jalan. OPC yang diproduksi oleh PT ITP Tbk terdiri dari 3 tiga tipe, yaitu Semen OPC Tipe I merupakan jenis semen yang
berfungsi untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus, misalnya bangunan perumahan, gedung
bertingkat, jembatan, jalan, dan dapat dipakai sebagai bahan baku komponen bangunan seperti asbes, ubin, batako, dan lain-lain.
Jenis semen ini di produksi di plant 11 yang memiliki mutu ekspor. Semen OPC Tipe II merupakan jenis semen yang digunakan untuk
bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat sedang atau panas hidrasi rendah, misalnya untuk konstruksi beton massa seperti
bendungan, bangunan di daerah rawa-rawa dan lain-lain dan Semen OPC Tipe V merupakan jenis semen yang digunakan untuk
proyek-proyek khusus dengan ketahanan terhadap sulfat tinggi, misalnya untuk tiang pancang, konstruksi bangunan di daerah
gambut. 2
PCC Portland Composite Cement PCC merupakan semen yang digunakan untuk semua mutu
beton, untuk struktur bangunan bertingkat sampai dengan gedung bertingkat tinggi, jembatan, jalan beton, pasangan bata dan
plesteran.
b. Semen Portland Putih White Cement
White Cement merupakan jenis semen yang digunakan untuk semua tujuan di dalam pembuatan adukan semen dan beton yang tidak
memerlukan persyaratan khusus, kecuali warnanya putih. Pada umumnya semen ini digunakan untuk membuat ubin teras, patung-
patung dan dekorasi lainnya yang berfungsi sebagai pengisi filter lantai dan keramik.
c. Semen Sumur Minyak Oil Wll Cement
Oil well Cement merupakan jenis semen yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam baik, dari darat maupun dari
lepas pantai.
4.2.2. Anak Perusahaan dan Investasi Lainnya
Selain memproduksi semen, PT ITP Tbk juga memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang lainnya yang dapat menunjang
bahan baku dan disrtibusi produksi Indocement itu sendiri. Anak perusahaan tersebut adalah :
Tabel 10. Anak Perusahaan PT ITP Tbk Nama Anak Perusahaan
Bidang Usaha Kepemilikan
PT. Indomix Perkasa Produksi beton siap pakai
99,99 PT. Pionir Beton Industri
Produksi beton siap pakai 99,99
PT. Dian Abadi Perkasa Distibusi semen domestik
99,99 PT. Multi Bangunan
Mengelola terminal semen 99,99
PT. Cibinong Center Industrial Estate
Mengelola kawasan industri yang terletak
disekitar kompleks pabrik Citeureup
50,00
PT. Gunung Tua Mandiri Penambangan agregat
51,00 PT. Pama Indo Mining
Menyediakan jasa tambang tanah liat dan batu kapur
40,00 Stillwater Shipping
Corporation Angkutan laut dan jasa lain
yang terkait dengan pengapalan
50,00
PT. Bahana Indonor Memiliki dan
mengoperasikan kapal “MV Tiga Roda “
50,00
Indocement Cayman Island Limited
Investasi 100
Sumber : PT ITP Tbk, 2009
4.2.3. Bahan Baku
Gambaran pengunaan dan proporsi bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan semen, yaitu batu kapur 80, tanah liat 10, pasar
silika 9 dan pasir besi 1. Bahan-bahan tersebut mempunyai area penambangan tersendiri. Penambangan bahan baku dilaksanakan pada
suatu lokasi yang sudah memenuhi syarat, di mana batu kapur tersebut mengandang batu kapur, tanah liat dan pasir silika. Lokasi penambangan
bahan baku terdapat 7 km dari lokasi pabrik, sedangkan pasir besi dibeli dari PT. Aneka Tambang Cilacap. Bahan tambahan untuk pembuatan
semen putih berupa gypsum dan kaolin didatangkan dari Gresik, Australia, Jepang dan Taiwan.
