35
Penguasaan lahan tersebut diperoleh melalui kepemilikan lahan dan penyewaan. Kepemilikan lahan petani responden rata-rata 4,803 ha dengan rentang nilai 0,26
hingga 20 ha, sehingga dapat dipastikan bahwa petani responden yang menguasai lebih dari 20 ha pasti menyewa lahan. Berikut sebaran responden berdasarkan jenis
penguasaan lahan tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Penguasaan Lahan
No Luah Lahan ha
Mitra Orang Non-Mitra
Orang Total orang
1 Milik Saja
4 6
12 2
Sewa Saja 2
3 5
3 Milik dan Sewa
16 3
19 Jumlah
22 12
34
5.2.4. Pengalaman
Pengalaman petani tebu responden rata-rata 12,9 tahun dengan rentang nilai 2 hingga 34 tahun. Pengalaman responden petani mitra rata-rata 16,2 tahun dengan
rentang nilai 4 hingga 34 tahun. Pengalaman responden petani non-mitra 6,8 tahun dengan rentang nilai 2 hingga 22 tahun.
Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman
No Pengalaman tahun
Mitra orang Non-Mitra
orang Total orang
1 0-8
5 9
14 2
9-17 7
2 9
3 18-26
6 1
7 4
27-35 4
4 Jumlah
22 12
34
5.2.5 Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga responden petani berkisar antara satu hingga enam orang. Proporsi terbesar yaitu tiga orang sebesar 35,3 persen kemudian empat orang
36
32,4 persen. Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
No Jumlah Anggota
Keluarga Mitra Orang
Non-Mitra Orang
Total orang 1
Satu orang 2
2 2
Dua orang 3
1 4
3 Tiga orang
8 4
12 4
Empat orang 6
5 11
5 Lima orang
3 3
6 Enam orang
2 2
Jumlah 22
12 34
5.2.6 Kelembagaan Petani
Kelembagaan petani tebu di wilayah penelitian yaitu APTRI Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, kelompok tani, dan KUD Koperasi Unit Desa. APTRI
berperan penting dalam meningkatkan posisi tawar petani pada lelang gula. APTRI juga berperan sebagai penyalur pupuk bersubsidi bagi petani tebu.
Setiap PG didampingi satu APTRI. Berdasarkan wawancara dengan pihak manajemen PG, setiap petani yang menggilingkan tebu di PG Trangkil otomatis
menjadi anggota APTRI, namun pada prakteknya tidak semua petani responden yang menggilingkan tebu di PG Trangkil merasa menjadi anggota APTRI. Petani
responden yang tidak merasa sebagai anggota APTRI tidak mendapatkan informasi yang memadai tentang APTRI dan pertemuan-pertemuan APTRI, sedangkan petani
responden yang merasa sebagai anggota APTRI mendapatkan informasi tentang pertemuan-pertemuan APTRI baik dari undangan pengurus maupun keterangan
petani lain. Meskipun demikian, petani yang mengetahui pertemuan tersebut belum tentu menghadiri pertemuan tersebut karena sebab kesibukan maupun merasa sudah
cukup diwakili oleh teman petani lain.Persepsi petani responden tentang keanggotaan APTRI disajikan pada Tabel 8.
37
Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Persepsi Keanggotaan APTRI
No Persepsi Keanggotaan APTRI
Mitra Orang
Non-Mitra Orang
Total orang
1 Merasa sebagai anggota
14 2
16 2
Tidak merasa sebagai anggota 8
4 12
Jumlah 22
6 28
Proporsi responden petani mitra yang merasa sebagai anggota APTRI 63,6 persen, sedangkan responden non-mitra 33,4 persen. Perbandingan tersebut
menggambarkan arus informasi dan komunikasi antara APTRI dengan responden petani mitra lebih besar daripada responden petani non-mitra. Pada Tabel hanya
terdapat 6 orang responden petani non mitra karena sisanya tidak menggilingkan tebu melalui PG melainkan langsung menjual dalam bentuk tebu atau menjual tebu dengan
sistem tebas sehingga tidak menjadi anggota APTRI. Sebagian petani responden juga tergabung dalam kelompok-kelompok tani agar
memudahkan manajemen tebang angkut. Untuk menyetorkan tebu ke PG petani harus mendapatkan Surat Perintah Tebang Angkut SPTA. Dengan bergabung dalam
kelompok tani petani bisa memenuhi kuota jumlah minimal tebu yang harus ditebang per hari sesuai SPTA dengan mudah. Kelompok tani juga menjadi wadah bagi petani
responden untuk bersosialisasi dan saling bertukar informasi antar anggota. Sebaran petani berdasarkan keanggotaan kelompok tani disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani
No Keanggotaan
Mitra orang
Non-Mitra orang
Total orang
1 Kelompok tani
9 3
13 2
Bukan kelompok tani 13
9 21
Jumlah 22
12 32
Tabel 9 menunjukkan bahwa 40,6 persen responden menjadi anggota kelompok tani. Responden petani mitra yang menjadi anggota kelompok tani 40,9 persen.
Responden petani non-mitra yang ikut keanggotaan kelompok tani 25 persen. Proporsi petani responden petani mitra yang ikut kelompok tani lebih besar karena
38
harus memenuhi kuota SPTA, sedangkan 50 persen responden petani non-mitra menjual tebu dengan tebasan sehingga tidak memikirkan untuk memenuhi kuota
SPTA. Dari 22 orang responden petani mitra, sebanyak 20 orang atau 90,9 persen
terdaftar sebagai anggota KUD. Akan tetapi berdasarkan keterangan responden, KUD sama sekali tidak memiliki kegiatan. Mereka terdaftar sebagai anggota KUD hanya
formalitas sebagai syarat mengajukan kredit.
5.2.7 Sumber Informasi