91
ditujukan agar melindungi hak-hak konsumen terutama hak informasi dan dapat menjadi sumber hukum yang akan dipakai dalam menyelesaikan sengketa
perlindungan konsumen.
2. Pengawasan Atas Hak Informasi Terhadap Produk Kecantikan Impor
Sistem pengawasan terhadap perlindungan konsumen dan penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan dilaksanakan oleh pemerintah,
masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
123
Pengawasan yang dilakukan oleh Pemeritah terhadap pelaku usaha dalam memenuhi standar mutu produksi barang danatau jasa, diawasi mulai dari
pencantuman label dan klausula baku, serta pelayanan purna jual barang danatau jasa.
124
Pemerintah juga melakukan pengawasan dalam proses produksi, penawaran, promosi, pengiklanan dan penjualan barang danatau jasa yang
dilakukan oleh pelaku usaha.
125
Dalam hal pengawasan, masyarakat juga diajak berpartisipasi dalam meningkatkan pengawasan dan kesadaran konsumen dan pelaku usaha.
Pengawasan oleh masyarakat dilakukan terhadap barang danatau jasa yang beredar dipasaran dengan cara penelitian, pengujian dan atau survei
126
Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat juga melakukan pengawasan terhadap barang danatau jasa yang beredar dipasar. Pengawasan
123
Pasal 7 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, LN Nomor 103
124
Ibid, Pasal 8 Ayat 1
125
Ibid, Pasal 8 Ayat 2
126
Ibid, Pasal 9 Ayat 2
92
tersebut meliputi pemuatan informasi tentang resiko penggunaan barang jika diharuskan, pemasangan label, pengiklanan, dan lain-lain.
127
Pengawasan ini dilakukan terhadap barang danatau jasa yang diduga tidak memenuhi unsur
keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keselamatan konsumen.
128
Mengenai tidak terpenuhinya hak informasi konsumen atas produk kecantikan impor, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI sendiri
melakukan pengawasan dengan sidak langsung ke tempat penjualan seperti swalayan, pasar, toko dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan oleh YLKI apabila ada
pengaduan dari konsumen yang merasa dirugikan.
129
Setelah melakukan sidak langsung ke tempat penjualan, YLKI melakukan melakukan penyuluhan atau
seminar kepada konsumen agar masyarakat Indonesia menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih barang danatau jasa.
Penyuluhan atau seminar merupakan salah satu cara yang masih efektif dilakukan oleh YLKI. Penyuluhan ini ditujukan agar masyarakat sebagai
konsumen mengerti akan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai konsumen.
130
Pengawasan mengenai penerapan informasi yang dilakukan oleh BPOM dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara pre-market dan post-market.
131
Pre-
127
Ibid, Pasal 10 Ayat 3
128
Ibid, Pasal 10 Ayat 4
129
Hasil wawancara dengan Abu Bakar Sidiq, Kepala Lembaga Konsumen Indonesia Medan Sumatera Utara, Medan, Kamis 19 Maret 2015
130
Ibid.
131
Yulius Secramento Tarigan, Loc.Cit.
93
market adalah pengawasan yang dilakukan sebelum produk kecantikan impor tersebut beredar.
132
Pada saat produk kecantikan impor didaftarkan atau dinotifikasi, BPOM melakukan evaluasi terhadap label produk kecantikan impor tersebut, jika telah
memenuhi syarat dan berbahasa Indonesia maka produk kecantikan tersebut dapat diedarkan. Namun apabila label tersebut tidak memenuhi syarat maka produk
kecantikan impor tersebut dilarang beredar atau harus dilakukan pembaharuan ulang mengenai pencantuman informasi yang jelas dan benar.
133
Post-market adalah pengawasan yang dilakukan setelah produk kecantikan tersebut beredar.
134
Setelah 6 bulan produk kecantikan impor beredar, BPOM melakukan pengawasan dengan cara membeli sampel produk kecantikan impor
tersebut. Selanjutnya akan diuji dan dicek labelnya apakah masih sesuai atau tidak dengan produk melakukan notifikasi.
135
Menurut Pasal 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.12.11.10052 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran
Kosmetika selanjutnya disebut dengan Peraturan Kepala BPOM tentang PPPK bahwa pengawasan dilakukan melalui pemeriksaan terdahap sarana dan
kosmetika. Pengawasan sarana dilakukan terhadap:
136
a. industri kosmetika;
b. importir kosmetika;
132
Ibid.
133
Hasil wawancara dengan Jendakita Barus, Ka Sie Layanan Informasi Konsumen Badan Pengawas Obat dan Makanan Medan, Jumat, 13 Maret 2015
134
Yulius Secramento Tarigan, Loc.Cit.
135
Jendakita Barus, Loc.Cit.
136
Pasal 4 Ayat 1 Peraturan Kepala BPOM tentang PPPK
94
c. usaha peroranganbadan usaha yang melakukan kontrak produksi
dengan industri kosmetika yang telah memiliki izin produksi; d.
distribusi; dan e.
penjualan kosmetika melalui media elektronik. Pengawasan sarana distribusi dilakukan tidak terbatas pada distributor,
agen, klinik kecantikan, salon, spa, swalayan, apotik, toko obat, toko kosmetika, stokes Multi Level Marketing MLM, dan pengecer.
137
Hal ini menunjukkan bahwa BPOM melakukan pengawasan secara menyeluruh termasuk melakukan
pengawasan tempat penjual produk kecantikan baik secara langsung maupun melalui media elektronik.
Pengawasan kosmetik yang dilakukan BPOM antara lain meliputi:
138
a. legalitas kosmetika;
b. keamanan, kemanfaatan dan mutu;
c. penandaan dan klaim; dan
d. promosi dan iklan
Selain berbagai ketentuan yang bermaksud untuk mencegah terjadinya kerugian bagi masyarakat, pemerintah juga melakukan tindakan yang bermaksud
untuk mengatasi masalah yang terjadi atau mencegah terjadinya masalah kesehatan di Indonesia akibat masuknya barang-barang berbahaya ke Indonesia.
Pengawasan atas hak informasi terhadap produk kecantikan impor menjadi salah satu tugas pemerintah, lembaga masyarakat, dan konsumen itu sendiri.
Pengawasan yang telah dilakukan menjadi salah satu bukti bahwa konsumen mendapatkan perlindungan atas hak informasi. Pengaturan dan pengawasan
merupakan bagian yang penting dalam memberikan perlindungan, terutama
137
Ibid, Pasal 4 Ayat 1
138
Ibid, Pasal 5
95
perlindungan atas hak informasi karena hak informasi merupakan hak dasar setiap konsumen.
B. Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Akibat Terhadap Pelanggaran Hak Informasi
1. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Pelanggaran Hak Informasi
Terkait dengan pemberian informasi di dalam label produk kecantikan impor, pelaku usaha yang tidak memberikan informasi di dalam label ataupun
telah memberikan label namun tidak memuat komposisi secara lengkap, cara pemakaian, tanggal kadaluwarsa, peringatan, dan penjelasan mengenai kondisi
dan kualitas produk yang menimbulkan kerugian terhadap konsumen menjadi tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen.
Kewajiban pelaku usaha menjadi tanggung jawab pelaku usaha itu sendiri. Apabila pelaku usaha tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah
diatur dalam Peraturan Perundang-undangan, maka pelaku usaha harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Jika pelaku usaha tidak melakukan
kewajibannya dan menimbulkan kerugian bagi konsumen, maka pelaku usaha dapat diminta pertanggungjawaban dan dapat dikenai sanksi.