yaitu sebesar Rp 228.714.837,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan secara finansial. Nilai Net BC yang diperoleh dari analisis
ini adalah 2,946. Hal ini berarti penggunaan investasi memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria investasi dimana nilai Net BC nya lebih dari 1.
Nilai Net BC sebesar 2,946 menunjukkan bahwa setiap biaya sebesar Rp 1 akan menghasilkan Rp 2,946.
Ukuran kriteria investasi lainnya yaitu IRR. IRR yang diperoleh dari usaha pembenihan ikan patin adalah 63 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan investasi pada usaha ini lebih baik dapat memberikan keuntungan internal sebesar 63 persen per tahun. Nilai tersebut lebih besar daripada tingkat
discount factor yang digunakan yaitu enam persen sehingga dapat dikatakan
bahwa usaha ini layak secara finansial untuk dijalankan. Berdasarkan jangka waktu pengembalian investasinya, digunakan analisis
Payback Period dan dari hasil analisis yang dilakukan, usaha pembenihan ikan
patin akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat kegiatan telah berjalan selama satu tahun. Jangka waktu tersebut kurang dari umur usaha sehingga dapat
dikatakan bahwa usaha pembenihan ikan patin Number One Fish Farm layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis finansial di atas, nilai NPV, IRR, Net BC,
dan Payback Period yang diperoleh telah memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Dengan demikian bahwa secara finansial, layak
untuk dijalankan.
7.5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah
untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan
biaya atau manfaat. Apakah kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis sensitif tidak terhadap perubahan yang terjadi. Dari wawancara dengan penanggung jawab
di Number One Fish Farm diperoleh penurunan harga jual benih sebesar 10 persen per tahunnya mulai tahun 2009-2010. Selain perubahan penurunan harga jual
benih, perubahan lain terjadi pada kenaikan harga artemia dan cacing sutera sebear 10 persen. Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai NPV, IRR, Net BC dan
Payback Period pada usaha pembenihan ikan patin yang diukur sensitivitasnya
karena penurunan harga jual benih patin sebesar 10 persen pertahun Lampiran 5.
Tabel 12 . Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Benih Sebesar 10 Persen
No Kriteria Investasi
Nilai 1
NPV Rp 140.262.837
2 IRR
43 3
Net BC
2,204 4
Payback Period 2
Berdasarkan perhitungan sensitivitas diperoleh NPV, IRR, Net BC, dan PP yakni masing-masingnya Rp 140.262.837, 43 persen, 2,204, dan dua tahun.
Nilai perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa penurunan harga jual benih sebesar 10 persen memberikan perubahan yang sangat besar pada usaha
pembenihan ikan patin. Pada Tabel 13 mengukur sensitivitas karena kenaikan harga artemia dan cacing sutera sebesar 10 persen Lampiran 6.
Tabel 13 . Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Artemia dan Cacing Sutera
Sebesar 10 Persen
No Kriteria Investasi
Nilai 1
NPV Rp 204.567.441
2 IRR
58 3
Net BC
2,757 4
Payback Period 2
Pada kondisi kenaikan harga artemia dan cacing sutera sebesar 10 persen diperoleh nilai NPV Rp 204.567.441, IRR 58 persen dan Net BC 2,757.
Berdasarkan nilai yang diperhitungkan pada kondisi kenaikan harga artemia dan cacing sutera sebesar 10 persen menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang
signifikan pada usaha pembenihan ikan patin tersebut. Secara umum dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan ikan patin sangat sensitif terhadap
perubahan harga jual benih sebesar 10 persen, sedangkan pada kenaikan harga artemia dan cacing sutera sebesar 10 persen usaha pembenihan ikan patin ini tidak
terpengaruh secara signifikan.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan