Siriaon Siluluton Bentuk Onang-Onang

55 “Tu padat simaremare baya munu i Nangke hamu parurat da ancimun i Onma boti hape baya jolo do ngoluni Ile onang taronang au ile onang.” “Yang berat telah dilalui Dan kepada keluarga yang erat Inilah yang harus dijalani Ile onang taronang au ile onang.”

3.4 Bentuk Onang-Onang

Onang-Onang sebagai bagian dari musik dan sastra budaya tradisi masyarakat Mandailing memiliki dua bentuk penggunaan, yaitu penggunaan Onang-Onang dalam bentuk upacara sukacita siriaon dan penggunaan Onang- Onang dalam bentuk upacara dukacita siluluton.

3.4.1 Siriaon

Kehidupan masyarakat Mandailing mengenal ritus kehidupan yang dimulai dari lahir, tumbuh atau dewasa hingga kematian. Tiap-tiap ritus kehidupan tersebut memiliki upacara tersendiri. Bentuk penggunaan Onang-Onang dalam bentuk upacara sukacita siriaon, meliputi beberapa upacara seperti : kelahiran, beranjak dewasa, perkawinan, melahirkan hingga memasuki rumah baru. Bagian ritus kehidupan tersebut dianggap mewakili bentuk sukacita dan pengharapan. Onang-Onang dalam bentuk penggunaan upacara sukacita siriaon juga mencakup penggunaan khusus terhadap golongan raja, Fachruddin Lubis 63 Tahun mengatakan bahwa satu-satunya kebanggaan yang dimiliki oleh masyarakat Mandailing secara umum dan golongan raja di Mandailing adalah gondang topapgondang dua yang mengiringi Onang-Onang dan gordang Universitas Sumatera Utara 56 sambilan. Onang-onang dalam pertunjukan yang khusus kepada golongan raja dan berkaitan dengan upacara sukacita siriaon diungkapkan oleh Fachruddin Lubis 63 Tahun sebagai berikut : “ ... iramanya itu lambat bisa di Onang-Onangkan ... jeir madung ale loja ngol-ngol la ale, pain te o tu tali sasayak ale, madung ale loja ngol-ngol la ale on dope na jong-jong di galanggang ale, urabi onom ayu ala ale, pangidupan di buluh ndak on ma tor-tor ale.” Penggunaan Onang-Onang dalam bentuk upacara sukacita siriaon selalu disertai dengan beragam perlengkapan yang megah, meriah dan semua orang yang diundang pada upacara tersebut berbagi sukacita.

3.4.2 Siluluton

Kebalikan dari upacara dalam bentuk siriaon, penggunaan Onang-Onang dalam bentuk upacara dukacita siluluton justru menampilkan kesedihan. Upacara dukacita siluluton pada umumnya dalam kehidupan masyarakat Mandailing dikenal hanya satu saja, yakni upacara kematian. Kehidupan masyarakat Mandailing pada dahulunya memiliki kepercayaan bahwa kematian adalah suatu perpisahan yang harus ditangisi karena putusnya segala hubungan antara yang masih hidup dengan yang mati. Kesedihan itu diungkapkan dalam bentuk tangis dan ratapan yang berkepanjangan oleh pihak yang ditinggalkan. Seiring dengan masuknya pengaruh agama Islam di Mandailing, beragam ritual kematian atau dukacita siluluton tidak lagi dilakukan oleh karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, namun pada beberapa anggota masyarakat Mandailing hal tersebut masih dilakukan walaupun upacara dukacita Universitas Sumatera Utara 57 siluluton dilakukan dalam secara terbatas dalam artian yang menghadiri upacara dukacita tersebut terbatas pada sanak-saudara dan tidak menyertakan orang lain diluar mereka.

3.5 Paronang-onang