37 Gambar 23 merupakan produk penggorengan optimal hasil uji pembobotan, serta uji lanjut
menggunakan Duncan Multiple Range Test DMRT.
Gambar 23. Hasil Penggorengan dengan suhu 100ºC dan waktu 90 menit
9. Hubungan Uji Organoleptik dengan Uji Laboratorium
Dalam penentuan produk keripik ikan terbaik hasil penggorengan, dilakukan uji parametrik dan non-parametrik. Uji parametrik yang dilakukan terdiri dari 6 parameter yang terdiri dari
rendemen, kadar air, kekerasan kerenyahan, warna, kadar protein, dan kadar lemak, sedangkan uji non-parametrik yang digunakan adalah warna, rasa, kerenyahan, dan aroma.
Dari uji parametrik yang dilakukan, dipilih keripik ikan yang memiliki rendemen tinggi, kadar air rendah, kekerasan kerenyahan rendah, nilai warna L tinggi, kadar protein tinggi, dan kadar
lemak rendah, sedangkan dari uji non-parametrik dipilih keripik ikan yang memiliki nilai bobot tertinggi hasil uji pembobotan. Untuk mendapatkan hubungan antara uji organoleptik dengan uji
laboratorium, perlu adanya uji regresi linier yang menghubungkan antara masing-masing parameter. Grafik hubungan masing-masing parameter tersebut antara lain hubungan antara nilai warna
organoleptik dengan warna hasil uji chromameter, hubungan antara nilai kerenyahan organoleptik dengan kerenyahan hasil pengukuran rheometer, hubungan antara aroma hasil organoleptik dengan
kadar lemak, serta rasa hasil organoleptik dengan kadar protein. Hubungan antara nilai warna organoleptik dengan warna hasil uji chromameter dapat diamati pada Gambar 24.
38 Gambar 24. Grafik Hubungan Warna Hasil Chromameter dengan Organoleptik Warna
Nilai warna organoleptik dengan warna hasil uji chromameter memiliki hubungan berbanding lurus. Semakin tinggi atau semakin cerah warna yang dihasilkan oleh uji chromameter, maka semakin
tinggi pula nilai pembobotan organoleptik yang dihasilkan. Hubungan nilai warna organoleptik dengan warna hasil uji chromameter memiliki persamaan y = 2,626x + 13,73 dengan fungsi regresi
linier sebesar 0,978. Grafik selanjutnya adalah hubungan antara nilai rasa organoleptik dengan nilai kadar protein
hasil uji laboratorium. Grafik tersebut dapat diamati pada Gambar 25.
Gambar 25. Grafik Hubungan Kadar Protein dan Organoleptik Rasa Nilai rasa organoleptik dengan kadar protein hasil uji laboratorium memiliki hubungan
berbanding lurus. Semakin tinggi kadar protein yang dimiliki, maka semakin tinggi pula nilai pembobotan organoleptik rasa yang dihasilkan. Hubungan nilai rasa organoleptik dengan kadar
y = 2.626x + 13.73
R² = 0.978
22 23
24 25
26 27
28 29
30
3 4
5 6
7
Warna Chromameter
Warna Organoleptik
Grafik Hubungan Warna
Chromameter dan
Organoleptik Linear
Grafik Hubungan Warna
Chromameter dan Organoleptik
y = 3.404x + 52.94
R² = 0.825
62 64
66 68
70 72
74 76
3 4
5 6
7
Kadar Protein
Organoleptik Rasa
Grafik Hubungan Kadar
Protein dengan
Organoleptik Rasa
Linear Grafik Hubungan
Kadar Protein dengan
Organoleptik Rasa
39 protein hasil uji laboratorium memiliki persamaan y = 3,404x + 52,94 dengan fungsi regresi linier
sebesar 0,825. Grafik selanjutnya adalah hubungan antara nilai kerenyahan kekerasan organoleptik dengan
kerenyahan kekerasan hasil uji rheometer. Grafik tersebut dapat diamati pada Gambar 26.
