I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor perikanan termasuk salah satu penyumbang devisa negara non migas yang cukup besar selain sektor kehutanan dan perkebunan. Sesuai dengan
sasaran yang diharapkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Kelautan dan Perikanan tahun 2005
–2009, kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto PDB pada tahun 2009 diharapkan mencapai 5,10 persen.
Sasaran lain yang ingin dicapai adalah total produksi perikanan sebanyak 9,7 juta ton, nilai ekspor perikanan US5 miliar, konsumsi ikan penduduk 32,29
kgkapitatahun, dan penyediaan kesempatan kerja kumulatif sebanyak 10,24 juta orang
1
. Pemenuhan kebutuhan ikan di masa akan datang salah satunya adalah
melalui budidaya. Budidaya air tawar adalah salah satu subsektor perikanan budidaya dan memiliki karakteristik yang cukup beragam dibandingkan dengan
subsektor perikanan budidaya laut dan budidaya air payau. Budidaya air tawar terdiri dari empat jenis yaitu budidaya kolam, budidaya karamba, budidaya jaring
apung dan budidaya sawah. Perkembangan budidaya air tawar menurut jenisnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Budidaya Air Tawar Menurut Jenisnya 2005 - 2009
Budidaya Tahun
Kenaikan per tahun
2005 2006
2007 2008
2009 Jaring Apung
109,421 143,251
190,894 263,169
238,606 23,18
Keramba 67,889
56,200 63,929
75,769 101,771
12,34 Kolam
331,966 381,945
410,373 479,167
554,067 13,72
Sawah 120,353
105,671 85,009
111,584 86,913
5,65
Total 629,629
687,067 750,205
929,688 981,358
11,95
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun 2009 Perkembangan subsektor budidaya air payau selama tiga tahun terakhir ini
cukup menggembirakan, yaitu adanya kenaikan 11,95 persen per tahun. Jika
dilihat pada tabel di atas maka semua jenis budidaya mengalami kenaikan positif kecuali untuk budidaya sawah yang mengalami gejolak kenaikan yang fluktuatif.
Budidaya kolam pada tahun 2009, volume produksi mencapai 554.067 ton atau naik sebesar 15,63 persen dari tahun 2008 yang volume produksi mencapai
479.167 ton. Sementara kenaikan per tahunnya selama lima tahun terakhir ini sebesar 13,72 persen. Budidaya keramba juga mengalami tren yang positif setelah
turun pada tahun 2006, produksi karamba terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2009 mencapai 100 ribu ton atau tepatnya 101.771 ton atau terjadi
kenaikan rata-rata per tahun sebesar 12,34 persen. Budidaya jaring apung juga mengalami tren positif dan pada tahun 2008 terjadi lonjakan volume produksi
yang sangat fantastis. Walaupun di tahun ini terjadi penurunan volume produksi namun itu tidaklah membuat Ditjen perikanan budidaya pesimis terhadap laju
pertumbuhan budidaya jaring apung, karena potensi pengembangan budidaya jaring apung masih sangat terbuka. Satu lagi adalah budidaya sawah. Budidaya
sawah memang trennya turun-naik. Hal ini disebabkan karena budidaya sawah hanya dijadikan kegiatan sambilan untuk menambah penghasilan bagi para petani
sawah karena budidaya ikan di sawah memanfaatkan areal persawahan yang digabung dengan tumbuhan padi.
Perkembangan budidaya air tawar terhadap lima komoditas utama yaitu gurame, ikan mas, lele, nila dan patin menunjukkan tren positif selama lima tahun
terakhir. Ikan gurami yang merupakan ikan konsumsi air tawar yang harga jualnya cukup tinggi, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 16,52 persen. Produksi
ikan patin meningkat cukup tinggi selama tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena pasar ikan patin baik di dalam dan luar negeri sudah terbuka serta teknik
budidaya yang tidak rumit sehingga banyak bermunculan para pembudidaya patin diberbagai daerah. Kenaikan rata-rata ikan patin selama lima tahun terakhir
sebesar 49,62 persen. Lonjakan produksi ikan patin tertinggi terjadi antara tahun 2007 ke 2008, yaitu dari 36.755 ton menjadi 102.021 ton Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Budidaya Air Tawar menurut Komoditas Utama 2005 - 2009
Komoditi Tahun
Kenaikan Per Tahun
