Laju Pertumbuhan Harian dan Konversi Pakan FCR

Gambar 21. Histopatologi mata ikan nila yang diinjeksi S. agalactiae A. mata normal ; B. hipertropi ; C. vakuolisasi ; D. hiperplasia E. nekrosis. 1 bar = 50 µm Bakteri S. agalactiae yang berkembang pada organ mata masuk melalui aliran darah dan menghasilkan eksotoksin yang merusak bagian choroidal sehingga terjadi perubahan tersebut. Pada penelitian ini ditemukan pula hemoragi pada perlakuan PO+, yang menunjukkan bahwa S. agalactiae bersifat septicemia yang mampu menyebarkan faktor virulensinya melalui pembuluh darah dan menuju ke mata. Dari pengamatan makroskopis, gejala kerusakan mata eksoptalmia terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Evans 2006, bahwa kerusakan pada mata ikan nila umumnya terjadi pada hari ke-4 pasca infeksi bakteri S. agalactiae.

4.7. Laju Pertumbuhan Harian dan Konversi Pakan FCR

Hasil pengukuran laju pertumbuhan bobot harian dan konversi pakan ikan nila yang diberi pakan dengan penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik disajikan pada Gambar 22 dan Lampiran 10 serta 11. A E C D B A B Gambar 22. Laju pertumbuhan bobot harian A dan nilai konversi pakan FCR B ikan nila setelah 14 hari pemeliharaan; PO+. kontrol positif; PO-. kontrol negatif; P1. probiotik; P2. prebiotik P3. sinbiotik. Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0,05. Dari Gambar 21 diatas terlihat bahwa hasil pengujian efektivitas penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik dalam pakan, memberikan nilai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan ikan yang diberikan pakan kontrol. Nilai laju pertumbuhan bobot harian tertinggi diperoleh pada perlakuan pakan dengan penambahan sinbiotik P3 yaitu sebesar 2,03 + 0,20 . Selanjutnya berturut-turut dari tinggi ke rendah pada perlakuan dengan 1,35 1,47 1,86 1,72 2,03 0,5 1 1,5 2 2,5 PO+ PO- P1 P2 P3 La ju P e rt u mb u h a n H a ri a n Perlakuan a b b b 2,18 2,28 1,82 1,78 1,77 0,5 1 1,5 2 2,5 3 PO - PO + P1 P2 P3 FC R Perlakuan a a a b b a penambahan probiotik P1 sebesar 1,86 + 0,28 , perlakuan dengan penambahan prebiotik P2 sebesar 1,72 + 0,29 , perlakuan dengan pakan kontrol negatif PO- sebesar 1,47 + 0,20 dan perlakuan dengan pakan kontrol positif PO+ sebesar 1,35 + 0,14 Lampiran 10. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bobot harian ikan yang diberi pakan dengan penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik berbeda nyata dengan laju pertumbuhan berat harian ikan nila yang diberi pakan kontrol P0,05. Dari hasil penelitian ini, laju pertumbuhan bobot harian tertinggi diperoleh pada perlakuan P3, hal ini menunjukkan bahwa peran bakteri probiotik yang aktivitas dan pertumbuhannya ditingkatkan dengan penambahan prebiotik mampu meningkatkan kinerja pemanfaatan pakan pada ikan nila. Hal ini didukung oleh penelitian Putra, 2010 yang melaporkan bahwa penambahan sinbiotik dalam pakan memberikan pertumbuhan yang tertinggi dan berbeda nyata dengan pertumbuhan ikan yang diberi pakan kontrol. Namun demikian, hasil uji lanjut duncan terhadap analisis tersebut menunjukkan bahwa perlakuan P1, P2 dan P3 masing-masing tidak berbeda nyata, tetapi ketiga perlakuan tersebut berbeda nyata dengan PO+ dan PO-. Dari hasil ini menunjukkan bahwa penambahan probiotik, prebiotik, sinbiotik mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila. Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik panjang, berat maupun volume dalam satuan waktu. Pertumbuhan bergantung pada konsumsi makanan dan surplus energi setelah kebutuhan energi untuk metabolisme basal dan untuk aktivitas tercukupi. Salah satu nutrien penting yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah protein. Peningkatan laju pertumbuhan yang lebih tinggi pada perlakuan P1, P2 dan P3, diduga karena terjadinya pemanfaatan kandungan nutrisi pakan yang optimal. Nilai rata-rata FCR tertinggi dalam penelitian ini terdapat pada perlakuan PO - yaitu 2,28, berturut-turut dari tinggi ke rendah perlakuan kontrol + sebesar 2,18 , perlakuan P1 sebesar 1,82, perlakuan P2 sebesar 1,78 dan perlakuan P3 sebesar 1,77 Lampiran 10. Berdasarkan hasil anova, menunjukkan bahwa perlakuan P1, P2 dan P3 memberikan pengaruh nyata terhadap nilai FCR dibandingkan dengan perlakuan PO+ dan PO- P0,05. Hasil uji lanjut Duncan terhadap perlakuan tersebut juga menunjukkan bahwa antara perlakuan P1, P2 dan P3 tidak berbeda nyata, akan tetapi berbeda nyata dengan PO + dan PO -. Nilai FCR menunjukkan pemanfaatan pakan yang lebih baik sehingga pakan dapat diserap oleh tubuh untuk meningkatkan pertumbuhan. Nilai FCR terbaik dalam penelitian ini diperoleh pada perlakuan P3. Nilai FCR ini berkorelasi positif dengan nilai laju pertumbuhan bobot harian. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan sinbiotik dalam pakan mampu meningkatkan kinerja pencernaan ikan dalam memanfaatkan pakan secara optimal. Peningkatan kinerja dalam pencernaan ikan ini terjadi karena jumlah bakteri yang menguntungkan dalam pencernaan meningkat karena kombinasi dari probiotik dan prebiotik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra 2010, bakteri NP5 merupakan bakteri yang memiliki aktivitas amilolitik. Bakteri amilolitik merupakan bakteri yang mampu mensekresikan enzim amilase yang berperan penting dalam proses pencernaan ikan yaitu sebagai katalisator dalam hidrolisis nutrien pakan karbohidrat dalam saluran pencernaan ikan. Kemampuan bakteri NP5 dalam menghasilkan enzim amilase ini dapat mengoptimalkan pemanfaatan pakan dalam pencernaan ikan nila. Semakin meningkatnya jumlah populasi bakteri probiotik NP5 dalam pencernaan akibat kombinasinya dengan prebiotik, maka akan meningkat pula enzim amilase yang dihasilkan dalam membantu proses pencernaan. Putra 2010 menyatakan bahwa pemberian sinbiotik mampu meningkatkan aktivitas enzim exogenous yaitu enzim amilase dan enzim protease pada ikan nila. Adanya peningkatan aktivitas enzim protease dan amilase dalam pencernaan ikan nila diduga menyebabkan kecernaan protein dan karbohidrat dalam pakan meningkat, dengan demikian protein dan energi nutrien pakan dalam karbohidrat yang diserap oleh usus untuk dimanfaatkan tubuh menjadi lebih tinggi, sehingga pemanfaatan pakan menjadi lebih optimal. Dengan semakin tingginya protein dan energi yang dapat disimpan oleh tubuh, maka protein yang teretensi dan laju pertumbuhanpun akan meningkat.

4.8 Kualitas air