4.2.4. Pengelolaan di Bidang Lingkungan
Saat awal pendiriannya, PT ITP Tbk telah menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas perusahaan akan memberikan dampak bagi lingkungan.
Hal ini disebabkan oleh aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan aspek lingkungan, seperti limbah debu, cair, padat, dan gas, kebisingan, getaran,
pemakaian energi, air bersih, sumber daya alam dan lain-lain. Oleh karena itu, PT ITP Tbk berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisasi
dampak negatif yang timbul dari setiap kegiatan perusahaan, terutama dalam mencegah terjadinya peningkatan kuantitas debu yang keluar dari
hasil produksi. Untuk saat ini, sekitar 99 limbah debu sudah dapat dikendalikan dengan alat Electrostatic Precipitator.
Proses penanganan limbah di PT ITP Tbk terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Penangan limbah organik. Limbah yang ada berupa dedaunan dan batang kayu, limbah tersebut ditangani untuk dibuat pengomposan dan
bekerjasama dengam masyarakat sekitar pabrik. 2. Penanganan Limbah . Limbah padat yang ada dikumpulkan dan akan
diolah secara kompresor dengan dimasukkan ke dalam rotary klin untuk dibakar.
3. Penanganan limbah gas dan padat. Salah satu karakteristik produksi semen adalah menyebabkan pencemaran udara melalui debu, SO
2
, CO
2
dan NO
2
yang dihasilkan selama proses produksi. Untuk mengatasi limbah tersebut, peralatan beroperasi dengan tekanan negatif, sehingga
debu tidak keluar dari peralatan. Upaya lain yang juga dilakukan adalah CEM Control Emission Monitoring dan CPM Control
Particulate Monitoring pada cerebong. Limbah debu yang dihasilkan dapat dikurangi oleh perusahaan dengan memasang alat penangkapan
debu seperti Electristatic Precipitator, Cyclone atau Bag House pada setiap cerobongnya.
4. Penanganan limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan pada umumnya berasal dari pencucian bengkel mesin atau kendaraan berat, limbah
domestik dan limbah yang berasal dari laboratorium. Penanganan limbah cair tidak dilakukan lebih lanjut karena masih di bawah
ambang batas yang diijinkan pemerintah. Untuk limbah cair yang dihasilkan, perusahaan melakukan pengolahan dengan menggunakan
alat coal seperator dan oil seperator.
4.2.5. Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Sebagai salah satu produsen semen terbesar di Indonesia, PT ITP Tbk memiliki komitmen kuat untuk meneruskan bisnis secara etis dan taat
hukum, membantu usaha-usaha peningkatan ekonomi dan turut memperbaiki kehidupan para karyawan, serta masyarakat sekitar wilayah
operasi. PT ITP Tbk terus memelihara kesinambungan bisnis dengan melakukan berbagai langkah strategis, dimana salah satu diantaranya
adalah melalui perwujudan tanggungjawab sosial corporate social responsibility atau CSR diseluruh wilayah operasi perusahaan.
PT ITP Tbk mendasarkan program-program CSR pada konsep pembangunan yang berkelanjutan sustainable development dengan tiga
dasar utama kepentingan triple bottom lines, yakni memelihara lingkungan, memberikan manfaat bagi masyarakat lokal dan menjaga
pertumbuhan perusahaan. Program-program CSR yang selama ini dijalankan mengacu pada kegiatan yang terkelompok dalam kerangka
Lima Pilar The Five Pillars yang lebih banyak bersifat filantori. Namun ke depannya, konsep ini akan dikombinasikan dengan sustainable
development. Lima pilar tersebut adalah : a. Pendidikan. Semua program pendidikan ditujukan untuk meningkatkan
indeks pembangunan manusia IPM di desa-desa binaan sekitar wilayah operasi. Program-program tersebut meliputi pembangunan dan
renovasi gedung-gedung sekolah SD, SMP dan SMA, beasiswa, latihan keterampilan melalui Sekolah Magang Indocement SMI,
perpustakaan serta perlengkapan lainnya berupa buku, bangku dan meja. Disamping itu, PT ITP Tbk melalui Yayasan Indocement juga
menyelenggarakan pendidikan formal dengan memiliki dan mengelola 3 SLTP, 2 SMA dan 2 TK
b. Ekonomi. PT ITP Tbk mencoba memberdayakan masyarakat sekitar wilayah operasi dengan membangun usaha kecil dan menengah, yang
disesuaikan dengan potensi yang ada di desa-desa binaan tersebut. Usaha-usaha pemberdayaan itu mencakup serangkaian pelatihan,
bimbingan dan arahan tentang bagaimana mengembangkan bisnisnya serta adanya bantuan modal usaha. Berkat pemberdayaan itu, banyak
diantaranya menjadi unggulan di bidangnya masing-masing, seperti peternakan ayam, konveksi, pembuatan kue dan bengkel sepeda motor.
