Luas Lahan Garapan Pengalaman Berusahatani Padi

41 karena lahan bengkok pada dasarnya merupakan penerimaan seorang perangkat desa dalam bentuk sawah. Status kepemilikan lahan untuk responden petani SRI organik sebagian besar adalah lahan milik sendiri, dan sebagian lain merupakan lahan sakap. Hal ini disebabkan karena luas lahan yang dimiliki oleh petani pada umumnya kecil, dengan luas minimum kurang lebih 2000 m 2 . Dengan demikian, sebagian besar petani umumnya lebih memilih untuk menerapkan metode SRI organik pada lahannya sendiri. Adapun alasan lain penerapan metode SRI organik pada lahan sakap karena adanya permintaan dari pemilik, dan pemilik pun akan mencari petani yang akan bersungguh-sungguh mengelola lahannya dengan baik menggunakan metode SRI organik tersebut. Untuk responden petani konvensional, status kepemilikan lahannya bermacam-macam seperti yang ada pada Tabel 10. Tabel 10. Penggolongan Petani Konvensional dan Petani SRI Organik Menurut Status Kepemilikan Lahan di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo Tahun 2011 No . Status Kepemilikan Lahan Jumlah Orang Persentase Petani Konvensional Petani SRI Organik Petani Konvensional Petani SRI Organik 1. Milik Sendiri 21 23 70,00 76,67 2. Sakap 8 7 26,67 23,33 3. Sewa 1 3,33 0,00 Total 30 30 100,00 100,00

5.3.4. Luas Lahan Garapan

Apabila dilihat dari luas lahan yang digarapnya, ternyata luas lahan petani cukup beragam, yaitu dari petani yang hanya memiliki lahan garapan seluas 769 m 2 sampai dengan petani yang memiliki luas lahan garapan lebih dari satu hektar. Pada Tabel 11. diketahui bahwa luas lahan garapan petani konvensional terbanyak berada pada kisaran 0,34-0,99 ha dengan jumlah petani sebanyak 17 orang, sedangkan luas lahan garapan kurang dari 0,34 ha menjadi luas lahan terbanyak yang digarap petani SRI organik dengan jumlah 19 orang. Luas lahan yang digarap lebih dari satu hektar sebagian besar dimiliki oleh para petinggi di perangkat desa seperti Lurah, Sekretaris Desa, atau perangkat desa lainnya. 42 Tabel 11. Penggolongan Petani Konvensional dan Petani SRI Organik Menurut Status Kepemilikan Lahan di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo Tahun 2011 No. Luas Lahan Garapan ha Jumlah Orang Persentase Petani Konvensional Petani SRI Organik Petani Konvensional Petani SRI Organik 1. 0,34 9 19 30,00 63,33 2. 0,34-0,99 17 8 56,67 26,67 3. 1 4 3 13,33 10,00 Total 30 30 100,00 100,00 Berdasarkan Tabel 11 dapat terlihat pula petani konvensional memiliki lahan garapan yang lebih luas dibandingkan dengan petani SRI organik. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa lahan pertanian organik di Desa Ringgit memiliki luasan yang kecil, meskipun dengan jumlah petani yang relatif besar. Hal ini menjadi suatu alasan mengapa banyak produk organik yang dipertanyakan keorganikannya karena seharusnya lahan organik berupa hamparan.