2005 2006
2007 2008
2009 Gurame
25,442 28,711
35,708 36,636
46,254 16,52
Ikan Mas 216,924
247,633 264,349
242,322 249,279
3,86 Lele
69,386 77,332
91,735 114,371
144,755 20,33
Nila 151,363
179,934 206,905
291,037 323,389
21,41 Patin
32,575 31,489
36,755 102,021
109,685 49,62
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun 2009 Jawa Barat dikenal sebagai penghasil produksi ikan air tawar terbesar di
Indonesia, sehingga provinsi ini dikatakan sebagai jantungnya produksi perikanan budidaya. Total produksi perikanan budidaya air tawar di Provinsi Jawa Barat
mencapai 325.899 ton pada tahun 2009 atau sekitar 74 persen total produksi perikanan budidaya Jawa Barat yang sebesar 442.012 ton berasal dari perikanan
budidaya air tawarnya. Jawa Barat yang memiliki Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar di Sukabumi memang dikenal sebagai sentra perikanan
budidaya air tawar Indonesia. Persebaran komoditas perikanan budidaya air tawar di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Produksi Provinsi Jawa Barat Per Komoditas Utama Tahun 2009 Ton
KabupatenKota Nila
Mas Lele
Patin Gurame
Kab Ciamis 4.549
1.201 1.063
- 2.524
Kab Tasikmalaya 4.460
9.215 583
- 509
Kab Garut 3.021
4.543 60
- 109
Kab Cianjur 20.600
34.362 248
1.319 2.884
Kab Sukabumi 987
534 374
1 39
Kab Bekasi 219
99 193
103 19
Kab Karawang 815
1.486 783
- -
Kab Subang 3.428
8.285 293
40 6
Kab Indramayu 237
197 17.093
- 1.560
Kab Cirebon 245
199 448
45 283
Kota Cirebon 14
8 34
7 2
Kab Bogor 1.828
3.857 18.313
581 1.946
Kab Purwakarta 23.831
39.745 250
6.617 1
Kab Bandung 1.985
3.530 1.066
- 115
Kota Bandung 485
1.260 891
- -
Kab Sumedang 1.669
2.317 23
- -
Kab Majalengka 2.288
919 778
- 589
Kab Kuningan 2.271
1.538 380
- 422
Kota Bekasi 142
510 378
- -
Kota Depok 166
324 482
96 334
Kota Tasikmalaya 1.771
1.540 566
- 691
Kota Bogor 559
470 480
485 390
Kota Banjar 488
374 113
- 397
Kota Cimahi 7
5 41
1 1
Kota Sukabumi 442
367 417
6 10
Kab Bandung Barat 10.635
12.412 394
3.611 189
Total 87.065
129.298 48.041
12.912 13.021
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan BudidayaTahun 2009 Jawa Barat dikenal sebagai penghasil utama ikan nila terbesar di
Indonesia. Ikan nila di Provinsi Jawa Barat banyak ditemui di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat. Ketiga Kabupaten ini
memang dikenal sebagai sentra budidaya ikan nila. Sekitar 60 persen produksi ikan nila Jawa Barat berasal dari ketiga kabupaten tersebut. Selain ikan nila
Provinsi Jawa Barat juga memiliki ikan mas yang produksinya pada tahun 2009 mencapai 129.298 ton. Produksi ini termasuk terbesar di Indonesia. Seperti halnya
ikan nila sentra produksi budidaya ikan mas juga terdapat pada Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat. Ikan lele juga
berkembang dengan baik di Jawa Barat. Sentra produksi ikan lele ada di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Indramayu. Kabupaten Bogor pada tahun 2009
telah berhasil memproduksi ikan lele melalui usaha budidayanya sebesar 18.313 ton dan Kabupaten Cianjur sebesar 17.093 ton.
Patin dan gurame, dua komoditas utama perikanan budidaya juga berkembang di provinsi ini walaupun tidak sepesat perkembangan pada budidaya
ikan mas, ikan nila dan ikan lele. Sentra produksi ikan patin di Jawa Barat ada di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan sentra untuk
komoditas gurame, sentranya ada di Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Bogor. Dengan produksi ikan nila, ikan
mas dan ikan lelenya yang cukup besar, memang tidak dipungkiri jika Provinsi Jawa Barat dikatakan sebagai jantung perikanan budidaya air tawar Indonesia.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki prospek yang cukup potensial untuk mengembangkan produksi perikanan, karena Bogor
memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga cepat memicu ikan untuk berkembang biak. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor, perkembangan produksi ikan mengalami peningkatan setiap tahunnya Tabel 4.
