Penanaman Teknik Budidaya 1. Pengolahan Tanah

50 anakan padi yang tidak maksimal. Selain itu, umumnya pertumbuhan tanaman mengalami keterlambatan. Karena pada saat pemindahan tanaman, terjadi kondisi stagnasi dan adaptasi sehingga daya jelajah akar dalam mencari makanan terbatas. Dalam menyeleksi benih yang akan disemai, petani SRI organik menggunakan metode larutan garam. Benih yang mengapung adalah benih yang kurang baik kualitasnya, sedangkan benih yang tenggelam adalah benih yang baik. Benih-benih yang baik kemudian diambil dan dicuci untuk menghilangkan larutan garam yang menempel pada benih. Setelah benih berkualitas baik telah dicuci, benih harus diperam dulu selama satu hari satu malam. Ini dilakukan agar benih tumbuh seragam. Setelah diperam, akan terlihat adanya bintik pada lembaga atau embrio benih tetapi belum tumbuh akar yang merupakan tanda benih yang baik dan siap disemai. Tempat untuk menyemai benih ada yang dilakukan di sawah persemaian atau di besek.

6.2.3. Penanaman

Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur 10 - 14 hari setelah semai. Bibit yang akan di tanam dalam keadaan utuh akar tidak putus dan rentang waktu antara pencabutan dan penanaman tidak terlalu lama maksimal 30 menit agar bibit tidak stres. Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak” yaitu kondisi tanah yang basah tetapi bukan tergenang. Bibit yang ditanam setiap lubangnya berisi satu benih dan ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2-3 cm dengan bentuk perakaran horizontal seperti huruf L. Jarak tanam yang digunakan bervariasi, yaitu 25x25 cm dan 30x30 cm. Pembuatan jarak tanam menggunakan penggaris yang dibuat oleh petani Gambar 2.. Perlakuan terhadap benih yang ingin ditanam pada pertanian konvensional yaitu a daun di potong karena benih yang digunakan sudah tua, b batang diikat untuk memudahkan pembagian saat tanam, c benih dilempar, d benih ditanam banyak, e benih ditanam dalam dan akhirnya di petakan sawah direndam. Penanaman dengan metode konvensional menggunakan gathak. Gathak merupakan alat tanam terbuat dari kayu dengan sepanjang kayu tersebut diberi lengkungan kecil. Jarak antar lengkungan disesuaikan dengan jarak tanam yang biasa digunakan untuk menanam padi konvensional yaitu 15 cm x 15 cm dan 20 cm x 20 cm. Pada Lampiran 1. terdapat gambar kegiatan menanam padi dengan 51 metode konvensional. Dari gambar tersebut dapat terlihat di pinggiran sawah terdapat tambang yang digunakan untuk memastikan bahwa jarak penanaman tetap rapih, sebab panjang gathak hanya setengah dari panjang sawah pada umumnya. Penanaman jarak tanam yang lebar yaitu 25 cm x 25 cm sampai 30 cm x 30 cm dalam prinsip SRI mendorong pertumbuhan akar secara optimal serta memaksimalkan sinar matahari yang cukup secara optimal. Namun kebiasaan yang dilakukan oleh petani konvensional dalam menanam padi biasanya menggunakan jarak tanam yang rapat, yaitu 20 cm x 20 cm atau bahkan 15 cm x 15 cm. Kebiasaan ini didasarkan oleh bermacam-macam alasan diantaranya adalah kepemilikan lahan yang sempit. Penggunaan jarak tanam yang sempit, petani berpikiran akan menghasilkan padi lebih banyak karena jumlah tanamannya lebih banyak. Namun di dalam prakteknya, harapan yang dijadikan alasan oleh petani tersebut seringkali berbeda, karena jarak tanam yang rapat menyebabkan tanaman lembab dan gelap sehingga akan disenangi hama seperti wereng dan tikus. Di samping itu, tanaman yang lembab sangat berpotensi terhadap berkembangnya jamur. Penanaman dengan bibit yang banyak dalam satu lubang pula akan mengakibatkan tanaman tidak bisa berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan terjadi persaingan dalam memperebutkan makanan dan kekurangan sinar yang diperlukan bagi tanaman.

6.2.4. Pemupukan Setelah Tanam

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

DAMPAK BUDIDAYA PADI ORGANIK DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) TERHADAP SUSTAINABILITAS KANDUNGAN C ORGANIK TANAH DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 16 191

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

Koefisien Tanaman Padi Dengan Teknologi System Of Rice Intensification (Sri) Dan Sistem Konvensional

0 4 35

Analisis Adopsi Sri (System Of Rice Intensification) Dan Dampaknya Terhadap Efisiensi Usahatani Padi Di Kabupaten Solok Selatan.

0 7 103

KEANEKARAGAMAN HYMENOPTERA PARASITOID PADA PERTANAMAN PADI KONVENSIONAL DAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI).

0 0 9

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142

Tingkat Adopsi Teknologi SRI (System of Rice Intensification) dan Analisis Usahatani Padi di Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi I.Solihah

0 0 9

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI

0 0 20