c. Kesehatan. PT ITP Tbk bekerjasama dengan Puskesmas milik pemerintah, yaitu mengelola Puskesmas keliling guna memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar wilayah operasinya. PT ITP Tbk juga membangun fasilitas-fasilitas kesehatan, proyek air
bersih dan proyek lainnya yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
4.3. Proses Produksi Semen 4.3.1. Penambangan dan Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan semen adalah batu kapar dan tanah liat, sedangkan pasir silika, pasir besi dan gypsum
merupakan bahan baku pembantu bahan additive. Kebutuhan bahan baku dipenuhi dengan melakukan penambangan di wilayah batu kapur yang
berada sekitar 7 km dari lokasi pabrik. Proses penambangan batu kapur dan tanah liat adalah :
a. Penambangan batu kapur limestone Kebutuhan batu kapur dalam memenuhi produksi semen PT ITP Tbk
mencapai 45.000 tonhari, kebutuhan bahan baku ini dipenuhi dengan melakukan penambangan di wilayah batu kapur di daerah Quarry D
yang berjarak 7 Km dari lokasi pabrik.
Gambar 7. Proses penambangan batu kapur Proses penambangan dimulai dengan melakukan pembersihan terdapat
batu kapur dengan menghilangkan lapisan tanah bagian atas setebal kurang lebih 30 cm dengan menggunakan bulldozer, setelah itu
dilakukan proses pengeboran yang bertujuan untuk membuat lubang tempat yang akan dimasukkan bahan peledak. Tahap berikutnya,
tahapan peledakan yang bertujuan untuk membongkar batuan kapur dari batuan induk setelah itu batu kapur yang telah dipisahkan dimasukkan
kedalam alat pengangkutan drump truck yang akan didistribusikan kedalam mesin penghancuran. Proses penghancuran crushing bertujuan
untuk mereduksi batuan menjadi suatu produk berukuran maksimum 80 mm. Setelah batu kapur selesai dihancurkan, maka dikirim ke pabrik
plant untuk dijadikan sebagai bahan baku produksi semen. 2. Penambangan tanah liat clay
Kebutuhan tanah liat dalam proses produksi semen mencapai 8.000 tonhari yang dipenuhi dengan melakukan penambangan di daerah
Hambalang yang jaraknya kurang lebih 5 km dari lokasi pabrik.
Gambar 8. Proses penambangan tanah liat Pemuatan
loading Pengiriman
conveying Pembersihan
clearing Pengeboran
drilling
Penghancuran crushing
Pengangkutan hauling
Peledakan blasting
Pengiriman Pengecilan
Pengangkutan Pemuatan
Pembongkaran
Proses penambangan tanah liat dimulai dengan dengan melakukan pembongkaran pada kulit batuan, proses ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan bulldozer setelah itu tanah liat yang telah terpisahkan dari kulit batuan diangkut dengan menggunakan whell
loader caterpilar dan didistribusikan ke mesin double roller crusher untuk dilakukan pengecilan batuan dengan ukuran maksimal 80 mm.
Tanah liat berukuran kecil dikirim ke lokasi pabrik untuk dijadikan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan semen.