Tabel 4
. Perkembangan Produksi Ikan Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009
Jenis Produksi 2006
r 2007
r 2008
r 2009
Ikan Konsumsi
Ton 23,141.00 2.43
23,703.00 5.84
25,087.29 14.57
28,742.72 Ikan Hias
Ribu Ekor 75,382.67 3.85
78,288.00 7.96
84,517.00 23.77 104,603.55
Pembenihan Ribu Ekor
708,594.00 1.14 716,660.00 3.90 744,600.00
13.77 847,112.06
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2009 Perkembangan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor meningkat
empat tahun terakhir yaitu 28,741.72 ton. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Bogor menggemari ikan. Kabupaten Bogor memproduksi ikan hias. Produksi ikan
hias terus meningkat, tahun 2009 mencapai 104,603.55 ribu ekor. Selain ikan hias, Kabupaten Bogor juga memproduksi benih. Dari empat tahun terakhir produksi
pembenihan ikan terus meningkat menjadi 847,112.06 ribu ekor pada tahun 2009. Dari produksi yang terus meningkat, sehingga usaha pembenihan ikan patin di
Kabupaten Bogor sangat potensial untuk dikembangkan. Bogor merupakan salah satu sentra produksi pembenihan ikan patin di
daerah Jawa Barat, karena kondisi cuaca dan iklim yang menunjang selain itu pH air juga mendukung, pakan berupa cacing sutera banyak ditemukan, serta
perkembangan teknologi penyuntikkan dan pengekstraan kelenjar hipofisa. Berbeda dengan wilayah Kalimantan dan Sumatera yang memang difokuskan
pada usaha pembesaran, sehingga tak jarang benih ikan patin yang dibesarkan berasal dari Jawa Barat. Pola konsumsi masyarakat Jawa Barat yang kurang
menggemari ikan patin dibandingkan dengan masyarakat Sumatera dan Kalimantan menyebabkan pembudidaya ikan di Bogor lebih memilih kegiatan
pembenihan daripada pembesaran. Produksi benih per jenis ikan per kecamatan di kabupaten Bogor pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
. Produksi Benih Per Jenis Ikan Per Kecamatan Tahun 2009
Kecamatan
Jumlah RTP
Produksi Mas
Nila Lele
Patin orang
RE
Nanggung 33
5,936.00 2,014.00
1,518.00 927.00
0.00 Leuwiliang
34 7,935.00
2,862.00 1,217.00
885.00 7.00
Leuwisadeng 21
3,485.30 813.00
571.00 1,442.00
82.00 Pamijahan
132 13,676.00
3,745.00 2,713.00
3,220.00 704.00
Cibungbulang 106 608,816.35
631.00 454.00
1,463.00 886.00
Ciampea 54
34,322.00 8,872.00
4,971.00 6,748.00
8,852.00 Tenjolaya
69 62,582.00
22,303.00 6,051.00
5,245.00 6,958.00
Dramaga 64
20,272.65 4,903.50
3,957.00 23.65
105.00 Ciomas
21 16,980.00
3,707.75 3,427.00
1,877.50 3,325.00
Tamansari 26
4,359.00 1,335.00
910.00 241.60
242.40 Cijeruk
25 1,842.00
505.00 1,337.00
0.00 0.00
Cigombong 14
2,057.00 600.00
1,457.00 0.00
0.00 Caringin
21 2,951.00
751.00 2,200.00
0.00 0.00
Ciawi 18
2,990.00 671.00
994.00 965.00
0.00 Cisarua
5 1,662.00
0.00 674.00
988.00 0.00
Megamendung 10
3,304.00 0.00
1,328.00 1,976.00
0.00 Sukaraja
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 Bbkn Madang
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 Sukamakmur
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 Cariu
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 Tanjungsari
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 Jonggol
5 21.20
20.00 1.20
0.00 0.00
Cileungsi 6
10.00 10.00
0.00 0.00
0.00 Klapanunggal
2 49.00
20.00 21.00
8.00 0.00
Gunung Putri 2
38.00 6.00
10.00 8.00
0.00 Citeureup
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 Cibinong
25 1,455.69
272.80 227.52
597.18 69.69
Bojong Gede 30
812.55 173.29
120.87 265.02
128.87 Tajurhalang
32 1,781.67
422.16 294.90
454.65 299.68
Kemang 50
117.08 0.00
15.49 26.00
30.19 Rancabungur
30 6,558.72
1,398.69 165.82
2,948.60 1,020.66
Parung 4
11,598.00 0.00
140.00 10,600.00
360.00 Ciseeng
120 22,013.85
0.00 224.60
15,049.07 3,288.00
Gg Sindur 70
7,390.00 0.00
0.00 6,000.00
0.00 Rumpin
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 Cigudeg
64 423.00
313.00 85.00
0.00 0.00
Sukajaya 5
1,290.00 111.00
497.00 0.00
0.00 Jasinga
10 112.00
62.00 40.00
10.00 0.00
Tenjo 2
72.00 72.00
0.00 0.00
0.00 Pr Panjang
11 199.00
69.00 78.00
52.00 0.00
Jumlah 1,105
847,112.06 56,663.19
35,700.40 62,020.27
26,358.49
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2009 Kecamatan Ciampea merupakan penghasil benih patin terbesar di
Kabupaten Bogor dengan jumlah 54 orang atau Rumah Tangga Produksi RTP dengan produksi benih patin sebanyak 8,852 per tahun. Salah satu perusahaan
penghasil benih patin yang ada di Ciampea adalah Number One Fish Farm, yang baru dirintis pada bulan Juli 2008. Saat ini, dengan jumlah kapasitas 60 akuarium
perusahaan mampu menghasilkan 300.000 ekor benih setiap musim produksi, dan perusahaan belum mampu memenuhi permintaan benih terhadap perusahaan yang
mencapai 400.000 ekor benih. Sehingga perusahaan berencana untuk menambah jumlah kapasitas produksi.
1.2. Perumusan Masalah