Lokasi dan Waktu Penelitian
56 identitas dan kepentingan serta pada saat yang bersamaan, menekankan peran
praktek dalam membentuk struktur-struktur tersebut. Secara ontologis, paradigma konstruktivisme menyatakan bahwa realitas
bersifat sosial dan karenanya akan menumbuhkan bangunan teori atas realitas majemuk dari masyarakatnya. Dengan demikian, tidak ada suatu realitas yang
dapat dijelakan secara tuntas oleh suatu ilmu pengetahuan. Realitas ada sebagai seperangkat bangunan yang menyeluruh dan bermakna yang bersifat konfliktual
dan dialektis. Oleh karena itu, paradigma konstruktivisme menganut prinsip relativitas dalam memandang suatu fenomena alam atau sosial.
Secara filosofis, hubungan epistemologis antara pengamatan dan objek, menurut aliran ini bersifat suatu kesatuan, subjektif dan merupakan hasil
perpaduan interaksi diantara keduanya. Selanjutnya, secara metodologis, konstruktivisme secara jelas menyatakan bahwa penelitian harus dilakukan diluar
laboratorium, yaitu di alam bebas secara sewajarnya natural untuk menangkap fenomena alam apa adanya dan secara menyeluruh tanpa campur tangan dan
manipulasi pengamat atau pihak peneliti. Dengan setting natural ini, maka metode yang paling banyak digunakan adalah metode kualitatif dari pada metode
kuantitatif. Suatu teori muncul berdasarkan data yang ada. Untuk itu pengumpulan data dilakukan dengan metode hermeuneutik dan dialektik yang
difokuskan pada konstruksi, rekontruksi dan elaborasi suatu proses sosial. Menurut Denzin dan Lincoln 2000 dalam menerangkan macam-macam
paradigma penelitian bahwa konstruktivisme merupakan paradigma yang bersifat relatif, dan transaksionalis subjektif. Dilihat dari aspek ontologism,
konstrukstivisme melihat realitas sebagai konstruksi sosial. Kebenaran realitas adalah relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku
sosial. Dilihat dari aspek epistemologi, konstruktivisme bersifat Transactionalist subjektivist, membuat penemuan dimana pemahaman suatu realitas atau temuan
suatu penelitian merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti. Dilihat dari aspek metodologi, paradigma konstruktivisme menggunakan metode
dialektik hermeuneutik. Paradigma konstruktivisme pada dasarnya berangkat dari tradisi pemikiran
teori kritis, dalam arti para pendukung konstruktivisme melihat potensi teori kritis