11 atau  sudah  diformulasikan  dapat  mengubah  komposisi  atau  aktivitas  mikrobiota  target  inang,
mekanisme tersebut meliputi fermentasi, penghentian reseptor atau lainnya. Bahan baku pangan fungsional prebiotik yang dianggap potensial untuk dikembangkan dan
paling  sering  digunakan  adalah  pati  resisten  tipe  III  RS  III.  Pati  resisten  digolongkan  sebagai sumber serat British Nutrition Foundation 2005. RS III adalah pati hasil retrogradasi, terbentuk
karena  pemanasan  pada  suhu  tinggi  yang  dilanjutkan  dengan  pendinginan  Onyango  2004. Menurut  Weese  2002;  Manning  dan  Gibson  2004,  dietary  fiber  serat  makanan  dapat
dikelompokan  sebagai  prebiotik,  apabila:  substrat  tidak  dapat  diserap  atau  dihidrolisis  di  dalam usus  halus,  secara  selektif  substrat  dapat  difermentasi  oleh  bakteri  yang  menguntungkan  seperti
Bifidobacterium,  fermentasi  substrat  yang  memberikan  efek  sistemik  bagi  inangnya.  Bahan prebiotik  diklasifikasikan  sebagai  GRASS  atau  generally  recognized  as  save  Weese  2002;
Gibson 2004; dan FAO 2007.
G. BROWNIES KUKUS
Brownies  merupakan  salah  satu  jenis  cake  yang  berwarna  coklat  kehitaman.  Brownies dapat  dibagi  menjadi  dua  macam,  yakni  brownies  kukus  dan  brownies  oven.  Struktur  brownies
sama seperti cake  yaitu ketika dipotong terlihat keseragaman pori remah, berwarna menarik, dan jika  dimakan  terasa  lembut,  lembab,  dan  menghasilkan  cita  rasa  yang  baik  Sulistyo  2006.
Tekstur  yang  dikehendaki  dari  brownies  agak  bantat  sehingga  ia  tidak  membutuhkan pengembangan  gluten  sebagaimana  cake.  Bahan  penyusun  utamanya  antara  lain  telur,  lemak,
gula, dan terigu. Sebagai bahan tambahan dapat ditambahkan emulsifier dan bahan pengembang Sulistiyo 2006.
Tepung yang umum digunakan sebagai bahan pembuat brownies adalah terigu. Tepung ini, di  dalam  adonan,  berfungsi  sebagai  pembentuk  struktur  dan  tekstur  brownies,  pengikat  bahan-
bahan  lain,  dan  penditribusi  bahan-bahan  lain  secara  merata,  serta  pembentuk  citarasa  Matz 1992.  Tepung  terigu  yang  biasanya  digunakan  adalah  terigu  lunak  Subarna  1996.  Alasan
penggunaan terigu jenis lunak adalah kelebihannya dalam membentuk adonan yang lebih lembut dan lengket Matz 1992.
Bahan utama lain dalam pembuatan brownies adalah gula yang berfungsi memberikan rasa manis. Selain itu, ia juga berperan dalam pembentukan struktur, tekstur, keempukan, pengikat air,
serta penjaga kelembaban Berenbaum 2003. Gula juga dapat berfungsi sebagai pengawet karena gula  dapat  mengurangi  aw  bahan  pangan  yang  menghambat  pertumbuhan  mikroorganisme
Buckle et al. 1981.
Lemak  sebagai  bahan  penyusun  utama  brownies  berfungsi  melembutkan  tekstur, membentuk  citarasa,  memacu  pengembangan,  membantu aerasi dan emulsifikasi adonan. Selain
itu,  lemak  juga  berperan  meningkatkan  nilai  gizi.  Adapun  lemak  yang  biasa  digunakan  adalah mentega. Margarin lebih sering digunakan karena harganya lebih murah dari mentega. Margarin
adalah  lemak  plastis  yang  dibuat  dari  proses  hidrogenasi  parsial  minyak  nabati  Haryadi  et  al. 2000.
Telur  dalam  pembuatan  brownies  berfungsi  sebagai  penggaanti  air,  pembentuk  struktur, pelembut,  pengikat  udara  aerasi,  dan  pendistribusi  adonan.  Telur  dapat  mempengaruhi  warna,
aroma,  dan  rasa.  Lesitin  pada  kuning  telur  memiliki  daya  pengemulsi  sedangkan  putih  telurnya membentuk tekstur yang lebih ringan Berenbaum 2003.
