Pemberian izin edar dan pengawasan terhadap produk kecantikan impor

75 meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya danatau masyarakat sekelilingnya. Adanya peraturan mengenai produk kecantikan ini tidak dimaksudkan untuk membatasi pelaku usaha dalam mengembangkan produknya, melainkan untuk meningkatkan kualitas dari produk tersebut, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

3. Pemberian izin edar dan pengawasan terhadap produk kecantikan impor

Setiap produk kecantikan hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin edar dari Menteri Kesehatan. Sesuai dengan Permenkes No. 1176MENKESPERVIII2010 tentang Notifikasi Kosmetika, pasal 3 disebutkan “setiap kosmetika hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar berupa notifikasi, dikecualikan bagi kosmetika yang digunakan untuk penelitian dan sampel kosmetika untuk pameran dalam jumlah terbatas dan tidak diperjualbelikan. ” Produk kecantikan yang akan diedarkan harus memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah diatur oleh peraturan perundang-undangan, produk kecantikan harus memenuhi beberapa kriteria yaitu: 94 a. keamanan yang dinilai dari bahan kosmetika yang digunakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kosmetika yang dihasilkan tidak mengganggu atau membahayakan kesehatan manusia, 94 Pasal 2 Ayat 1 Peraturan Kepala BPOM tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi 76 baik digunakan secara normal maupun pada kondisi penggunaan yang telah diperkirakan; b. kemanfaatan yang dinilai dari kesesuaian dengan tujuan penggunaan dan klaim yang dicantumkan; c. mutu yang dinilai dari pemenuhan persyaratan sesuai CPKB dan bahan kosmetika yang digunakan sesuai dengan Kodeks Kosmetika Indonesia, standar lain yang diakui, dan ketentuan peraturan perundangundangan; d. dan penandaan yang berisi informasi lengkap, obyektif, dan tidak menyesatkan. Pada Pasal 2 Ayat 3 Peraturan Kepala BPOM tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi, dimaksudkan bahwa penandaan produk kecantikan harus menggunakan bahasa Indonesia untuk informasi berupa a. keterangan kegunaan; b. cara penggunaan; c. peringatan dan keterangan lain yan dipersyaratkan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik, produk kecantikan atau komestik yang diproduksi danatau diedarkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan. b. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik. c. Terdaftar pada dan mendapat izin edar dari BPOM. Dalam rangka pengawasan, BPOM memiliki sistem Pengawasan Obat dan Makanan SisPom yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah 77 dan mengawasi produk-produk termasuk untuk melindungi kemanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam negeri maupun luar negeri. 95 BPOM dalam menjalankan sistem pengawasan yang komperhensip, dengan melakukan pengawasan semenjak awal proses suatu produk hingga produk tersebut beredar ditengah masyarakat, melalui SisPom tiga lapis yaitu: 96 a. Sub-sistem pengawasan produsen yaitu sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara-cara produksi yang baik agar setiap bentuk penyimpangan dari standart mutu dapat diditeksi sejak awal, Produsen bertanggung jawab secara hukum, atas mutu dan keadaan produk yang dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap standar yang telah ditetapkan maka produsen dikenakan sanksi, baik administratif maupun pro-justicia. b. Sub-sistem pengawasan konsumen yaitu sistem pengawasan oleh masyarakat konsumen sendiri melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-cara penggunaan produk yang rasional. Dengan adanya sub-sistem pengawasan konsumen, makan konsumen dapat melindungi dirinya sendiri terhadap penggunaan produk-produk yang tidak memenuhi persyaratan. Hal ini erat kaitannya dengan hak dan kewajiban konsumen yang diatur di dalam UUPK. c. Sub-sistem pengawasan pemerintah dan BPOM yaitu melalui pengaturan dan standarisasi, penilaian keamanan, khasiat, dan mutu produk sebelum diijinkan beredar di Indonesia, inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium produk yang beredar serta peringatan kepada publik yang didukung penegakkan hukum. Pemerintah juga melaksanakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi bagi masyarakat. Komoditas produk yang diawasi oleh BPOM memiliki karakteristik diantaranya yaitu: 97 a. High Risk; 95 Sistem Pengawasan Obat dan Makanan, http:www.pom.go.id diakses pada tanggal 4 februari 2015 96 Ibid. 97 Ibid. 78 b. Hajat hidup orang banyak; c. Produk range yang luas; d. Volume yang sangat besar beredar dilintas propinsi dan lintas negara; e. Economic size minimal dua ratus triliyun rupiah. Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan tidak dijelaskan secara rinci apa saja bentuk-bentuk pengawasan yang dilakukan terhadap produk kecantikan impor. Pada Pasal 7 Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan Nomor HK.00.05.42.2995 tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetik selanjutnya disebut dengan Peraturan Kepala BPOM tentang PPK, menyebutkan “dalam rangka pengawasan importir, distributor, industri kosmetik dan atau industri farmasi yang memasukkan kosmetik wajib melakukan pendokumentasian distribusi kosmetik. ” Sesuai dengan Pasal 35 ayat 1 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik selanjutnya disebut dengan Keputusan Kepala BPOM tentang kosmetik, pengawasan dilakukan oleh Kepala Badan, mencakup pelaksanaan fungsi sekurang kurangnya standarisasi, penilaian, sertifikasi, pemantauan, pengujian, pemeriksaan, penyidikan. Pemeriksaan tersebut terkait dengan kegiatan produksi, impor, peredaran, penggunaan, dan promosi kosmetik. Untuk melakukan pemeriksaan, kepala badan pengawasan obat dan makanan menunjuk pemeriksa yang memiliki wewenang untuk: 98 98 Pasal 36 Keputusan Kepala BPOM tentang Kosmetik 79 a. memasuki setiap tempat yang digunakan atau diduga digunakan dalam kegiatan produksi, impor, distribusi, penyimpanan, pengangkutan, dan penyerahan kosmetik untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan produksi, impor, distribusi, penyimpanan, pengangkutan dan penyerahan kosmetik; b. melakukan pemeriksaan dokumen atau catatan lain yang memuat atau diduga memuat keterangan mengenai kegiatan produksi, impor, distribusi, penyimpanan, pengangkutan dan penyerahan kosmetik termasuk menggandakan atau mengutip keterangan tersebut; c. memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha atau dokumen lain. 80 BAB IV TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS HAK INFORMASI TERHADAP PRODUK KECANTIKAN IMPOR

A. Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Terhadap

Dokumen yang terkait

Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)

11 159 147

Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

5 129 137

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

2 73 128

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

6 67 128

Kendala-Kendala Yang Dihadapi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Mengimplementasikan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

6 80 130

Tinjauan Yuridis Tentang Perlindungan Konsumen Oleh Pt Pos Indonesia Berkaitan Dengan Pengiriman Barang Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Di Pt Pos Indonesia Cabang Kabanjahe)

10 145 95

1. Pengaturan Perlindungan Konsumen di Indonesia - Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Terhadap Produk Kecantikan Impor Menurut Uu No. 8 Tahun 1999 (Studi Pada Innovation Store Sun Plaza Medan)

0 0 36

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Terhadap Produk Kecantikan Impor Menurut Uu No. 8 Tahun 1999 (Studi Pada Innovation Store Sun Plaza Medan)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Terhadap Produk Kecantikan Impor Menurut Uu No. 8 Tahun 1999 (Studi Pada Innovation Store Sun Plaza Medan)

0 0 9

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UU No. 8 TAHUN 1999 A. Pengertian Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen - Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

0 9 44