Sejarah Kedatangan Etnik Mandailing di Kota Medan Etnik Mandailing di Wilayah Sei Mati

38

2.3.1 Sejarah Kedatangan Etnik Mandailing di Kota Medan

Keberadaan etnik Batak-Mandailing di Kota Medan dimulai ketika masa kolonial Belanda mulai masuk ke tanah Sumatera untuk meluaskan daerah koloni mereka dan juga membuka usaha perkebunan di wilayah Sumatera Utara, usaha perkebunan tembakau tersebut berpusat di Kota Medan yang pada masa itu dikenal dengan sebutan Tanah Deli. Perret 2010:275 mengatakan bahwa aliran migrasi yang berasal dari wilayah Selatan Tapanuli telah dimulai sebelum kedatangan perkebunan Barat tembakau dan berlanjut hingga tahun 1920-an. Perkembangan Kota Medan dari zaman Kesultanan Melayu hingga masuknya usaha perkebunan telah menjadikan Medan sebagai suatu titik wilayah yang berkembang pada masa itu, Perret 2010:280 mengatakan bahwa pada masa itu etnik Batak-Mandailing menetap pada wilayah utara diluar kampung-kampung Melayu, dan wilayah Selatan yang disebut dengan Kampung Sungai Mati. Kondisi kampung-kampung pemukiman yang tersebar di Kota Medan dikemukakan oleh Pelly dalam Faiq, 2012:36 dengan memberi catatan penting mengenai awal bentuk kehidupan Kota Medan pada awal berkembangnya, dimana masing-masing etnis hidup secara berkelompok dan kemudian beradaptasi dengan kelompok lainnya yang memunculkan sikap toleransi. Aliran migrasi menuju Tanah Deli sebelum masa kedatangan perkebunan juga telah dilakukan oleh etnik Batak-Mandailing sebagai suatu upaya penyebarluasan agama yang dipicu oleh peristiwa Perang Paderi yang menyerang ke Mandailing pada tahun 1830 Perret, 2010:160. Universitas Sumatera Utara 39

2.3.2 Etnik Mandailing di Wilayah Sei Mati

Sejarah berdirinya, munculnya daerah Sei Mati ini diawali ketika pada zaman kolonial Belanda, maka perkebunan yang dikelola oleh kolonial Belanda memerlukan tenaga pekerja dalam mengerjakan perkebunan tersebut, oleh karena itu banyak pekerja yang berdatangan ke Kota Medan, diantara para pekerja tersebut terdapat pekerja-pekerja yang berasal dari daerah Mandailing. Seiring berjalannya waktu, maka semakin bertambah jumlah tenaga kerja yang diperlukan pada sektor perkebunan milik kolonial Belanda tersebut, hal ini juga mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah tenaga kerja yang berasal dari daerah Mandailing. Pada masa itu dikarenakan mayoritas tenaga kerja perkebunan yang berasal dari Mandailing tersebut beragama Islam, maka mereka menghadap Sultan Deli, hal ini dikarenakan mereka berpendapat tentunya Sultan Deli yang beragama Islam juga maka tentu akan membantu mereka. Sultan Deli kemudian memberikan pinjaman wilayah sebagai tempat tinggal para pekerja yang berasal daerah Mandailing tersebut. Universitas Sumatera Utara 40 Tabel 3 Penduduk Kecamatan Medan Maimun Berdasarkan Etnik Penduduk Medan Maimun Berdasarkan Etnik Jumlah Mandailing 12591 Jiwa Tapanuli UtaraToba 1963 Jiwa Karo 545 Jiwa Nias 268 Jiwa Dairi 686 Jiwa TOTAL 16053 Jiwa Sumber : Kecamatan Medan Maimun dalam Angka 2011, data diolah penulis. Pada saat sekarang ini wilayah tersebut dikenal dengan wilayah SungaiSei Mati dan berada dibawah naungan Kecamatan Medan Maimun. Terdapat 12.591 Jiwa penduduk Batak-Mandailing dari total penduduk Medan Maimun sebanyak 16.053 Jiwa.

2.3.3 Etnik Mandailing di Wilayah Tembung