Sebagai  pemberi  warna  dan  rasa  utama  brownies  adalah  dark  cooking  chocolate  yang khusus  digunakan  untuk  membuat  produk-produk  bakery.  Selain  ditambahkan  dark  cooking
chocolate  dapat  juga  ditambahkan  bubuk  coklat.  Bahan  tambahan  lainnya  adalah  emulsifier seperti valet. Fungsi emulsifier ini adalah mendorong pembentukan dan  mempertahankan emulsi
agar tetap stabil. Selain itu valet juga berperan sebagai pelembut tekstur. Penambahan garam dan flavor  lain  juga  dapat  dilakukan  dalam  pembuatan  brownies.  Keduanya  berperan  dalam
meningkatkan cita rasa serta meningkatkan penerimaan produk.
Terdapat  dua  proses  inti  dalam  pembuatan  brownies,  yakni  pembuatan  adonan  dan pengukusan.  Pembuatan  adonan,  sebagaimana  dikutip  dari  Ketaren  1986  di  dalam  Sulistyo
2006  dapat  dilakukan  dengan  tiga  metode  pencampuran  yaitu  sugar-batter,  flour-batter,  dan single step.
12 Metode  sugar-batter  mencampurkan  bagian  gula  dan  margarin  terlebih  dulu,  baru
kemudian  ditambahkan  telur,  tepung,  dan  bahan-bahan  lainnya.  Keuntungan  dari  metode  ini adalah  daya  serap  lemaknya  terhadap  udara  dapat  maksimal.  Pada  metode  flour-batter,  tepung
dan  margarinlah  yang  dicampur  terlebih  dulu.  Metode  ini  lebih  efektif  dalam  mendistribusikan dan mendispersikan margarine dalam  adonan serta menghasilkan cake dengan tekstur  yang lebih
halus. Sedangkan metode single-step mencampurkan dan mengaduk semua bahan sekaligus dan menambahkan  baking  powder  ketika  mendekati  akhir  pengadukan  memiliki  kelebihan  pada
pengerjaannya  yang  lebih  sederhana  meskipun  mutu  cake  yang  dihasilkan  tidak  sebaik  kedua metode lainnya.
Sulistiyo 2006 melakukan  proses pembuatan  adonan dengan  metode  yang berbeda: telur dan gula dikocok terlebih dahulu, kemudian ditambahkan tepung, cokelat bubuk, baking powder
dan garam yang sudah diayak. Margarin dan dark cooking chocolate yang sudah dicairkan diaduk dengan sendok dan dicampur ke dalam adonan hingga merata.
Setelah  pembuatan  adonan,  proses  inti  berikutnya  adalah  pengukusan.  Pengukusan steaming  merupakan  salah  satu  teknik  pengolahan  produk  cake  yang  menggunakan  uap  air
panas  bersuhu  100 C.  Pengukusan  adalah  salah  satu  cara  pemasakan  bahan,  selama  proses
pemasakan  terjadi  penurunan  gizi  tergantung  pada  suhu  dan  lamanya  proses  pemasakan.  Tiga jenis reaksi yang dapat menurunkan nilai gizi selama proses pemasakan atau pemanasan yaitu 1
oksidasi  lemak;  2  denaturasi  protein  berupa  perubahan  ikatan  asam  amino  sehingga  absorpsi terganggu dan terbentuknya ikatan baru sehingga enzim pencernaan tidak mampu lagi mencerna;
dan  3  reaksi  Maillard  Winarno  1997.  Perubahan  yang  terjadi  selama  proses  pengukusan pemanasan  antara  lain  gelatinisasi  pati  membentuk  struktur  jaringan  yang  kokoh,  koagulasi
protein  membentuk  struktur  yang  lebih  keras,  penguapan  zat  volatil,  serta  reaksi  maillard  dan hidrolisis yang menyebabkan perubahan flavor dan warna pada brownies Matz 1992.
