agalactiae dapat meningkat bila tidak segera ditanggulangi.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan jenis ikan air tawar yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia. Ikan ini memiliki laju pertumbuhan yang cepat, mudah bereproduksi, berdaging tebal dan mudah dibudidayakan Molina et al. 2009. Berbagai keunggulan pada ikan nila membuat permintaan terus meningkat, akibatnya penerapan intensifikasi budidaya tidak dapat dihindarkan. Namun demikian, intensifikasi budidaya yang kurang memperhatikan kondisi lingkungan budidaya dapat menimbulkan berbagai dampak negatif antara lain timbulnya penyakit. Salah satu penyakit yang sedang mewabah dan menjadi salah satu masalah utama pada budidaya ikan nila saat ini yaitu Streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae. Bakteri S. agalactiae dapat menyebabkan kematian yang tinggi dan menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar dalam budidaya ikan nila. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Evans 2006, bakteri S. agalactiae menyebabkan 90 kematian ikan 6 hari setelah injeksi. Infeksi S. agalactiae bersifat septicemia dan koloninya menyebar di beberapa organ dalam seperti pada otak, mata dan ginjal Sheehan 2009. Menurut Conroy 2009, S. agalactiae menginfeksi dan lebih virulen pada kondisi lingkungan dengan suhu 24 o C - 29 o Kontrol dan penanggulangan terhadap penyakit secara konvensional sering dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti obat-obatan antimikroba dan desinfektan Gomez et al. 2000. Penggunaan antibiotik yang tidak terkendali untuk pengobatan penyakit, dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan dinamika alami mikroorganisme dalam pemeliharaan ikan. Oleh karena itu, penggunaan bahan-bahan kimia tersebut saat ini dibatasi dan tidak dianjurkan. Berdasarkan kelemahan tersebut, maka perlu dicari alternatif untuk menanggulangi permasalahan penyakit tanpa menggunakan antibiotik dan bahan kimia lainnya Weston 1996; Esiobu et al. 2002. C. Mengingat suhu di Indonesia umumnya berada pada kisaran tersebut, maka penyebaran serangan

S. agalactiae dapat meningkat bila tidak segera ditanggulangi.

Pada kondisi ini, pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pengendalian S. agalactiae pada ikan nila dengan probiotik. Probiotik tidak terakumulasi dalam tubuh ikan dan tidak menyebabkan resistensi organisme patogen seperti pada antibiotik Guo et al. 2009. Bakteri probiotik mampu melakukan pengontrolan kondisi pemeliharaan secara biologis tanpa menimbulkan dampak buruk terhadap sistem keseimbangan ekologis mikroba baik dalam pencernaan maupun dalam sistem pemeliharaan ikan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haroun et al. 2006, bakteri probiotik telah terbukti berhasil dalam menstimulasi sistem imun dan menurunkan bakteri patogen pada budidaya ikan nila. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang et al. 2008, pemberian bakteri Enteroccus faecium sebagai probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan dan respon imun ikan nila. Namun demikian, perlu diketahui bakteri probiotik yang tepat dan potensial untuk menekan virulensi S. agalactiae pada ikan nila. Pemberian probiotik yang tepat dan potensial sebagai hasil dari seleksi terkadang juga memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan konsep probiotik di antaranya adalah kompetisi nutrien, kemampuan hidup dan kolonisasi bakteri probiotik dalam saluran pencernaan yang secara alami sudah mengandung ratusan spesies bakteri lainya. Jika bakteri probiotik tidak mendapatkan jumlah nutrien yang cukup untuk kehidupannya, ditambah terjadinya perubahan lingkungan yang ekstrim dalam saluran pencernaan, maka bakteri probiotik akan cepat mengalami wash out pencucian Lisal 2005. Pendekatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan dari aplikasi probiotik ini yaitu dengan memberikan nutrien yang dibutuhkan oleh bakteri probiotik untuk mempertahankan kondisi hidupnya dalam saluran pencernaan. Nutrien atau bahan yang dibutuhkan oleh bakteri probiotik ini dikenal dengan prebiotik Roberfroid 2000. Pencampuran prebiotik dengan bakteri probiotik ini disebut sinbiotik. Lisal 2005, menyatakan bahwa sinbiotik adalah gabungan antara probiotik dan prebiotik dengan komposisi seimbang dalam mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan mahluk hidup. Tersedianya nutrien atau substrat spesifik yang dibutuhkan bakteri probiotik diharapkan akan mampu meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik. Meningkatnya daya tahan hidup dan aktivitas bakteri probiotik diduga akan meningkatkan fungsi probiotik dalam saluran pencernaan yang akhirnya dapat menstimulasi sistem imun ikan. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peranan probiotik, prebiotik dan sinbiotik dalam meningkatkan sistem imun ikan terhadap serangan bakteri patogen S. agalactiae.

1.2. Rumusan Masalah