c. Kadar hematokrit He
Kadar hematokrit He diukur menurut Anderson dan Siwicki 1993. Kadar He ditentukan dengan cara: sampel darah dimasukkan dalam tabung mikrohematokrit sampai
kira-kira 34 bagian tabung, kemudian ujungnya disumbat dengan crytoseal sedalam 1 mm. Setelah itu disentrifus dengan kecepatan 5000 rpm selama 5 menit. Setelah itu dilakukan
pengukuran panjang darah yang mengendap a serta panjang total volume darah yang terdapat didalam tabung b. Kadar He dinyatakan sebagai volume padatan sel darah dan
dihitung dengan cara = ab x 100.
d. Total leukosit
Jumlah leukosit dihitung menurut Blaxhall dan Daisley 1973 yaitu : sampel darah dihisap dengan pipet yang berisi bulir pengaduk berwarna putih berskala sampai 0,5 ml.
Lalu ditambahkan larutan turk’s sampai skala 11. Selanjutnya pipet digoyang membentuk angka delapan selama 5 menit agar bercampur homogen. Tetesan pertama dibuang, tetesan
berikutnya dimasukkan kedalam hemasitometer ditutup dengan kaca penutup, diamati di bawah mikroskop. Perhitungan dila
kukan pada kotak kecil hemasitometer, Σ leukosit = Σ sel leukosit terhitung x volume pengencer.
e. Diferensial leukosit
Diferensial leukosit ditentukan mengikuti Amlacher 1970. Perhitungan dilakukan dengan mengamati preparat ulas darah. Darah diteteskan diatas gelas objek steril yang sudah
direndam dengan metanol, kemudian ujung gelas objek kedua ditempatkan di atas gelas objek yang telah ditetesi darah hingga membentuk sudut 30
o
f. Indeks fagositik
C. Gelas objek kedua digeser kearah belakang menyentuh tetesan darah hingga menyebar. Kemudian gelas objek
kedua digeser kerarah berlawanan hingga terbentuk lapisan tipis darah, dibiarkan hingga kering. Preparat difiksasi dengan metanol absolute selama 5 menit kemudian diangkat dan
dibiarkan kering udara. Pewarnaan preparat dilakukan selama 10 menit dalam larutan giemsa, lalu diangkat dan dibilas dengan air mengalir dan dibiarkan kering udara. Preparat
ulas diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali. Kemudian dihitung jenis- jenis leukosit dan dihitung persentasenya.
Aktivitas fagositik ditentukan melalui indeks fagositik yang diukur mengikuti Anderson dan Siwicki 1993. Pengukuran dilakukan dengan cara : sebanyak 50 µl darah
dimasukkan kedalam eppendorf, ditambahkan 50 µl suspensi sel Staphylococcus aureus 10
7
3.5.2. Jumlah total bakteri S. agalactiae di organ target
dalam PBS, dicampurkan homogen dan diinkubasi selama 20 menit. Sebanyak 5µl dibuat sediaan ulas, dikeringkan di udara, lalu difiksasi dengan metanol 5 menit, dibilas
dengan akuades dan dikeringkan. Sediaan diwarnai dengan pewarna Giemsa 15 menit, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan diatas kertas tisu. Aktivitas fagositik didasarkan
pada persentase dari 100 sel fagositik yang menunjukkan proses fagositosis.
Kemampuan bakteri probiotik hasil seleksi dalam menghambat perkembangan bakteri S. agalactiae juga ditentukan berdasarkan jumlah bakteri S. agalactiae yang ada di
otak, mata dan ginjal. Masing-masing organ diambil lalu ditimbang dan dimasukkan ke dalam larutan PBS dengan perbandingan 1 : 9. Kemudian organ digerus sampai homogen
dengan larutan PBS. Setelah homogen dengan larutan PBS, diambil sebanyak 0,1 ml kemudian dilakukan pengenceran bertingkat lalu dituang dalam cawan petri dengan metode
agar tuang dan disebar merata dengan batang penyebar pada media BHIA dengan 2 ulangan dan diinkubasi selama 24-48 jam. Jumlah koloni bakteri S. agalactiae dihitung berdasarkan
rumus : PM =
AxB K
Dimana: PM
= Populasi bakteri cfuml K
= Jumlah koloni A
= Volume inokulasi dalam media pengencer ml B
= Pada pengenceran keberapa koloni bakteri dihitung Jika jumlah koloni bakteri S. agalactiae pada perlakuan lebih kecil dibandingkan
kontrol maka perlakuan tersebut berhasil menghambat S. agalactiae.
3.5.4. Jumlah total bakteri di usus
Pengukuran jumlah bakteri di usus dilakukan pada hari ke-15 setelah perlakuan. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui efektivitas pemberian prebiotik dalam menstimulir
pertumbuhan koloni bakteri dalam usus. Cara kerja untuk perhitungan koloni bakteri diusus