Pada  waktu  pengukusan  terjadi  penyerapan  air  atau  uap  air  oleh  bahan.  Bahan  yang dikukus dalam waktu yang lebih lama akan memberikan kesempatan kepada bahan tersebut untuk
kontak  dan  menyerap  uap  ar  lebih  besar  sehingga  mengakibatkan  peningkatan  kadar  air  bahan Lukman  1992.  Proses  pengukusan  dapat  menarik  sebagian  udara  dalam  jaringan  sehingga
tekanan turgor sel berkurang. Hal ini menyebabkan jaringan menjadi lunak. Penarikan udara akan mendegradasi sebagian dinding sel sehingga jaringan lebih poros. Proses pemberian panas dengan
pengukusan  akan  menyebabkan  berkurangnya  komponen  yang  mudah  menguap,  terjadinya oksidasi dan hidrolisis yang menyebabkan perubahan flavor dan warna Fennema 1996.
III. METODE PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
1.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan tepung pisang adalah buah pisang uli yang  didapatkan  dari  daerah  sekitar  Bogor  dengan  tingkat  kematangan  ¾  penuh  dan  warna
kulit  masih  hijau.  Bahan  yang  digunakan  untuk  pembuatan  brownies  kukus  adalah  tepung pisang, tepung terigu, gula pasir, garam, telur, valet, margarin. Bahan yang digunakan untuk
uji kimia adalah akuades, bubuk K
2
SO
4
, bubuk HgO, larutan H
2
SO
4
, larutan H
3
BO
4,
larutan NaOH-Na
2
S
2
O
3
, larutan  HCl 0.02 N, pelarut heksama, indikator  metil merah  - metilen  biru, larutan buffer Na-fosfat 0.1 N dengan pH 7.0, etanol, dietil eter, NaOH 0.1 M, asam asetat 1
N, larutan iod, petroleum benzene, buffer enzim termamil, HCl 4 N, pepsin, enzim protease, larutan  maltosa
,  enzim  α-amilase,  DNS,  Na-K  tartarat,  aseton,  glukosa  standar,  maltosa standar,  NaCO
3
jenuh,  dan  celite  kering.  Bahan-bahan  yang  digunakan  untuk  analisis mikrobiologi  antara  lain  medium  NA,  medium  APDA,  medium  MRSA  dan  larutan
pengencer NaCl 0.85.
2. Alat
Peralatan  pembuatan  tepung  pisang  modifikasi  meliputi  pisau,  plastik,  erlenmeyer 2000 ml, oven pengering cabinet drier, otoklaf, refrigerator, disc mill dan ayakan 60 mesh.
Peralatan  yang digunakan untuk membuat brownies kukus antara lain wadah  plastik, mixer, loyang,  mangkok,  timbangan,  dan  alat  pengukus.  Peralatan  pengujian  mikrobiologi  adalah
cawan petri, pipet mikro, bunsen, hot plate, tabung reaksi, otoklaf,, pH meter, dan incubator. Peralatan  pengujian  kimia  adalah  oven,  tanur  listrik,  desikator,  labu  Kjeldahl,  destilator,
Soxhlet,  penyaring  vakum,  cawan  porselin,  oven  pengering,  neraca  analitik,  penangas  air, penangas bergoyang, inkubator, sentrifus, magnetic stirrer, pH-meter, spektrofotometer, alat-
alat gelas, alufo, kapas, kertas saring  whatman.  Peralatan untuk analisis  organoleptik antara lain piring-piring saji, kuesioner, dan label.
B. METODE PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Penelitian ini  dibagi  dalam dua tahap,  yakni pembuatan tepung pisang uli  modifikasi Gambar 2 yang dilanjutkan dengan pembuatan brownies kukus. Tepung pisang  modifikasi
TPM  yang dihasilkan dari tahap  pertama ini kemudian dianalisis sifat  kimia dan fisiknya. Analisis kimia dan fisik tersebut meliputi analisis kadar pati, kadar  pati resisten, daya cerna
pati,  proksimat.  Analisis  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  potensi  TPM  sebagai  sumber prebiotik.
TPM  yang  dihasilkan  pada  tahap  pertama  tersebut  kemudian  digunakan  dalam pembuatan  brownies  kukus  TPM.  Tahap  pembuatan  brownies  kukus  TPM  ini  meliputi
formulasi,  uji  fisik  objektif,  evaluasi  sensori  dan  analisis  kimia  untuk  formula  terbaik. Formulasi dilakukan untuk  menentukan  empat formula  yang dapat  dibentuk dengan tingkat
substitusi  tertinggi.  Uji  fisik  objektif  dilakukan  terhadap  keempat  formula  yang  dapat dibentuk.  Uji  fisik  ini  meliputi  warna  dan  tekstur.  Selain  uji  fisik  objektif,  evaluasi  sensori