4.3.2. Pengeringan dan Penggilingan
Semua bahan baku yang didapatkan dari hasil penambangan dikeringkan dalam alat penegring yang berputar rotary dryer dengan
memanfaatkan gas panas yang berasal dari tanur putar klin, yang dikemudian dimasukkan ke dalam alat giling bahan baku raw grinding
mill. Partikel-partikel bahan baku yang telah dimasukkan dipisahkan oleh separator yang terdapat dibagian atas mill partikel, material kasar jatuh ke
bawah dan diumpankan kembali ke dalam mill. Material yang halus dipisahkan dan dengan air slide dibawa ke air lift dan material sangat halus
terbawa aliran gas panas menuju Electrostatis Prepicipitator EP. Seluruh hasil olahan dari raw mill diangkut dengan screw conveyor
menuju belt bucket elevator untuk diumpankan ke homogenizing silo dengan kapasitas masing-masing 10.000 ton. Homo silo yang digunakan
dibagi menjadi enam bagian dan setiap bagian diaerasi dengan udara bertekanan blower satu demi satu, lalu dikeluarkan melalui flow control
gate.
4.3.3. Pembakaran dan Pendinginan
Tahapan selanjutnya dari proses pembuatan semen adalah pembakaran burning. Pada proses kering material bahan baku akan dipanaskan atau
dikeringkan terlebih dahulu sebelum memasuki peralatan pembakaran yang disebut dengan rotary klin. Proses pemanasan awal material bahan baku
dilakukan di suspension preheater dengan menggunakan gas sisa pembakaran yang keluar dari rotary klin dan cooler. Gas sisa pembakaran
yang keluar dari rotary klin memiliki suhu sangat tinggi 1.100 C.
Proses penurunan siklon tertinggi dari siklon tertinggi menuju siklon paling bawah berada pada suspension preheater, dimana gas panas diisap
oleh ID fan dari rotary klin dan cooler menuju siklon paling atas, sehingga proses perpindahan panas antara material dan gas panas terjadi secara
counter flow. Konveksi merupakan modus perpindahan panas yang dominan yang terjadi di suspension preheater. Material dari suspension
preheater dikeluarkan melalui klin feed end menuju klin untuk melanjutkan proses kalsinasi. Setelah proses pembakaran selesai dilakukan, material
dikeluarkan melalui discharge end dari rotary klin menuju proses pendinginan yang dilakukan di cooler, proses pendinginan di cooler
menggunakan aliran udara yang disuplai sejumlah fan. Kemudian klinker yang telah dingin dipindahkan ketempat penyimpanan klinker dinker
silos.
4.3.4. Proses penggilingan akhir
Proses penggilingan akhir bertujuan untuk mencampur dan menggiling clinker dengan gypsum sampai tingkat kehalusan tertentu, sehingga
terbentuk produk semen. Gypsum yang digunakan berkisar 3-5 dari berat clinker. Kehalusan semen yang dihasilkan merupakan salah satu faktor
penentu mutu semen. Clinker yang keluar dari AQC disimpan dalam dua buah clinker silo yang masing-masing berkapasitas 30.000 ton. Di bagian
bawah silo terdapat saluran pengeluaran yang terdiri dari dua set gravity feeder yang digerakkan oleh motor dan empat set gravity feeder tipe
manual. Clinker dikeluarkan dari silo melalui gravity feeder dan kemudian diangkut dengan belt conveyor dan bucker elevator menuju ke clinker
hopper. Gypsum dan storage dimuat ke dalam loading hopper dengan
menggunakan loader, selanjutnya gypsum dibawa ke gypsum hopper dengan belt feeder. Gypsum dimasukkan ke hopper tersendiri yang
kemudian keduanya dibawa ke belt conveyor menuju cement mill dengan kadar 96 clinker dan 4 gypsum. Cement mill terdiri dari dari dua
kompartemen yang dipisahkan oleh sebuah difragma kompartemen. Di dalam cement mill terdapat bola-bola baja untuk menggiling dan
menghaluskan material. Material yang telah dihaluskan diumpankan ke dalam separator dengan menggunakan bucket elevator. Material yang kasar
disirkulasi kembali ke dalam cement mill sedangkan material halus dibawa oleh udara ke bag filter yang kemudian dibawa ke cement silo dengan
menggunakan air skiding conveyor dan belt bucket elevator ke dalam cement silo.
