
Chinabut et al. 1991 menyebutkan bahwa neutrofil berbentuk bulat dengan inti dapat memenuhi sebagaian ruang sitoplasma dan terdapat granula dalam sitoplasmanya.
Seperti halnya monosit, sel neutrofil berperan pula dalam respon nonspesifik dengan melakukan fagositosis untuk menyingkirkan mikroorganisme patogen yang menyerang
Kresno, 2001; Kollner et al. 2002. Selain neutrofil terkadang dapat pula ditemukan granulosit lainnya yakni basofil dan eosinofil Ferguson, 1989. Dari hasil pengamatan
selama penelitian dilakukan, persentase jumlah neutrofil mengalami fluktuasi yang berbeda dengan monosit dan limfosit. Hasil pengukuran persentase jumlah neutrofil dalam darah
selama penelitian disajikan pada Gambar 13 dan Lampiran 7.
Gambar13. Persentase jumlah neutrofil ikan nila selama perlakuan penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik minggu ke-1 dan ke-2 dan pasca
uji tantang dengan bakteri S.agalactiae minggu ke-3 dan ke-4
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
1 2
3 4
Ju ml
a h
N e
u tro
fi l
Minggu Ke-
PO + P -
P1 P2
P3
Berdasarkan Gambar diatas terlihat persentase jumlah neutrofil pada minggu ke-3 lebih rendah dibandingkan dengan minggu ke-1. Hal ini diduga karena ketika pengukuran,
yang sedang berperan dalam aktivitas pertahanan didominansi oleh sel monosit. Hasil ini terlihat dari jumlah monosit tertinggi diperoleh pada minggu ke-3 Gambar 12. Hasil
penelitian ini didukung oleh Iwama 1996, yang menyatakan bahwa ketika awal terjadi serangan bakteri patogen, sel yang pertama kali sampai pada daerah infeksi adalah neutrofil.
Neutrofil bergerak lebih cepat dibandingkan dengan monosit dan dapat sampai di daerah infeksi dalam waktu 2-4 jam. Pada saat ini, sel pertahanan atau fagositik didominasi oleh
neutrofil. Akan tetapi setelah beberapa jam kemudian sekitar 7-8 jam yang mendominasi adalah monosit.
Baratawidjaja 2006 menyatakan, sel neutrofil hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 48 jam sebelum bermigrasi dan berpindah sangat cepat ke daerah infeksi. Di bawah
kondisi normal, populasi neutrofil disimpan untuk keadaan darurat di dalam jaringan limfoid dari ginjal. Ketika terjadi rangsangan sebagai akibat peradangan atau inflamasi, sel akan
bermigrasi ke dalam aliran darah dan kemudian masuk ke dalam luka inflamasi. Kemudian bakteri patogen akan difagosit oleh sel tersebut, lalu dimasukkan dalam fagosom yang
didalamnya terdapat enzim hidrolase asam, mieloperoksidase dan lisozim yang akan melisis dan mencerna sel bakteri patogen. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
pada hari ke-7 pasca infeksi sehingga diduga sudah terjadi alih fungsi dari neutrofil digantikan dengan dominansi oleh monosit. Akan tetapi nilai penurunan persentase jumlah
neutrofil ini masih berada dalam kisaran normal, sehingga tidak menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi akibat rendahnya persentase jumlah neutrofil. Menurut Hardi
2011, persentase jumlah neutrofil normal pada ikan nila adalah sekitar 10-18,1 .
Sedangkan persentase jumlah neutrofil terendah selama penelitian ini adalah 10,15 + 0,97 4.3.6 Indeks Fagositik
Hasil pengamatan terhadap aktivitas fagositosis ikan nila selama penelitian disajikan pada Gambar 14 dan Lampiran 7.
Gambar 14. Persentase indeks fagositik ikan nila selama perlakuan penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik minggu ke-1 dan ke-2 dan pasca
uji tantang dengan bakteri S.agalactiae minggu ke-3 dan ke-4
Salah satu mekanisme respon imun yang dibentuk oleh tubuh ikan dalam mempertahankan diri dari serangan infeksi adalah melalui proses fagositosis. Fagositosis
yang efektif dalam invasi patogen secara dini dapat mencegah timbulnya infeksi. Nilai indeks fagositik selama penelitian cukup bervariasi. Berdasarkan hasil uji statistik, nilai
indeks fagositik pada perlakuan P1, P2 dan P3 berbeda nyata dengan perlakuan PO+ P0,05. Sebelum dilakukan uji tantang infeksi dengan bakeri S. agalactiae nilai indeks
fagositik tertinggi terdapat pada minggu ke-2 yaitu pada perlakuan P3 yaitu 35,15 + 1,49 . Nilai indeks fagositik pada perlakuan P1, P2 dan P3 selama penelitian lebih tinggi
dibandingkan perlakuan PO+. Hal ini menggambarkan bahwa pemberian probiotik, prebiotik dan sinbiotik mampu meningkatkan respon imun ikan nila. Nilai indeks fagositik
yang tinggi menggambarkan bahwa ikan memiliki kemampuan memproduksi sel-sel fagosit dalam darah yaitu monosit dan neutrofil lebih banyak, sehingga ketika terjadi paparan
mikroorganisme patogen, sel darah siap melakukan proses fagositosis. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pirarat et al. 2006 bahwa pemberian bakteri probiotik
Lactobacillus rhamnosus selama 2 minggu dalam pakan, dapat meningkatkan aktivitas fagositosis pada ikan nila.
Puncak tertinggi terjadinya kenaikan nilai indeks fagositik terjadi pada minggu ke-3 7 hari pasca infeksi S. agalactiae. Pada minggu ke-3 ini, nilai indeks fagositik pada semua
5 10
15 20
25 30
35 40
45
1 2
3 4
In d
e k
s Fa g
o si
ti k
Minggu Ke-
PO+ P-
P1 P2
P3
perlakuan mengalami peningkatan. Namun perlakuan P1, P2 dan P3 tetap berbeda nyata dengan perlakuan PO+ P0,05. Nilai indeks fagositik tertinggi setelah dilakukan uji
tantang juga diperoleh pada perlakuan P3 sebesar 40,86 + 1,6 yang merupakan nilai tertinggi yang diperoleh selama penelitian. Nilai ini merupakan nilai indeks fagositik yang
berada di atas kondisi normal ikan nila. Hasil pengamatan dalam penelitian menunjukkan bahwa persentase indeks fagositik ikan normal sebesar 17,39 + 1,8 . Anderson 1990
menyatakan bahwa terjadinya peningkatan indeks fagositik mengindikasikan terjadinya peningkatan respon imun berupa peningkatan aktivitas leukosit dalam melawan serangan
patogen. Proses fagositosis ini umumnya dilakukan oleh sel-sel fagosit yaitu monosit
mononuclear dan neutrofil polimorfonuclear Secombes 1996. Fagosit mononuclear monosit berasal dari sel progenitor umum dalam sumsum tulang. Setelah berproliferasi
dan matang, sel tersebut masuk ke dalam peredaran darah. Sel-sel monosit yang telah masuk dalam pembuluh darah, setelah 24 jam akan bermigrasi dari peredaran darah ke
tempat tujuan di berbagai jaringan untuk berdiferensiasi menjadi makrofag. Di dalam jaringan, sel makrofag siap menjalankan fungsinya untuk melakukan fagositik jika terpapar
mikroorganisme patogen dan dapat bertahan hidup berbulan-bulan Baratawidjaja 2006. Sel-sel fagositosis yaitu monosit dan neutrofil dapat mengekspresikan banyak
reseptor permukaan yang dapat mengikat mikroba untuk selanjutnya dimakan. Secombes 1996 menyatakan bahwa proses fagositosis dapat terjadi dalam beberapa tahap yaitu
pergerakan kemotaksis, pelekatan partikel antigen pada permukaan sel, penelanan yang kemudian terjadi pembentukan fagosom, pemusnahan dan pencernaan. Kemotaksis adalah
gerakan fagosit ke tempat terjadinya infeksi sebagai respon terhadap berbagai faktor virulensi bakteri patogen. Sel polimofonuklear bergerak cepat dan sudah berada di lokasi
infeksilokasi keberadaan bakteri patogen dalam waktu 2-4 jam, sedangkan monosit bergerak lebih lambat yaitu memerlukan waktu sekitar 7-8 jam. Partikel atau antigen yang
terpapar akan dikenali oleh sel fagositik, kemudian ditangkap dan ditelan dengan bantuan reseptor pada membran sel. Pada proses penangkapan dibantu oleh komplemen yang
menyebabkan terjadinya opsonisasi. Opsonin merupakan molekul besar yang mengikat permukaan mikroba sehingga pergerakan mikroba patogen menjadi lebih lambat dan dapat
dikenal oleh reseptor permukaan monosit dan neutrofil sehingga mampu meningkatkan efisiensi proses fagositosis.
Bila antigen atau bakteri patogen sudah ditelan, maka membran akan menutup lalu antigen akan digerakkan ke sitoplasma sel dan terbentuk vasikel intraselular fagosom.
Dalam sel fagosit ini, antigen atau bakteri patogen akan didegradasi oleh fagolisosom. Fagolisosom merupakan enzim lisosom yang bersatu dengan fagosom. Selain lisosom
penghancuran mikroba intraselular dalam hal ini bakteri patogen dapat pula terjadi karena didalam sel fagosit monosit dan neutrofil terdapat berbagai bahan antimikrobial seperti
hidrogen peroksida H
2
O
2
dan mieloperoksidase. Tingkat akhir fagositosis adalah pencernaan protein, polisakarida dan lipid serta asam nukleat di dalam sel oleh enzim
lisosom Baratawidjaja 2006.
4.4 Jumlah Total Bakteri di Usus