23
1.6.3 Catatan Lapangan
Perjalanan pertama kumulai dengan pergi menuju daerah Tembung, daerah yang kalau kata orang-orang Medan gak masuk tangga lagu-lagu atau daerah
paling pinggir walau sesungguhnya daerah ini tidak terlalu pinggir, jatuhnya pilihan menuju daerah tersebut didasarkan atas cerita bahwa di daerah tersebut
terdapat banyak penduduk yang berasal dari daerah Mandailing, hal ini juga didukung disekitar daerah tersebut terdapat beberapa stasiun bus antar kota
dengan tujuan Medan – Panyabungan dan daerah Mandailing lainnya, selain itu pengalaman selama ini yang terkadang iseng berjalan ke daerah itu dan melihat
acara-acara perkawinan yang menggunakan Onang-Onang. Daerah Pancing, beberapa kilometer dari lokasi yang nantinya akan dituju,
berbekal keberanian dan seorang teman perjalanan akhir aku memutuskan untuk bertanya dengan masyarakat sekitar. Tentunya masyarakat yang akan kutanya
adalah masyarakat yang kuanggap sudah cukup berpengalaman tinggal di daerah itu dan memiliki kaitan dengan Mandailing.
Akhirnya proses pencarian tersebut terhenti pada sebuah kedai jualan dipinggir jalan, dimana perlahan terdengar mereka yang ada di kedai tersebut
berbincang-bincang dengan menggunakan bahasa Mandailing, walaupun aku tak bisa berbahasa Mandailing tapi aku tahu jikalau mereka berkomunikasi
menggunakan bahasa Mandailing hal ini aku ketahui dari dialek mereka ketika bercakap-cakap.
Universitas Sumatera Utara
24 Setelah lama aku dan teman perjalananku mendengar percakapan mereka,
lalu aku berkata “cak ko tanya dulu sama bapak itu, alamat pak Fachruddin” ungkapku kepada teman perjalananku itu dan seraya menambahkan “segan kalo
aku yang nanya, aku kan perempuan”, dan akhirnya temanku itu pun bertanya kepada dua orang bapak yang sedari tadi berbincang dengan dialek Mandailing.
Kudengar dan kulihat sepintas jikalau kedua bapak dan seorang temanku ini sepertinya sudah mendapatkan sedikit informasi tentang keberadaan alamat
informan penelitian yang kudapatkan dari seorang kenalan. “Terima Kasih ya pak”, kudengar temanku mengucapkan hal itu kepada kedua orang bapak tersebut,
dan kemudian temanku ini mengatakan “iya, benar rumah bapak itu di ujung jalan ini, jalan aja terus dari sini sampe nanti galon, ha di depan galon tu ada
gang taufik, disitu rumah bapak itu”. Dengan petunjuk jalan tadi kususuri jalanan menuju gang taufik yang
disebutkannya tadi dan akhirnya kutemukan tepat berseberangan dengan pom bensin, gang yang sempit dan rumah-rumah yang rapat nyaris tanpa batas antar
rumah. Muncul seorang anak perempuan dari rumah sebelah kanan, kuberanikan bertanya padanya “dek, permisi, tau rumah pak Fachruddin ?”, “ooo, itu kak yang
ujung sebelah kiri”. Kuberdiri dan terdiam sejenak didepan pintu rumah kecil itu, rasa grogi
berkeluaran bersama cucuran keringat “apa betul ini rumahnya ?” tandasku dalam hati. “Assalamualaikum” sapa temanku sebagai perkenalan awal karena terlihat
ada tulisan itu tepat diatas pintu rumahnya, “Waalaikumsalam” jawab dari dalam, “cari siapa ?” kata pria paruh baya dengan tinggi badan tidak melebihi pundakku,
Universitas Sumatera Utara
25 “cari pak Fachruddin” kata kami, “ooo., masuk, masuk” katanya mempersilahkan
aku dan temanku untuk bergabung dalam rumah kecilnya. “Darimana ?” katanya padaku, “dari kampus, pak. Saya lagi nyari pak
Fachruddin yang pemain Onang-Onang itu” kataku memberanikan diri dan tanpa bisa menghilangkan rasa grogi, “akulah yang kau cari itu” katanya, memang
betul-betul keberuntungan yang tidak terduga, sekali mencari langsung dapat. “Jadi kau mau meneliti Onang-Onang ?” tanyanya padaku, “iya pak, saya
mau nulis tentang Onang-Onang” jawabku, “baiklah, memang tak banyak yang bapak tahu tentang Onang-Onang ini” katanya menutup sesi pertanyaan
perkenalan. “bapak pernah maen sampe Amerika” katanya sambil menyodorkan foto
yang usang kepadaku, memang tampak pada foto itu wajah Fachruddin muda dengan latar belakang papan nama bertuliskan San Fransisco Train Station, “wah,
Amerika ya pak” kataku penuh dengan rasa terkejut. Perbincangan dengannya akhir terhenti karena pada waktu itu ia mesti
berkemas pergi, “minggu depan aja orang adek datang lagi, bapak mau pigi maen ke Tebing” katanya, “baiklah pak, terima kasih” jawabku.
Bermodal pertemuan dengannya menimbulkan rasa keingintahuan yang lebih,mungkin ini yang dikatakan antropolog-antropolog barat bahwa penelitian
yang memiliki balasan positif menjadi candu untuk terus-menerus mengumpulkan pecahan-pecahan data tanpa henti dan terkadang yang tidak ada hubungannya pun
dianggap layak masuk data juga.
Universitas Sumatera Utara
26 Melalui pertemuan yang dapat dikatakan sebagai proses mendapatkan
informan, pada proses ini setidaknya sudah memiliki gambaran siapa-siapa yang akan mengisi posisi informan pangkal, kunci dan informan biasa. Kategorisasi
informan ini penting dilakukan karena data yang diberikan akan berdampak pada penulisan etnografi nantinya. Pertemuan dengan Bapak Fachruddin tersebut
membuka jalan kepada beragam informasi dan data penting mengenai Onang- Onang.
1.6.4 Analisis Data