4.3.5. Pengemasan
Pengepakan merupakan tahap terakhir dari proses yang dilakukan dari keseluruhan. Proses ini diawali dengan proses pengangkutan semen yang
terdapat dalam cement silo dengan menggunakan air sliding conveyor menuju bucket elevator. Kemudian semen yang keluar dari bucket elevator
dilewatkan pada vibrating screen yang menghancurkan gumpalan- gumpalan debu semen sebagai akibat proses pengangkutan pada bucket
elevator dengan menggunakan prinsip getaran. Dari vibrating screen semen disalurkan ke sejumlah feed bin dengan menggunakan rotary packer yang
mengisi kantong-kantong semen dengan menggunakan udara bertekanan.
Gambar 9 . Proses pembuatan Semen PT. ITP Tbk
4.4. Identifikasi Pola Data
Dalam menentukan metode-metode peramalan yang akan diujikan, terlebih dahulu diperhatikan pola datanya atau sifat pergerakan dari deret data
yang akan diramalkan. Hal ini penting dilakukan, karena beberapa metode peramalan memiliki asumsi yang berbeda tentang pola pergerakan data.
Adapun data permintaan semen pada plant 11 PT ITP Tbk pada periode
Januari 2008-Oktober 2009 seperti dimuat pada Tabel 11. Tabel 11. Data permintaan semen plant 11 PT. Indocement Ton
Periode Permintaan
Periode Permintaan
Januari 2008 133.797
Januari 2009 136.097
Febuari 2008 98.673
Febuari 2009 83.217
Maret 2008 138.229
Maret 2009 161.758
April 2008 166.755
April 2009 147.471
Mei 2008 152.786
Mei 2009 185.374
Juni 2008 182.439
Juni 2009 186.322
Juli 2008 148.647
Juli 2009 127.987
Agustus 2008 217.617
Agustus 2009 163.928
September 2008 194.805
September 2009 107.722
Oktober 2008 188.304
Oktober 2009 130.963
November 2008 203.006
- -
Desember 2008 153.506
- -
Sumber : Bagian produksi plant 11 PT. Indocement, 2009
Plot data permintaan semen pada plant 11 PT ITP Tbk dapat dilihat pada Gambar 10.
I n d e x P
e rm
in ta
a n
2 2 2 0
1 8 1 6
1 4 1 2
1 0 8
6 4
2 2 2 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 1 8 0 0 0 0
1 6 0 0 0 0 1 4 0 0 0 0
1 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0
T i m e S e r i e s P l o t o f P e r m i n t a a n
Gambar 10. Grafik plot data permintaan semen plant 11 PT ITP Tbk
Plot data menunjukkan bahwa permintaan pelanggan semen memiliki pola data yang fluktuasi. Hal tersebut dapat dilihat dari data sepanjang
periode Januari 2008 sampai Oktober 2009 yang cenderung naik dan turun nyata dari tahun sebelumnya dan terjadi secara berulang. Permintaan paling
rendah terjadi pada bulan Febuari 2009 dengan jumlah 83.217 ton semen dan permintaan paling tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2008 dengan jumlah
permintaan 217.617 ton. Berdasarkan plot autokorelasi pada Lampiran 2, dapat dilihat bahwa data penjualan semen merupakan data stationer karena
lag menunjukkan tidak berbeda nyata dari nol. Peramalan permintaan semen selama satu tahun kedepan dipilih berdasarkan tingkat kesalahan terendah.
Metode peramalan yang dipakai untuk meramalkan jumlah permintaan semen selama satu tahun ke depan adalah proyeksi trend, moving average,
eksponential smoothing, dekomposisi, winter method dan metode peramalan regresi.
4.5. Penerapan Metode Peramalan