Penelitian Terdahulu Analisis kelayakan usaha pembenihan ikan patin (Pangasius spp): studi kasus Number One Fish Farm Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

2.3. Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian mengenai analisis kelayakan. Berdasarkan hasil kriteria investasi yang digunakan oleh peneliti terdahulu yaitu NPV, IRR, Net BC dan Payback Period. Net Present Value NPV dikatakan layak jika lebih besar dari nol. Agustika 2009, melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan Perluasan Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. NPV yang diperoleh sebesar Rp 483.160.979,00. Penelitian yang dilakukan oleh Perdana 2008 mengenai Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung KJA Sistem Jaring Kolor Waduk Cikoncong Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten diperoleh NPV pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sebesar Rp 15.578.956,00. Bukit 2007, melakukan penelitian mengenai Analisia Kelayakan Usaha Ikan Patin di Kabupaten Bogor nilai NPV yang dihasilkan dari usaha pembenihan ikan patin sebesar Rp 108.796.492,2. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ikan Mas dengan cara pemberokan di Desa Selajambe, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi diteliti oleh Anggraini 2008 di peroleh NPV sebesar Rp 1.588.601,00. Pada penelitian Surahmat 2009, Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor dihasilkan NPV Rp 587.596.184,05. Kriteria kelayakan lain adalah Net BC, dan dikatakan layak jika nilai Net BC lebih besar dari satu. Nilai Net BC yang diperoleh dari penelitian Agustika 2009 sebesar 2,70. Pada penelitian Perdana 2008 perhitungan Net BC yang dihasilkan yaitu 1,204. Penelitian Bukit 2007 diperoleh Net BC sebesar 1,725. Net BC yang dihasilkan Anggraini 2008 sebesar 4,45. Selain itu, penelitian Surahmat 2009 nilai Net BC yang didapat sebesar 4,45. Nilai IRR dikatakan layak jika IRR lebih besar dari Discount Rate DR. Pada penelitian Agustika 2009 diperoleh IRR sebesar 66 persen. Penelitian Perdana 2008 memperoleh IRR 37,14 persen. Nilai IRR dari penelitian Bukit 2007 yaitu 22,75 persen. Penelitian Anggraini 2008 menghasilkan IRR 59 persen lebih besar dari tingkat suku bunga yaitu 5,5 persen. Selain itu, pada penelitian Surahmat 2009 didapat IRR sebesar 21 persen. Kriteria kelayakan yang terakhir yaitu Payback Period PP, dikatakan layak jika tingkat pengembalian usaha tidak melebihi dari umur ekonomis. Pada penelitian Agustika 2009 PP yang diperoleh selama dua tahun. Nilai PP yang dihasilkan oleh Perdana 2008 satu tahun tujuh bulan. Penelitian Bukit 2007 diperoleh PP selama tiga tahun sembilan bulan. Nilai PP yang dihasilkan dari penelitian Anggraini 2008 yaitu selama dua tahun sepuluh bulan. Selain itu, penelitian Surahmat 2009 diperoleh PP melebihi dari sepuluh tahun yang lebih besar dari umur proyek. Agustika 2009 melakukan analisis sensitivitas untuk melihat sejauh mana kepekaan usaha pemasok ikan hias jika terjadi perubahan-perubahan dalam arus manfaat dan biaya. Dalam perubahan analisis sensitivitas ini dibuat dua skenario yang terjadi dalam operasional perusahaan. Skenario tersebut adalah terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar 10 persen dan terjadi peningkatan harga cacing untuk pakan ikan hias dari Rp 5.000,00 per takar menjadi Rp 6.000,00 per takar. NPV yang dihasilkan positif yaitu sebesar Rp 453.361.955,00 dengan Net BC sebesar 2,35 berarti masih lebih besar dari satu dan IRR sebesar 61 persen, maka pada skenario II usaha pemasok ikan hias yang dijalankan oleh Budi Fish Farm masih layak dijalankan. Bukit 2007 juga melakukan analisis sensitivitas yang dilakukan untuk ketiga skenario adalah penurunan harga jual output produksi, dan kenaikan harga input dominan dalam hal ini harga pakan ikan patin. Pada skenario I kegiatan pembenihan masih layak dilaksanakan sampai penurunan harga 8,8 persen, penurunan volume produksi sampai 8,8 persen dan kenaikan artemia 22 persen dan cacing sutera 25,3 persen. Dari perbandingan ketiga skenario yang dilakukan maka skenario I kurang peka terhadap perubahan ketiga variabel switching value bila dibandingkan dengan skenario II dan III. Penelitian Perdana 2008 melakukan analisis switching value untuk melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis switching value dilakukan di KJA meliputi empat pola yaitu kenaikan harga benih ikan mas dan nila, kenaikan harga pakan, penurunan harga jual ikan mas dan nila, dan penurunan hasil produksi. Analisis switching value Usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor lebih sensitif terhadap perubahan harga jual ikan dan hasil produksi dibandingkan dengan perubahan biaya pakan dan benih ikan. Penurunan harga jual ikan mas dan nila maksimum sebesar 1,77 persen masih memberikan kelayakan usaha karena menghasilkan NPV sama dengan nol, Nilai Net BC sama dengan satu dan nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga 13 pesen. Penurunan hasil produksi maksimum sebesar 1,77 persen masih dikatakan layak dengan asumsi variabel lain tetap konstan, penurunan produksi sebesar 1,77 persen menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, nilai Net BC sama dengan satu dan nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga 13 persen. Analisis switching value yang dilakukan oleh Surahmat 2009 dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan parameter. Parameter yang digunakan yaitu penurunan harga jual larva, penurunan jumlah produksi larva, dan kenaikan harga input. Skenario I dengan modal sendiri, penurunan harga jual larva yang masih dapat ditolerir sebesar 7,04 persen yaitu dari harga Rp 8 per ekor menjadi Rp 7,43 per ekor. Pengusahaan pembenihan larva ikan bawal masih layak diusahakan apabila penurunan jumlah produksi tidak melebihi 42,1 persen, yaitu dari 29.030.400 ekor menjadi 16.810.661 ekor. Sedangkan untuk peningkatan harga input agar usaha tersebut masih layak diusahakan sampai 95,89 persen. Skenario II dengan modal pinjaman, tidak dilakukan switching value karena dengan modal pinjaman usaha tidak layak untuk dilaksanakan berdasarkan waktu pengembalian modal investasi yang lebih besar dari umur proyek. III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis