Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Pelanggaran Hak Informasi

95 perlindungan atas hak informasi karena hak informasi merupakan hak dasar setiap konsumen.

B. Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Akibat Terhadap Pelanggaran Hak Informasi

1. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Pelanggaran Hak Informasi

Terkait dengan pemberian informasi di dalam label produk kecantikan impor, pelaku usaha yang tidak memberikan informasi di dalam label ataupun telah memberikan label namun tidak memuat komposisi secara lengkap, cara pemakaian, tanggal kadaluwarsa, peringatan, dan penjelasan mengenai kondisi dan kualitas produk yang menimbulkan kerugian terhadap konsumen menjadi tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen. Kewajiban pelaku usaha menjadi tanggung jawab pelaku usaha itu sendiri. Apabila pelaku usaha tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Perundang-undangan, maka pelaku usaha harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Jika pelaku usaha tidak melakukan kewajibannya dan menimbulkan kerugian bagi konsumen, maka pelaku usaha dapat diminta pertanggungjawaban dan dapat dikenai sanksi. 96 Adapun kewajiban pelaku usaha diatur di dalam Pasal 7 UUPK yaitu: 139 a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta member penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan; c. Memperlakukan dan melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; d. Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku; e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan; f. Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan; g. Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian Pelaku usaha selain bertanggung jawab karena tidak memenuhi kewajibannya dalam memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur, pelaku usaha juga bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat akibat dari penggunaan produk kecantikan tersebut karena mengandung bahan-bahan berbahaya. Seringkali konsumen mengalami kerugian kesehatan akibat menggunakan produk kecantikan impor yang kurang memberikan penjelasan dan informasi secara benar, jelas dan jujur. Hasil yang didapat juga tidak sesuai dengan janji- janji yang ditawarkan sebelumnya. Jika konsumen merasa kualitas dari produk kecantikan impor tersebut tidak sesuai dengan yang dijanjikan, dan tidak mendapat penjelasan secara benar oleh pelaku usaha, maka konsumen dapat 139 Pasal 7 UUPK 97 menuntut ganti rugi. Jenis dan jumlah ganti rugi tersebut harus sesuai dengan kesepakatan para pihak. Perlindungan konsumen atas ganti rugi ini telah diatur oleh UUPK mengenai tanggung jawab pelaku usaha dalam Pasal 19 Ayat 1 yaitu “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.” Selanjutnya disebutkan dalam Pasal 19 Ayat 2 UUPK bahwa “ganti rugi sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku”. Adapun tenggang waktu mengenai ganti kerugian tersebut disebutkan dalam Ayat 3 UUPK bahwa “pemberian ganti rugi dil aksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi.” Tanggung jawab pelaku usaha tidak hanya sebatas ganti rugi saja, pemberian ganti rugi tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan. 140 Namun tanggung jawab tersebut tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen. 141 140 Ibid, Pasal 19 Ayat 4 141 Ibid, Pasal 8 Ayat 5 98 Tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami konsumen yaitu: 142 a. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan b. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran c. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan sering terjadi pada permasalahan asuransi. Misalnya, dalam suatu pengakutan, maka pengangkut harus bertanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukannya. Apabila terjadi kerusakan karena perbuatan atau kelalaian suatu perusahaan pengangkutan, maka perusahaan harus bertanggung jawab terhadap kerugian atas kerusakan barang tersebut. 143 Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran lebih ditujukan pada ganti kerugian yang timbul akibat pencemaran lingkungan hidup. