Pembentukan Harga Kemitraan 1. Proses Kemitraan

50 kendala transparansi rendemen 36,4 persen. Responden yang mengalami kesulitan terkait pelayanan petugas PG sebanyak 9,1 persen.

5.4.5. Pembentukan Harga

Harga gula terbentuk melalui proses lelang antara APTRI dan investor calon pembeli gula. Pabrik gula berperan sebagai fasilitator seperti mengundang calon pembeli serta menyediakan tempat lelang. Sebelum lelang pihak APTRI akan melakukan survei harga di pasar untuk menentukan harga awal pembuka lelang. Gula akan dijual kepada penawar tertinggi. Lelang dilakukan beberapa kali selama periode giling sesuai ketersediaan gula hasil giling pabrik gula. Harga yang terbentuk berfluktuasi sebagaimana harga gula di pasar. Harga terendah hasil lelang pada musim giling 2009 yaitu Rp 642.500,00 per kuintal. Harga tertinggi Rp 870.000,00 per kuintal. Setelah harga lelang disepakati, pembeli melakukan transfer uang ke rekening direksi pabrik gula. PG membayarkan uang tersebut ke petani sesuai hasil gula tiap petani dikurangi pelunasan pinjaman dan bunga. Pembayaran kepada petani bisa dilakukan melalui transfer atau pembayaran tunai sesuai permintaan petani.

VI. ANALISIS USAHATANI TEBU DI KECAMATAN TRANGKIL

Komponen analisis usahatani terdiri dari tiga variabel yaitu penerimaan, biaya, dan pendapatan. Hal ini juga berlaku pada usahatani tebu sehingga dilakukan variabel penerimaan, biaya, dan pendapatan tersebut dapat diukur. Pengukuran dilakukan dengan menghitung berapa rupiah yang diterimadikeluarkan petani tebu melalui wawancara dengan petani dan manajemen PG.

6.1. Biaya Usahatani Tebu

Biaya usahatani adalah korbanan yang dicurahkan selama proses produksi. Biaya usahatani adalah korbanan yang dicurahkan selama proses produksi yang semula berbentuk fisik kemudian diberikan nilai rupiah Hernanto, 1989. Suharjo dan Patong 1973 membagi biaya usahatani menjadi tiga menurut sifatnya yaitu biaya tetap dan variabel, biaya yang dibayarkan tunai dan yang tidak dibayarkan diperhitungkan, serta biaya langsung dan tidak langsung. Dalam penelitian ini, biaya dikelompokan menurut jenis yang kedua yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Dalam penelitian ini biaya-biaya berikut hanya muncul biaya tunai karena sebagian besar petani tebu yang melakukan penanaman tebu baru menggunakan traktor dengan cara sewa 89,5 persen responden, alat-alat yang kecil misalnya cangkul, sabit, dan lempak dimiliki oleh pekerja, bibit diperoleh dengan dibeli 68,4 persen responden, dan hampir seluruh responden 91,2 persen tidak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya usahatani tebu dalam penelitian yaitu biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat tanaman, biaya pengairan, biaya sewa lahan, biaya pajak lahan, biaya bunga pinjaman, dan biaya tenaga kerja. Biaya bibit dan pupuk sudah termasuk ongkos angkut. Biaya yang diperhitungkan yaitu penggunaan biaya tenaga kerja sendiri, yaitu pengawasan yang dilakukan petani terhadap perawatan tebu. Gambaran biaya diuraikan sebagai berikut: 1. Biaya Bibit Dalam penelitian ini biaya bibit digolongkan menjadi biaya tunai karena 68,4 persen responden petani yang menanam tanaman tebu membeli bibit tersebut. Bibit dibeli dari PG atau dari petani lain. Petani yang tidak membeli bibit