diperoleh. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti penurunan harga input, serta peningkatan biaya variabel yaitu kenaikan cacing sutera dan artemia mencapai 10
persen akan menunjukkan apakah usaha pembenihan ikan patin sensitif terhadap perubahan-perubahan tersebut.
Untuk pengembangan dan pengusahaan pembenihan ikan patin, membutuhkan waktu yaitu lima tahun, hal ini disesuaikan dengan umur ekonomis
indukan ikan patin jantan. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bagaimana kelayakan pengusahaan pembenihan ikan patin tersebut. Berdasarkan uraian di
atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana kelayakan usaha pembenihan ikan patin di Number One Fish Farm, apakah sudah layak dari aspek non finansial dan aspek finansial?
2. Bagaimana tingkat kepekaan sensitivitas kelayakan usaha pembenihan ikan
patin Number One Fish Farm jika terjadi penurunan harga benih patin dan
peningkatan biaya artemia dan cacing sutera?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan patin di Number One Fish
Farm dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek finansial.
2. Menganalisis tingkat kepekaan sensitivitas kelayakan usaha pembenihan
ikan patin di Number One Fish Farm. 1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pemilik usaha pembenihan ikan patin mengenai kelayakan usaha
demi keberlangsungan usahanya. Bagi penulis, untuk penerapan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan dan sebagai sarana informasi dunia usaha di
sub-sektor perikanan secara nyata. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau rujukan sebagai informasi pengusahaan
pembenihan ikan patin, serta sebagai pertimbangan ketika terjun ke dunia usaha atau pemilihan bisnis dalam pengambilan keputusan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Ikan Patin
Hardjatmulia 1975 mengemukakan bahwa ikan patin berasal dari negara Thailand dan masuk ke wilayah Bogor pada tahun 1975. Ikan patin merupakan
jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam golongan catfish, yaitu ikan yang memiliki kumis dan antena. Ikan patin memiliki sifat nocturnal aktif pada malam
hari dan hidup di sungai-sungai. Di Indonesia terdapat beberapa jenis ikan patin yang populer dan banyak dipelihara di kolam budidaya, yaitu patin jambal, patin
pasopati, dan patin siam. Ikan patin siam biasa juga disebut patin Bangkok atau lele Bangkok. Sebutan ini muncul tidak hanya ukurannya yang besar, tetapi juga
berasal dari Bangkok. Ikan patin dapat hidup baik pada derajat keasaman pH 5- 9, kandungan oksigen antara 3-6 ppm, kandungan CO2 9-20 ppm, alkalinitas 80-
250 dan suhu antara 28-30ÂșC Khairuman dan Sudena D 2002 Dalam soal rasa, daging ikan patin memiliki rasa yang khas. Dari semua
jenis ikan keluarga lele-lelean, rasa daging ikan patin termasuk enak. Analisis kandungan gizi, nilai protein daging cukup tinggi yaitu mengandung 68,6 persen
protein, kandungan lemak sekitar 5,85 persen Khairuman dan Sudena D 2002.
2.2. Teknik Pembenihan Ikan Patin Secara Intensif