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran sering dilakukan oleh perusahaan atau pelaku usaha yang karena perbuatannya menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia danatau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. 144 Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen dapat disebabkan oleh wanprestasi atau perbuatan melanggar hukum. Tanggung jawab ganti 142 Ahmadi Miru Sutarman Yodo, Op.Cit, hal. 126 143 Prinsip Subrogasi http:www.akademiasuransi.org201209prinsip- subrogasi_18.html?m=1 diakses pada tanggal 21 April 2015 144 Pasal 1 Angka 7 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 99 kerugian karena adanya wanprestasi merupakan akibat tidak dipenuhinya kewajiban, berupa kewajiban atas prestasi dalam perikatan. Tanggung jawab ganti kerugian karena adanya perbuatan melanggar hukum tidak perlu didahului dengan perjanjian antara konsumen dengan pelaku usaha, sehingga tuntutan ganti kerugian dapat dilakukan setiap pihak yang dirugikan, walaupun tidak pernah terdapat hubungan perjanjian antara produsen dengan konsumen. Barang danatau jasa yang cacat bukan merupakan satu-satunya dasar pertanggungjawaban pelaku usaha. Hal ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami konsumen. 145 Terkait dengan representasi, salah satu larangan tersebut dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 8 Ayat 1 huruf f dan Pasal 9 Ayat 1. Berdasarkan ketentuan yang berkaitan dengan representasi produk dalam UUPK, apabila tidak dipenuhinya ketentuan tersebut oleh pelaku usaha yang mengakibatkan kerugian konsumen, maka pelaku usaha dapat dituntut berdasarkan perbuatan melanggar hukum. 146 Pasal 21 Ayat 1 dan Ayat 2 UUPK juga mengatur tentang tanggung jawab importir. Adapun tanggung jawab importir yaitu: a. Importir barang bertanggung jawab sebagai pembuat barang yang diimpor apabila importasi barang tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan produsen luar negeri. 145 Ibid. 146 Ibid, hal. 57 100 b. Importir jasa bertanggung jawab sebagai penyedia jasa asing apabila penyediaan asa asing tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan penyedia jasa asing. Pelaku usaha yang telah melanggar hak-hak konsumen seperti hak informasi secara benar, jelas dan jujur dan informasi kesehatan secara aman termasuk pula melanggar hak atas keamanan dan keselamatan, tentu saja menimbulkan kerugian kepada konsumen. Hal ini mengartikan bahwa pelaku usaha telah melakukan perbuatan melanggar hukum dan dapat dituntut ganti kerugian. Tuntutan ganti kerugian akibat perbuatan melanggar hukum tidak perlu didahului dengan perjanjian antar produsen dengan konsumen, sehingga tuntutan ganti kerugian dapat dilakukan oleh setiap pihak yang dirugikan walaupun tidak pernah terdapat hubungan perjanjian sebelumnya. 147 Hal ini berarti untuk menuntut ganti rugi harus dipenuhi unsur-unsur yaitu: 148 a. Ada suatu perbuatan melanggar hukum b. Ada kesalahan c. Ada kerugian d. Ada hubungan kausalitas antara perbuatan melanggar hukum dan kerugian Adanya suatu perbuatan melanggar hukum tidak hanya diidentikkan dengan perbuatan melanggar undang-undang saja, melainkan perbuatan melanggar hukum tersebut dapat berupa melanggar hak orang lain, bertentangan 147 Ibid, hal. 129 148 Ibid, hal. 130 101 dengan kewajiban hukum si pembuat, berlawanan dengan kesusilaan baik, dan berlawanan dengan sikap hati-hati yang seharusnya diindahkan dalam pergaulan masyarakat. Sehingga barang siapa karena perbuatan melanggar hukum menimbulkan kerugan, maka ia wajib mengganti kerugian tersebut. Unsur kesalahan merupakan salah satu syarat perbuatan melanggar hukum. Hal ini telah diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Kesalahan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kesalahan karena perbuatannya dan kesalahan karena kelalaiannya. Pada Pasal 136 6 KUHPerdata dijelaskan bahwa “setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaiannya atau kurang hati- hatinya.” Adanya kerugian yang dialami oleh seseorang terdiri dari kerugian yang menimpa diri sendiri dan kerugian yang menimpa harta benda. Atau yang lebih dikenal dengan kerugian materil dan kerugian immateril Jika dikaitkan dengan ganti kerugian, maka kerugian