Gambar 26. Grafik Hubungan Kekerasan Hasil Rheometer dengan Organoleptik Kerenyahan Nilai kerenyahan organoleptik dengan kerenyahan kekerasan uji laboratorium dengan
menggunakan rheometer memiliki hubungan berbanding terbalik. Semakin tinggi nilai kekerasan yang dihasilkan oleh uji laboratorium dengan menggunakan rheometer maka semakin rendah nilai
pembobotan organoleptik yang dihasilkan pada parameter kerenyahan.. Hubungan nilai kerenyahan organoleptik dengan nilai kekerasan yang dihasilkan oleh uji laboratorium dengan menggunakan
rheometer memiliki persamaan y = -1,752x + 8,853 dengan fungsi regresi linier sebesar 0,971. Grafik selanjutnya adalah hubungan antara nilai aroma organoleptik dengan nilai kadar lemak
hasil uji laboratorium. Grafik tersebut dapat diamati pada Gambar 27.
Gambar 27. Grafik Hubungan Nilai Lemak dengan Organoleptik Aroma y
= ‐1.752x + 8.853 R²
= 0.971
3 4
5 6
7
1 2
3 4
Kerenyahan Rheometer
kgcm
2
Kerenyahan Organoleptik
Grafik Hubungan Kerenyahan
Rheometer dengan
Organoleptik Linear
Grafik Hubungan Kerenyahan
Rheometer dengan
Organoleptik
y = ‐22.56x + 150.5
R² = 0.940
20 40
60 80
4 4.5
5 5.5
6 6.5
7
Kadar Lemak
Aroma Organoleptik
Grafik Hubungan Uji
Lemak dengan
Organoleptik Aroma
Linear Grafik Hubungan
Uji Lemak dengan
Organoleptik Aroma
40 Nilai aroma organoleptik dengan kadar lemak hasil uji laboratorium memiliki hubungan
berbanding terbalik. Semakin tinggi kadar lemak yang dihasilkan oleh uji laboratorium maka semakin rendah nilai pembobotan organoleptik yang dihasilkan pada parameter aroma. Hubungan nilai aroma
organoleptik dengan nilai kadar lemak yang dihasilkan oleh uji laboratorium memiliki persamaan y = -22,56 150,5 dengan fungsi regresi linier sebesar 0,940.
B. Analisis Biaya Pokok Produksi Keripik Ikan Tongkol dengan Penggorengan Hampa
Vacuum frying
Tujuan dari analisis biaya pokok produksi ini bertujuan untuk menentukan besarnya biaya pokok produksi pada pembuatan keripik ikan tongkol dengan menggunakan penggorengan hampa
vacuum frying. Biaya yang diperlukan pada usaha keripik ikan meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, pajak, dan biaya bunga modal. Sedangkan biaya tidak
tetap terdiri dari biaya operasional, biaya khusus, dan biaya perawatanpemeliharaan.
1 . Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada saat usaha belum berproduksi. Untuk usaha keripik ikan tongkol diperlukan biaya investasi seperti biaya bangunan, mesin Vacuum frying,
Freezer , sealer injak, alat perlengkapan, genset, dan meja kerja berbahan stainless steal. Biaya
investasi keripik ikan tongkol dapat diamati pada Tabel 8
2. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode kerja tetap jumlahnya. Biaya ini tidak tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan jumlah jam kerja suatu alatmesin. Adapun
biaya tetap yang untuk usaha keripik ikan tongkol ini adalah biaya penyusutan, pajak, dan bunga modal.
Perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus, dengan rumus pada Persamaan 1.
1 Keterangan :
D = Biaya penyusutan tiap tahun Rptahun P= Harga awal Rp
S= Harga akhir Rp L= Perkiraan umur ekonomis tahun
Dalam penentuan besarnya biaya tetap, diperlukan perhitungan besarnya bunga modal. Total bunga modal untuk usaha keripik ikan tongkol ini adalah Rp. 6 197 500,-tahun dengan asumsi tingkat
suku bunga 10tahun. Perhitungan bunga modal dapat dilihat pada tabel 10. Sedangkan pajak yang termasuk dalam biaya tetap usaha keripik ikan tongkol ini ada dua yaitu Pajak Bumi dan Bangunan
PBB sebesar Rp.105000,-tahun dan Pajak Kendaraan Bermotor PKB sebesar Rp.200000,-tahun. Maka total pajak adalah Rp.305000,-tahun.