5.3.5. Pengalaman Berusahatani Padi

Lama pengalaman berusahatani padi masyarakat Desa Ringgit dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12, sebanyak 11 orang dan 10 orang dari golongan petani metode konvensional dan SRI organik telah bertani padi selama kurang dari 10 tahun. Pengalaman bertani kurang dari 10 tahun tahun termasuk pengalaman yang belum terlalu lama. Hal ini disebabkan karena sebagian besar petani merupakan penduduk yang telah pulang kembali ke desa dari perantauan di kota besar. Apabila dilihat dari rentang usia petani pada Tabel 8, usia terbanyak berada pada rentang 38-44 tahun. Hal ini menegaskan bahwa pada usia kurang dari 38 tahun petani lebih memilih untuk mencari pekerjaan di kota besar dan pertanian menjadi harapan terakhir bagi petani sebagai mata pencaharian. 43 Tabel 12. Penggolongan Petani Konvensional dan Petani SRI Organik Menurut Pengalaman Berusahatani Padi di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo Tahun 2011 No. Pengalaman Usahatani Tahun Jumlah Orang Persentase Petani Konvensional Petani SRI Organik Petani Konvensional Petani SRI Organik 1. 10 11 10 43,33 33,33 2. 11-20 8 7 26,67 23,33 3. 21-30 7 8 16,67 26,67 4. 31-40 4 5 13,33 16,67 Total 30 30 100,00 100,00 Rentang lama pengalaman berusahatani padi petani konvensional terbanyak kedua yaitu pada rentang 11-20 tahun, sedangkan pada petani SRI organik berada pada rentang 21-30 tahun. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa petani dengan pengalaman berusahatani padi lebih lama, petani lebih mampu mempertimbangkan adanya metode atau inovasi baru untuk diaplikasikan pada lahannya. Hal tersebut sejalan dengan kutipan yang diberikan oleh seorang praktisi organik bahwa “semakin lama petani mengenal lahannya, maka akan semkin bijaksana petani tersebut dalam mengelola lahannya” 12 . Pengalaman berusahatani padi SRI organik seluruhnya berada pada rentang waktu kurang dari 10 tahun. Hal ini disebabkan karena metode SRI organik diperkenalkan pada tahun 2003 dan dilaksanakan secara bertahap pada tahun 2006. Selama tahun 2003 hingga 2006 penerapan yang dilakukan masih dalam tahap pengenalan dan pembelajaran, sehingga banyak petani yang belum berani mengaplikasikan pada lahannya sendiri. 12 Alik Sutaryat dalam diskusi perkumpulan petani organik di Ciamis, Jawa Barat.

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

Keragaan usahatani pada penelitian ini dijelaskan secara deskriptif. Penjelasan keragaan usahatani meliputi penggunaan input dan cara budidaya padi dengan metode SRI organik yang dibandingkan dengan pertanian konvensional. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam memahami perbedaan dari kedua metode tersebut. 6.1. Penggunaan Input 6.1.1. Lahan Lahan yang digunakan dalam budidaya padi SRI organik memiliki luas kurang lebih 2000 m 2 atau penduduk sekitar sering mengistilahkannya dengan satu iring. Satu iring setara dengan 130 ubin, dengan luas per ubinnya 12 cm x 14 cm. Harga sewa yang ditetapkan per iringnya yaitu Rp 1.700.000 pertahun dan dibayarkan pada musim tanam pertama. Untuk pajak lahan sawah dibedakan atas letak sawah tersebut. Apabila letak sawah berada dekat dengan jalan utama atau saluran irigasi, maka pajak lahan sawah semakin besar dan sebaliknya bila lahan sawah berada jauh dari jalan utama atau saluran irigasi maka pembayaran pajak akan semakin kecil. Pembayaran pajak dilakukan pada akhir tahun saat musim tanam pertama.

6.1.2. Bibit

Bibit yang digunakan oleh petani SRI organik Desa Ringgit merupakan bibit yang dibuat sendiri baik oleh anggota maupun ketua kelompok tani, yang nantinya ketua kelompok tani akan membagikan bibit tersebut kepada petani anggota lain yang tidak mampu membuat bibitnya sendiri. Varietas bibit yang ditanam yaitu Sintanur, Pandan Wangi, atau Janur. Varietas Janur merupakan persilangan antara Sintanur dan Jasmin yang disilangkan oleh ketua kelompok Pemuda Tani Lestari PTL. Varietas Janur digunakan oleh sebagian besar petani SRI organik, karena varietas ini sangat cocok diaplikasikan pada metode SRI. Jumlah bibit yang digunakan dalam metode SRI organik untuk luasan lahan satu

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

DAMPAK BUDIDAYA PADI ORGANIK DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) TERHADAP SUSTAINABILITAS KANDUNGAN C ORGANIK TANAH DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 16 191

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

Koefisien Tanaman Padi Dengan Teknologi System Of Rice Intensification (Sri) Dan Sistem Konvensional

0 4 35

Analisis Adopsi Sri (System Of Rice Intensification) Dan Dampaknya Terhadap Efisiensi Usahatani Padi Di Kabupaten Solok Selatan.

0 7 103

KEANEKARAGAMAN HYMENOPTERA PARASITOID PADA PERTANAMAN PADI KONVENSIONAL DAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI).

0 0 9

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142

Tingkat Adopsi Teknologi SRI (System of Rice Intensification) dan Analisis Usahatani Padi di Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi I.Solihah

0 0 9

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI

0 0 20