65
3.6.2 Repertoir Gondang dan Onang-Onang
Seluruh rangkaian upacara adat nagodang diiringi oleh gondang yang juga merupakan repertoar yang dimainkan bersamaan dengan tor-tor adatnya. Gondang
tersebut adalah gondang suhut sihabolonan, gondang kahanggi, gondang anak boru, gondang pisang raut, gondang mora, gondang harajaon, gondang
panusunan, gondang namora pule, gondang naposo bulung muda-mudi. Semua repertoar ini akan dimainkan secara bertahap sesuai dengan
tahapan upacaranya. Pada umumnya semua gondang ini memiliki melodi yang sama dan sedikit variasi di dalamnya hanya memiliki lirik yang berbeda.
Melodinya biasanya
berasal dari vokal yang disebut Onang-Onang dan juga melalui suling. Ketika gondang mulai dimainkan, yang pertama sekali
muncul adalah bunyi suling yang kemudian di lanjutkan dengan vokal dengan nada dasar yang sama.
Setelah bunyi suling, maka paronang-onang mulai bernyanyi sementara suling tidak dimainkan lagi. Suling akan kembali dimainkan ketika paronang-
onang mulai memberi jeda istirahat pada nyanyiannya dan diisi dengan bunyi suling. Materi melodi yang ditampilkan akan tetap sama dan berulang ulang,
sementara teksnya berubah-ubah sesuai dengan kondisi keadaan upacara.
3.6.3 Burangir
Upacara adat Mandailing selalu menyertakan burangir atau sirih sebagai alat kelengkapan upacara, begitu juga dalam pelaksanaan Onang-Onang
keberadaan burangir sangat menentukan jalannya upacara tersebut.
Universitas Sumatera Utara
66 Penggunaan Onang-Onang memerlukan beberapa perlengkapan untuk
dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pertunjukan yang lengkap, perlengkapan itu terbagi dalam dua bentuk, yaitu perlengkapan yang melekat pada Onang-Onang
secara tidak langsung dan secara langsung. Secara tidak langsung berarti sebagai perlengkapan yang tidak memiliki arti sebagai alat musik melainkan memiliki
fungsi dalam kebudayaan Mandailing dan secara langsung merupakan perlengkapan yang memiliki fungsi sebagai alat musik.
Secara tidak langsung, dalam pertunjukan Onang-Onang memerlukan perlengkapan berupa sirih sebagai simbol permohonan kepada leluhur.
Di dalam adat Mandailing burangir sirih memegang peranan penting, karena kehadiran
burangir menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan sifatnya menurut adat. Burangir diperlukan jika akan mengundang raja-raja adat atau jika
melakukan suatu sidang adat. Dalam bahasa adat, burangir disebut napuran, yang dimaksud dengan burangir di dalam hal ini bukan meliputi sirih saja, tetapi
termasuk perlengkapannya, yaitu sontang gambir, soda kapur sirih, pining pinang dan timbako tembakau serta bahan lainnya, seperti : itak, poltuk, sira,
nyiro, pege, nira, nyiro disahan, gulaen nalom-lom. Dalam bahasa adat keseluruhan perlengkapan burangir disebut opat ganjil
lima gonop, istilah berarti bahwa perlengkapan yang lima tersebut harus lengkap baru disebut genap. Sirih beserta kelengkapannya atau panyurduan yang disebut
dengan salipi partaganan atau haronduk sumpit yang terbuat dari pandan kemudian dibungkus dengan kain tonun patani kain adat. Dalam acara adat
selalu disebut burangir si rara uduk, si bontar adop-adop, sataon so ra busuk, sa
Universitas Sumatera Utara
67 bulan so ra malos, istilah secara harfiah dapat diartikan sebagai setahun tidak bisa
busuk rusak, sebulan tidak layu. Keberadaan kelengkapan ini sangat penting karena dalam budaya
masyarakat Mandailing dipercaya bahwa kurangnya salah satu dari opat ganjil limo gonop maka tidak sempurna kelangsungan upacara adat tersebut dan juga
dapat berakibat batalnya upacara tersebut. Secara langsung perlengkapan yang diperlukan dalam pertunjukan Onang-
Onang agar dapat dikatakan lengkap secara pertunjukan musik berupa : ogung, sarunei, tali sasayak, seruling, mongmongan, gondang dua dan paronang-onang.
3.6.4 Manortor