Proses Produksi Aspek Teknis

mengganggu perkembangan benih ikan patin. Kondisi iklim di daerah Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea cukup mendukung untuk dilakukan pengusahaan benih ikan patin. Suhu untuk kegiatan budidaya ikan patin berkisar 29-31ºC. 3 Suplai Tenaga Kerja Number One Fish Farm dikelola oleh satu penanggung jawab produksi dan satu karyawan tetap bagian produksi. Tenaga kerja di Number One Fish Farm tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Karyawan yang bekerja di Number One Fish Farm berasal dari penduduk sekitar didirikannya usaha pembenihan ikan patin. 4 Fasilitas Transportasi Lokasi usaha Number One Fish Farm terletak diperkampungan namun telah memiliki fasilitas jalan aspal. Untuk alat transpotasi tersedia ojek dan angkutan umum angkot. Lokasi Number One Fish Farm sekitar sekitar 600 meter dari jalan Desa Ciampea yang dilewati jalur angkutan umum.

6.2.2. Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan oleh Number One Fish Farm hanya terfokus pada kegiatan pembenihannya saja. Setelah benih patin berukuran 2 cm kemudian benih dijual.

6.2.2.1. Kegiatan Pembenian Ikan Patin

Pada pengusahaan pembenihan ikan patin, kegiatan yang dilakukan adalah penebaran induk, pemeliharaan dan pemijahan induk untuk menghasilkan benih yang berukuran 2 cm. Tahapan kegiatan pembenihan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pemiliharaan Calon Induk Pengelolaan induk memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan. Induk yang baik adalah modal dasar untuk mencapai keberhasilan dalam memproduksi benih. Induk patin yang baik untuk dipijahkan adalah induk yang telah berumur antara 2,5 – 5 tahun dengan berat antara 3 – 6 Kg. Induk ukuran ini mudah ditangani, memerlukan sedikit hormon dan tingkat ovulasinya lebih tinggi dibanding dengan induk yang lebih tua dan berukuran lebih besar. Kualitas air ideal untuk induk patin yaitu pada suhu antara 25 – 30 ºC, pH 6,0 – 8,5 dan kandungan oksigen terlarut minimal 4 mgL. 2. Pengelolaan Pakan Induk Waktu pemberian pakan tidak hanya untuk memberi pakan tetapi juga waktu untuk mengamati dan mengevaluasi kondisi ikan dan air. Pakan yang diberikan jangan terlalu banyak atau sampai tersisa karena akan menyebabkan turunnya kualitas air. Pakan yang umum diberikan pada induk patin adalah pelet komersial dengan kadar protein 30 – 35 . Jumlah pemberian pakan maksimum adalah 2 - 3 dari berat tubuh dan diberikan 2 - 3 kali perhari pada pagi, sore dan atau malam hari. 3. Persiapan Induk Sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, hal pertama yang dipersiapkan adalah jumlah induk yang akan disuntik. Setelah diketahui jumlah induk yang akan direncanakan untuk disuntik maka dua hari sebelum induk diseleksi induk dipuasakan terlebih dahulu. Jika induk tidak di puasakan dan dipaksakan diseleksi maka akan dapat menyebabkan induk luka dan stres, yang akhirnya akan menyebabkan gagalnya ovulasi telur. 4. Seleksi Induk Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan, langkah ini sangat menentukan keberhasilan pembenihan secara keseluruhan sehingga harus dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Pada umumnya, induk betina yang telah matang gonad memiliki ciri- ciri yang mudah dibedakan dengan induk jantan. Postur tubuh induk betina cenderung melebar dan pendek, perut lembek, halus dan membesar kearah anus. Urogenital membengkak dan membuka serta berwarna merah tua. Gambar 5. Kelamin Induk Betina Gambar 6. Kelamin Induk Jantan Sedangkan postur tubuh induk jantan relatif lebih langsing dan panjang, apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan putih kental cairan sperma. 