Manfaat Penelitian Forest resources conflicts in West Java and West Kalimantan, Indonesia

14 sudah ada sejak dulu, sehingga kebijakan pemerintah kepentingan pemerintah untuk mengelola dan memanfaatkan hutan tidak bertentangan dengan kepentingan dan kelembagaan Masyarakat lokal dalam mengelola dan memanfaatkan hutan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memfokuskan analisis dan pembahasan kajian konflik antara kelembagaan adat dan negara dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan yang memiliki dimensi luas, maka ditetapkan batas-batas analisis sebagai berikut: 1. Konflik sumberdaya hutan antara berbagai aktor masyarakat adat, negara dan pengusaha dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan. 2. Dinamika kelembagaan adat dalam merespon kebijakan negara tentang pengelolaan dan pemanfatan hutan. Berdasarkan ruang lingkup tersebut maka outline disertasi ini dirancang sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN BAB 2 KERANGKA TEORI BAB 3 METODOLOGI BAB 4 PROFIL SISTEM SOSIAL BAB 5 KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN BAB 6 DINAMIKA KELEMBAGAAN DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN BAB 7 REFLEKSI TEORITIK TENTANG KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN BAB 8 SIMPULAN DAN IMPLIKASI 15 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Konflik

Teori konflik berpandangan bahwa sistem sosial terbentuk sebagai respon atas konflik yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh Raho 2007 bahwa teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Kemunculan teori konflik merupakan reaksi atas berbagai kritik terhadap teori struktural fungsional. Menurut Ritzer dan Goodman 2004, bahwa Teori konflik muncul sebagai reaksi terhadap fungsionalisme struktural dan akibat berbagai kritik terhadap fungsionalisme struktural. Oleh karena itu teori konflik dapat dikatakan sebagai antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat, sedangkan teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Selanjutnya Ritzer dan Goodman 2004 mengemukakan bahwa fungsionalisme struktural melihat harmoni dari norma-norma dan nilai-nilai, teori konflik melihat paksaan, dominasi, dan kekuasaan. Menanggapi kedua teori tersebut, Dahrendorf melihat kedua teori sebagai teori yang menangani situasi yang berbeda, tergantung pada fokus penelitian. Menurut Dahrendorf, fungsionalisme berguna untuk memahami konsensus sementara teori konflik tepat untuk memahami konflik dan pemaksaan. Teori konflik berasal dari berbagai sumber, seperti teori Marxian dan pemikiran konflik sosial dari Simmel lihat Ritzer dan Goodman, 2004. Salah satu kontribusi utama teori konflik adalah meletakkan landasan untuk teori-teori yang lebih memanfaatkan pemikiran Marx. Masalah mendasar dalam teori konflik adalah teori ini tidak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar struktural fungsionalnya. Menurut Ritzer dan Goodman 2004, teori ini lebih merupakan sejenis fungsionalisme struktural yang angkuh ketimbang teori yang benar-benar berpandangan kritis terhadap masyarakatnya. Seperti fungsionalis, ahli teori