Angka yang menunjukkan rentang waktu petani menjalani pendidikan formal, satuan tahun.
3. Produktivitas
Angka yang menunjukkan hasil produksi tebu per hektar lahan, satuan kuintal per hektar.
4. Pengalaman usahatani
Angka yang menunjukkan rentang waktu responden menggeluti usahatani tebu hingga tahun dilakukan penelitian, satuan tahun.
5. Kemitraan
Nilai dummy yang menunjukkan keikutsertaan petani dalam kemitraan, bernilai 1 untuk petani mitra dan 0 untuk non-mitra.
6. Penguasaan lahan
Nilai dummy yang menunjukkan penguasaan lahan, bernilai 1 untuk lahan sewa dan campuran milik dan sewa dan 0 untuk lahan milik.
7. Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan produksi tebu per hektar, satuan rupiah.
8. Pekerjaan
Nilai dummy yang menunjukkan pekerjaan utama, bernilai 1 petani tebu dan 0 untuk selainnya.
9. Penyuluhan
Angka yang menunjukkan berapa kali responden mengikuti penyuluhan pertanian dalam tahun penelitian, satuan kali per tahun.
4.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan adanya aliran sumberdaya sebagaimana yang telah disebutkan pada Bab III, hipotesis penelitian ini diduga pendapatan usahatani mitra lebih
tinggi daripada no-mitra. Hal ini disebabkan oleh adanya pinjaman modal sehingga pengerjaan usahatani tepat waktu dan optimal, pinjaman pupuk sehingga
pemupukan optimal, dan pinjaman bibit unggul sehingga produksinya tinggi. Risiko yang ditanggung petani mitra diduga lebih rendah karena adanya
bimbingan teknis sehingga pengelolaaan usahataninya terarah.
Berdasarkan model persamaan regresi linear berganda yang menggambarkan hubungan variabel respon keikutsertaan petani dalam program
kemitraan dengan variabel-variabel penjelasnya, hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel bebas yang berhubungan positif dengan variabel tak bebas
a. Variabel usia, tingkat pendidikan, tingkat pengalaman responden.
Peningkatan usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pengalaman akan meningkatkan pengetahuan sehingga peningkatan nilai ketiga faktor
tersebut akan meningkatkan pendapatan. b.
Variabel kemitraan. Dengan bermitra input produksi menjadi lebih baik sehingga produksi meningkat dan pendapatan meningkat.
c. Variabel frekuensi penyuluhan. Semakin sering petani mengikuti
penyuluhan pertanian akan menambah pengetahuan sehingga meningkatkan pendapatan.
d. Variabel penguasaan lahan. Penguasaan lahan sewa atau campuran
membuat petani lebih cermat mengelola usahatani karena telah memperhitungkan biaya sewa, sehingga pendapatan makin tingi.
e. Variabel pekerjaan utama. Petani tebu sebagai pekerjaan utama diduga
memperbesa pendapatan usahatani karena lebih fokus dalam
pengelolaannya. 2.
Variabel bebas yang berhubungan negatif dengan variabel tak bebas a.
Variabel biaya. Biaya total yang lebih rendah dari penerimaan total akan meningkatkan pendapatan.
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan data monografi Kecamatan Trangkil, letak kecamatan ini 11 km ke arah utara Kotamadya Pati. Jarak Kecamatan Trangkil dengan Ibukota Propinsi
Jawa Tengah, yaitu Semarang, sejauh 86 km. Curah hujan di kecamatan ini 315,8 mm per tahun. Bentuk wilayah datar sampai berombak. Luas wilayah Kecamatan Trangkil
sebesar 4.180,4 ha yang tediri dari 22,4 persen lahan sawah dan 77,6 persen lahan kering.
Prasarana jalan terdiri dari jalan aspal, jalan diperkeras, jalan tanah. Masing- masing dikelompokkan ke dalam kategori baik, sedang, dan rusak. Sebagian besar
jalan dalam kondisi baik dengan persentase sebesar 94,4 persen. Perincian panjang jalan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Prasarana Jalan di Kecamatan Trangkil
No Kategori Jalan
Panjang km Persentase
persen Persentase
persen 1
Jalan aspal baik 68,05
62,3 65,1
2 Jalan aspal sedang
2 1,8
3 Jalan aspal rusak
1,05 1
4 Jalan diperkeras baik
20,05 18,4
21,2 5
Jalan diperkeras sedang 2
1,8 6
Jalan diperkeras rusak 1
1 7
Jalan tanah baik 15
13,7 13,7
8 Jalan tanah sedang
9 Jalan tanah rusak
Jumlah 109,15
100 100
Sumber: Kecamatan Trangkil 2009
Kondisi jalan sangat penting untuk menunjang pengangkutan bibit, pupuk, dan hasil panen tebu. Dengan kemudahan pengangkutan tersebut maka luas lahan dapat
ditingkatkan, serta produktivitas dapat terjaga karena perawatan menjadi lebih mudah. Berdasarkan pengamatan selama penelitian, jalan menuju kebun-kebun petani
dalam kondisi baik. Jalan di lingkungan desa pun sudah diaspal dan kondisinya baik.