Perubahan Onang-Onang di Kota Medan

84 “bagaimana keadaan diriku melupakan dirimu jika teringat akan diriku di main-mainan yang sarat banyak main-mainan yang dirindu itu.” Maksud andung ini adalah bagaimana caranya individu untuk melupakan seseorang yang pergi meninggal apabila saya teringat saat bersama-sama, bermain, bercerita, tertawa, dan bahagia yang akan kurindukan selamanya. Andung itu disampaikan oleh paronang-onang sambil menangis dan menceritakan kebaikan orang yang meninggal riwayat hidup orang yang meninggal dengan kosakata khusus dan diucapkan dengan irama yang diatur sedemikian rupa sehingga sangat menyentuh hati orang yang melayat. Jika paronang-onang pandai membawakan andung ini, semua orang hadir akan menangis. Bahkan dalam kegiatan ini, ada orang yang menyewa paronang-onang yang kadang-kadang diiringi gondang gendang untuk gengsi keluarga.

4.3 Perubahan Onang-Onang di Kota Medan

Penggunaan Onang-Onang di Kota Medan mengalami perubahan bentuk, baik dalam bentuk alat musik maupun bentuk acara. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi perkotaan yang kompleks dan keinginan masyarakat Mandailing untuk mengurangi beberapa bagian dalam penyelenggaraan acara yang berkaitan dengan durasi waktu, kehadiran raja hingga pada aspek ekonomi. Universitas Sumatera Utara 85 Tabel 4 Bentuk-bentuk perubahan Onang-Onang di Kota Medan Materi Onang-Onang di daerah asal Mandailing Onang-Onang di Kota Medan Musik Menggunakan peralatan musik berupa gondang topapgondang dua Menggunakan peralatan musik berupa gondang topapgondang dua, dan membuka peluang terhadap penggunaan alat musik elektronik modern Paronang-onang Individu yang menjadi paronang- onang di daerah Mandailing adalah anggota keluarga dekat dan tetangga dekat dari yang mengadakan acara Posisi paronang-onang digantikan oleh anggota kelompok musik tradisi atau paruning-uningan Acara Onang-Onang diselenggarakan dalam konteks adat Onang-Onang diselenggarakan dalam konteks adat dan juga menggunakan beberapa perubahan acara hiburan Penyelenggara Kegiatan Onang-Onang diselenggarakan dengan persetujuan raja Kegiatan Onang-Onang diselenggarakan tanpa izin raja, tapi berdasarkan izin pengetua adat atau tokoh masyarakat Mandailing di Kota Medan Kegiatan Onang- Onang Onang-Onang dilakukan dalam durasi waktu yang panjang sesuai dengan upacara peruntukan dan disertai dengan berbagai kelengkapan adat Onang-Onang diselenggaraka dalam durasi waktu yang pendek tergantung pada keinginan penyelenggara acara dan tidak disertai dengan berbagai kelengkapan alat Sumber : penelitian lapangan antara bulan Desember – Januari. Universitas Sumatera Utara 86 Perubahan terhadap Onang-Onang di Kota Medan sebagaimana diungkapkan oleh M. Amin 36 Tahun seorang anggota paruning-uningan yang mengatakan bahwa : “Onang-Onang selalu dengan gondang dua, bedanya di Medan, karena dia gak punya gondang dua, gendang lain dimainkan orang tu ... tapi di Medan tetap aja itu dianggap orang tu Onang-Onang.” Pernyataan informan ini memberikan gambaran bahwa masyarakat Mandailing di Kota Medan telah kehilangan rasa kepedulian terhadap Onang- Onang, setidaknya hal ini tampak pada perubahan alat musik gondang topapdua yang menjadi alat musik pengiring Onang-Onang. Perubahan penggunaan alat musik tersebut menjadi suatu hal yang lazim dilakukan di Kota Medan dalam konteks pertunjukan Onang-Onang, hal ini dilakukan karena sulitnya mendapatkan bahan baku gondang topapdua serta kelengkapan adat yang beragam dalam penyelenggaraan Onang-Onang. Universitas Sumatera Utara 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran sangat penting pada akhir penelitian, karena kedua hal tersebut mempengaruhi kondisi penelitian. Kesimpulan memuat hal-hal apa saja yang menjadi kata akhir dalam penelitian ini, sedangkan saran merupakan kumpulan masukan maupun kritikan terhadap fokus penelitian yang dapat membangun dan memperbaiki fokus penulisan dan penelitian dikemudian hari.

5.1 Kesimpulan

Onang-Onang dilihat dari sisi penggunaan di Kota Medan telah mengalamu suatu proses perubahan penggunaan. Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap penggunaan Onang-Onang pada masyarakat Mandailing di Kota Medan, Onang-Onang memiliki satu fungsi utuh, yaitu sebagai suatu sarana hiburan bagi kalangan masyarakat Mandailing maupun bagi masyarakat luas. Fungsi yang terdapat pada Onang-Onang secara garis besar terbagi atas dua bagian besar, yaitu fungsi yang melekat pada Onang-Onang sebagai ekspresi masyarakat Mandailing dalam konteks seni dan fungsi yang terkait dengan kehidupan masyarakat Mandailing di perkotaan Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan sebelumnya, temuan-temuan penelitian menjadi kesimpulan pada penelitian ini sebagi bab penutup dari rangkaian penelitian dan pengamatan adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara