serangan bakteri. Sel-sel leukosit tersebut bekerja sebagai sel yang memfagosit bakteri agar tidak berkembang serta menyebarkan faktor virulensinya di dalam tubuh inang. Hal inilah
yang menyebabkan sering ditemukan jumlah total leukosit meningkat pasca infeksi bakteri patogen.
Pada akhir pengamatan yaitu pada minggu ke-4, total leukosit cenderung turun, namun dari hasil uji statistik perlakuan P1, P2 dan P3 tetap memberikan pengaruh yang
berbeda nyata dengan PO+ P0,05. Penurunan total leukosit pada minggu ke-4 ini menandakan bahwa infeksi bakteri S. agalactiae mulai berkurang sehingga leukosit yang
diproduksi oleh tubuh untuk memfagosit dan mengeliminir bakteri patogen menjadi lebih sedikit. Dari hasil yang diperoleh, membuktikan bahwa total leukosit ikan yang terkena
infeksi lebih tinggi dibandingkan total leukosit ikan dalam keadaan normal.
4.3.5 Diferensial leukosit
Diferensial leukosit diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi terhadap preparat ulas darah ikan. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada
penelitian ini leukosit yang ditemukan atau teridentifikasi terdiri atas limfosit, monosit dan neutrofil.
a. Limfosit
Secara morfologi, limfosit berupa sel darah kecil dengan nukleus yang besar menempati bagian terbesar dari sel tidak bergranula dan dikelilingi sejumlah kecil
sitoplasma Chinabut et al. 1991; Takashima Hibiya 1995. Limfosit merupakan proporsi sel darah putih terbanyak Takashima Hibiya 1995. Hasil persentase jumlah limfosit
yang terukur selama penelitian disajikan pada Gambar 11 dan Lampiran 7
Gambar 11. Persentase jumlah limfosit ikan nila selama perlakuan penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik minggu ke-1 dan ke-2 dan pasca
uji tantang dengan bakteri S.agalactiae minggu ke-3 dan ke-4
Persentase jumlah limfosit yang terukur selama penelitian lebih tinggi dari pada monosit dan neutrofil. Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa persentase jumlah limfosit
mengalami peningkatan dari persentase jumlah limfosit ikan pada keadaan normal. Persentase jumlah limfosit tertinggi selama penelitian diperoleh pada pengamatan minggu
ke-2 pada perlakuan P3 sebesar 83,18 + 1,18 . Peningkatan limfosit berperan cukup besar terhadap peningkatan respon imun atau ketahanan tubuh ikan terhadap infeksi. Limfosit
tidak bersifat fagositik namun memegang peranan penting dalam pembentukan antibodi Baratawidjaja, 2006.
Persentase jumlah limfosit mengalami penurunan pada minggu ke-3 dengan nilai terendah terdapat pada perlakuan P3 sebesar 77,85 + 1,26 . Penurunan persentase jumlah
limfosit ini terjadi karena pasca infeksi terjadi peningkatan persentase jumlah monosit dan neutrofil, karena ketiga komponen sel darah putih ini saling mempengaruhi. Ketika terjadi
infeksi, terjadi alih fungsi yaitu respon imun yang bekerja terlebih dahulu adalah respon imun non spesifik berupa aktivitas fagositosis yang dilakukan oleh monosit dan neutrofil
Iwama, 1996. Selain itu penurunan jumlah limfosit ini juga disebabkan karena terjadi gangguan pada fungsi organ penghasil limfosit. Menurut Fujaya 2004, limfosit yang
bersirkulasi dalam darah dan jaringan berasal dari timus dan organ limfoid perifer seperti ginjal dan limpa. Kerusakan pada organ penghasilnya ini akan menghambat pembentukan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
Ju ml
a h
L imp
o si
t
Minggu Ke-
PO + PO -
P1 P2
P3
limfosit. Kekurangan limfosit dapat menurunkan konsentrasi antibodi dan dapat meningkatkan serangan penyakit. Namun demikian, penurunan persentase jumlah limfosit
dalam penelitian ini masih berada pada kisaran persentase jumlah limfosit ikan normal. Blaxhall 1972 menyatakan bahwa limfosit ikan secara umum berjumlah 71,12-82,88
dari total leukosit. Limfosit merupakan sel-sel respon pertahanan tubuh yang penting dan
diklasifikasikan ke dalam 2 subklas : sel B respon imun spesifik humoral dan sel T respon imun spesifik seluler. Sel B mempunyai kemampuan untuk bertransformasi menjadi sel
plasma yaitu sel yang memproduksi antibodi Almendras Catap 2002. Menurut Baratawidjaja 2006, bila sel B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan
berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi ini berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraselular atau
bakteri serta menetralisir toksinnya. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan salah satunya adalah sel Th1 yang berfungsi
mengaktifkan makrofag monosit untuk menghancurkan mikroba patogen serta memusnahkan sel yang terinfeksi.
b. Monosit