5. Penyuntikan Hormon Pemijahan dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon untuk proses pematangan akhir gonad, pengurutan untuk proses pengeluaran telur dan pembuahan dengan mencampur sperma dan telur. Bahan yang digunakan merangsang ovulasi pada ikan patin yang sudah dikenal seperti ovaprim. Standar dosis ovaprim yang diberikan untuk induk betina adalah 0,5 mlkg sedangkan untuk induk jantan adalah 0,2 mlkg. Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali pada bagian intramuscular di punggung atas kanankiri sudut penyuntikan 45º, dengan interval waktu penyuntikan pertama dan kedua sekitar 6-12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 13 bagian dari dosis total dan sisanya 23 bagian lagi diberikan pada penyuntikan kedua. Setelah penyuntikan kedua, 6-8 jam kemudian dilakukan pengecekan ovulasi induk, pengecekan ini akan menentukan saat pengeluaran telur untuk proses pembuahan. Bila pengeluaran telur dilakukan sebelum ovulasi terlalu cepat waktu, maka pengeluaran telur tidak akan lancar dan biasanya persentase keberhasilan pembuahan akan rendah. Sedangkan bila terlalu lambat, pembuahan biasanya juga gagal karena air sudah masuk ke dalam kantung telur yang menyebabkan lubang mikrofil pada telur sudah tertutup. Pengecekan ovulasi dilakukan dengan cara melakukan pengurutan pada bagian dekat urogenital secara perlahan dan hati-hati. Gambar 7. Penyuntikan 6. Stripping Jika induk siap ovulasi, tahapan selanjutnya adalah stripping, proses stripping sampai memasukan telur kedalam corong penetasan harus dilakukan dengan cepat dan lembut. Setelah enam jam penyuntikan kedua dilakukan pengecekan terhadap induk betina apakah sudah ovulasi atau belum. Langkah pertama yang dilakukan adalah pembiusan terhadap induk. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam proses pengecekan dan mengurangi tingkat stres pada ikan. Pembiusan dilakukan dengan menggunakan benzocaine dengan dosis 100 ppm. Setelah induk terbius langkah selanjutnya adalah pengecekan ovulasi, ovulasi dilakukan dengan cara mengurut perut induk ikan dari arah perut ke lubang genital, langkah ini dilakukan dengan hati-hati, waktu stripping yang tepat adalah pada saat telur keluar ketika dilakukan pemijatan yang lembut pada bagian perut dan jangan melakukan pijatan yang keras atau dipaksakan. Gambar 8. Induk Betina Saat Stripping Gambar 9. Induk Jantan Saat Stripping 7. Inseminasi Buatan Pembuahan buatan dilakukan dengan cara mencampur telur dan sperma dengan larutan sodium 0,9 dan diaduk secara perlahan menggunakan bulu ayam. Tujuan pencampuran larutan sodium ini adalah untuk mengencerkan sperma agar telur dapat tercampur secara lebih merata. Setelah diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah selanjutnya adalah pencampuran larutan tanah merah yang berguna untuk menghilangkan daya rekat telur kemudian diaduk sempurna hingga telur tidak menempel satu sama lain. Untuk menghilangkan larutan tanah merah pada telur dilakukan beberapa kali pembilasan menggunakan air bersih hingga telur bersih sempurna. Telur yang telah bersih kemudian siap untuk dimasukan dalam corong penetasan. Gambar 10. Pencampuran Telur dan Sperma 8. Pemanenan Larva Larva mulai menetas setelah kurang lebih 20 jam setelah inseminasi. Larva menetas tidak bersamaan tetapi secara bertahap, pemanenan larva dilakukan 24 – 28 jam setelah inseminasi. Larva yang menetas didalam corong penetasan akan bergerak mengikuti aliran air kedalam bak penampungan dimana dalam bak telah dipersiapkan dipasang hapa halus untuk menampung larva kemudian larva dipanen dengan cara diambil dengan seser halus secara hati-hati dan perlahan. Gambar 11. Panen Larva 9. Perawatan Larva Pemeliharaan larva dan benih ikan patin sebaiknya dilakukan dalam ruangan tertutup agar dapat dijaga suhu airnya serta menghindari kontaminan yang dapat masuk kedalam media pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan larva dapat terdiri dari berbagai macam jenis mulai dari akuarium, bak fiber, bak semen maupun bak kayu, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah kebersihan dan ukuran wadah. Padat tebar larva adalah sekitar 60-80 ekorliter. Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian air media pemeliharaan larva sebaiknya tidak terlalu dalam atau tinggi, idealnya adalah 20-40 cm bila terlalu tinggi akan menyulitkan larva dalam mengambil oksigen dari udara, karena ikan patin sesekali akan mengambil oksigen dari udara meskipun kandungan oksigen terlarut dalam air cukup karena diberikan aerasi. Larva dipelihara selama empat hari, dimana larva ikan akan mencapai ukuran 2 cm inchi setelah berumur 19 hari, larva ikan diberikan pakan artemia dari umur 30 jam hingga empat hari. Frekwensi pemberian pakan berupa artemia sebanyak lima kali dengan interval waktu empat jam sekali. Pada hari kedua dan ketiga sebaiknya frekwensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi enam kali dengan interval waktu empat jam sekali, hal ini dikarenakan pada umur tersebut tingkat kanibalisme larva tinggi, sedangkan pada hari ke empat frekwensi pemberian pakan kembali diturunkan menjadi lima kali dengan interval waktu empat jam sekali. Setelah berumur lebih dari lima hari larva diberikan pakan pengganti berupa cacing sutera tubifek, cacing sutera yang diberikan harus dicincang terlebih dahulu hal ini karena ukuran mulut larva yang masih terlalu kecil. Suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan patin adalah antara 29-30ºC, selama pemeliharaan larva dilakukan pembersihan sisa pakan dan feces secara rutin, penambahan dan pergantian air dapat dilakukan setelah empat hari pemeliharaan dan dilakukan secara rutin minimal setiap dua hari sekali atau sesuai dengan kebutuhan. 10. Panen Panen dilakukan setelah benih berukura 2 cm atau setelah berumur 21 hari. Kegiatan panen dilakukan dengan menggunakan alat berupa serokan. Ikan disortir dan dihitung dengan menggunakan centong. Kemudian benih ikan patin tersebut dikemas ke dalam kantong plastik. Benih yang akan dipacking harus dipuasakan terlebih dahulu, bila benih tidak dipuasakan kemungkinan besar benih akan mengalami stres dan memuntahkan makanan yang telah dimakannya, sehingga kotoran dapat menurunkan kualitas air. Benih harus dipuasakan sekitar 24 jam sebelum dipacking, benih ikan juga harus dalam keadaan baik dan sehat agar tetap hidup sampai ke tempat tujuan. Dalam kantong plastik ukuran 40 cm x 50 cm biasanya bisa menampung 1.000 ekor benih ikan patin. Kantong tersebut diberi oksigen sekitar 25 persen dari isi kantong. Untuk menjaga benih ikan patin tidak berkumpul pada salah satu ujung kantong plastik, maka plastik-plastik tersebut diikat dengan cara khusus. Kedua ujung plastik tersebut diikat kemudian plastik tersebut dibalikkan dan dilapisi kembali dengan plastik yang lain, sehingga satu kantong plastik wadah benih ikan patin terdiri dari dua plastik. Untuk pengiriman diluar pulau Jawa biasanya menggunakan jasa pengiriman kargo yang sebelumnya harus dikemas dengan menggunakan Styrofoam pada tingkat pemeliharaan. Gambar 12. Benih Ikan Patin Yang siap Kirim Dari beberapa tahapan kegiatan usaha pembenihan ikan patin, yang paling banyak menyerap waktu adalah proses perawatan larva. Dimana pada fase tersebut terdapat banyak serangan hama dan penyakit yang disebabkan oleh mikroba. Hal ini membutuhkan ketelatenan para pekerja dalam pemberian obat- obatan dan pergantian air. Tingkat mortalitas pada tingkat pemeliharaan larva yaitu sekitar 20 persen dari total larva yang dipelihara. Hasil analisis aspek teknis usaha pembenihan ikan patin Number One Fish Farm adalah layak untuk dijalankan. Dalam hal ini tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan usaha pembenihan ikan patin tersebut mulai dari ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, transportasi, ketersediaan listrik, air maupun kondisi alam.

6.3. Aspek Manajemen