menimpa diri sendiri dan kerugian menimpa harta benda dapat diganti dengan uang. Dalam pelaksanannya, konsumen yang menggunakan produk kecantikan impor sering mengalami kerugian yang menimpa diri sendiri, misalnya kulit wajah menjadi rusak akibat ketidakcocokan pemakaian produk kecantikan tersebut. Hubungan kausalitas antara perbuatan melanggar hukum dan kerugian merupakan salah satu cirri pokok dari adanya suatu perbuatan melawan hukum. Hal ini harus dilihat secara materil, karena sifat perbuatan melawan hukum baru 102 dapat dilihat sebagai suatu kesatuan tentang akibat yang ditimbulkan kepada orang dirugikan. Dalam hal ini ditekankan bahwa hubungan sebab akibat dilihat dari apa yang menjadi penyebab timbulnya kerugian terhadap orang yang dirugikan. Di dalam KUHPerdata konsep tanggung jawab mutlak dapat ditemukan pada Pasal 1367 dan 1368 KUHPerdata yang mengatur tentang tanggung jawab seseorang atas kerugian yang disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah pengawasan. Setiap tuntutan pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu adanya kesalahan dan resiko yang ada dalam setiap peristiwa hukum. Prinsip pertanggungjawaban karena kesalahan mengandung arti bahwa seseorang harus bertanggung jawab karena ia telah melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Pertanggungjawaban karena kesalahan diatur pada Pasal 1365 KUHPerdata yaitu setiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang karena kesalahannya, mengganti kerugian tersebut. Penting diingat bahwa salah satu kewajiban konsumen adalah membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian demi keamanan dan keselamatan, namun pada kenyataannya konsumen sering tidak membaca peringatan yang telah disampaikan oleh pelaku usaha. Dengan pengaturan kewajiban ini, memberikan konsekuensi pelaku usaha tidak bertanggung jawab, 103 jika konsumen yang bersangkutan menderita kerugian akibat mengabaikan kewajiban tersebut. 149 Dalam Pasal 27 UUPK menyebutkan bahwa pelaku usaha dibebaskan dari tanggung jawabnya apabila terdapat bebarapa hal yaitu: a. Sesuatu barang seharusnya atau dimaksudkan tidak untuk diedarkan; b. Barang mengalami cacat di kemudian hari; c. Cacat timbul sebagai akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang; d. Kelalaian yang berasal dari konsumen; e. Setelah terjadinya masa kadaluarsa penuntutan empat tahun sejak barang dibeli atau diperjanjikan. Menurut UUPK jika suatu produk merugikan konsumen, maka pelaku usaha wajib bertanggungjawab untuk mengganti kerugian yang diderita konsumen. Hal ini melekat pada pelaku usaha meskipun sebelumnya tidak ada perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha dengan konsumen.

2. Bentuk-bentuk Pelanggaran Atas Hak Informasi

Dokumen yang terkait

Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)

11 159 147

Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

5 129 137

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

2 73 128

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

6 67 128

Kendala-Kendala Yang Dihadapi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Mengimplementasikan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

6 80 130

Tinjauan Yuridis Tentang Perlindungan Konsumen Oleh Pt Pos Indonesia Berkaitan Dengan Pengiriman Barang Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Di Pt Pos Indonesia Cabang Kabanjahe)

10 145 95

1. Pengaturan Perlindungan Konsumen di Indonesia - Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Terhadap Produk Kecantikan Impor Menurut Uu No. 8 Tahun 1999 (Studi Pada Innovation Store Sun Plaza Medan)

0 0 36

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Terhadap Produk Kecantikan Impor Menurut Uu No. 8 Tahun 1999 (Studi Pada Innovation Store Sun Plaza Medan)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Terhadap Produk Kecantikan Impor Menurut Uu No. 8 Tahun 1999 (Studi Pada Innovation Store Sun Plaza Medan)

0 0 9

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UU No. 8 TAHUN 1999 A. Pengertian Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen - Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

0 9 44