33
b. Pelaku Usaha
Hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen biasanya selalu dikaitkan dengan produk berupa barang danatau jasa yang diperjual belikan, baik
dari hasil teknologi maupun dari hasil pembuatan tangan Hand made seperti batik, lukisan, dan karya seni lainnya.
Pelaku usaha adalah “setiap orang perseorangan atau badan usuaha, bak
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
”
53
Pelaku usaha yang dimaksud didalam UUPK tidak hanya sebatas pabrikan saja, tetapi juga mencakup para distributor, importir, dan pelaku usaha
periklanan.
54
Disebutkan pelaku usaha karena pengertian konsumen dalam UUPK sangat erat kaitannya dengan masalah ganti kerugian dari konsumen. Mengenai
pengertian pelaku usaha cukup luas, dijelaskan di dalam penjelasan Pasal 1 Angka 3 UUPK bahwa
“pelaku usaha meliputi perusahaan, korporasi, Badan Usaha Milik Negara BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor dan lain-lain.
”
Dengan demikian, produsen atau pelaku usaha tidak hanya diartikan sebagai pihak pembuatpabrik yang menghasilkan produk saja, tetapi juga
dikaitkan dengan peredaran atau penyampaian produk hingga sampai ketangan konsumen. Sehingga produsen atau pelaku dapat diartikan secara luas.
53
Pasal 1 angka 3 UUPK
54
Az. Nasution, Op.Cit, hal. 17
34
Menurut Janus Sidabalok, produsen adalah “mereka yang terkait dengan
proses pengadaan hasil industri hingga sampai ke tangan konsumen. Mereka adalah pabrik pembuat, distributor, eksportir, atau importer, dan pengecer, baik
yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum. ”
55
Pelaku usaha sebagai penyelenggara usaha adalah pihak yang harus bertanggung jawab atas akibat-akibat negatif berupa kerugian yang ditimbulkan
oleh usahanya terhadap pihak ketiga, yaitu konsumen, sama seperti seorang produsen.
56
3. Asas-asas hukum konsumen