Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan masyarakat saat ini telah berkembang menjadi bentuk kehidupan yang kompleks, terutama dalam bentuk kehidupan masyarakat perkotaan. Salah satu bentuk perkembangan tersebut adalah perkembangan teknologi yang memiliki kemampuan untuk merubah pandangan masyarakat terhadap kehidupan itu sendiri, perkembangan tersebut juga membentuk pandangan masyarakat terhadap bentuk seni tradisi menjadi sesuatu yang dianggap ketinggalan zaman, kolot berbeda dengan seni modern atau bentuk seni adaptif lainnya yang dianggap merepresentasikan hidup masyarakat perkotaan yang modern dan meminggirkan peran seni tradisi dalam kehidupan masyarakat Matondang, 2013. Perkembangan kehidupan masyarakat perkotaan tersebut memicu peneliti untuk melakukan penelitian yang akan mengkaji tentang penggunaan Onang- Onang sebagai ekspresi etnik mandailing di Kota Medan. Penelitian ini melihat bentuk pertunjukan, baik secara ritual maupun hiburan. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan, dengan lokasi yang dianggap merepresentasikan etnis Mandailing di Kota Medan, adapun lokasi tersebut meliputi : 1. Kawasan Sei Mati, dan 2. Kawasan Bandar Selamat. Namun masih terbuka kemungkinan munculnya lokasi lain dalam penelitian ini nantinya, hal ini dikarenakan adanya lokasi-lokasi lain yang dapat dianggap sebagai suatu lokasi Universitas Sumatera Utara 2 yang mewakili keberadaan etnik Mandailing yang bertempat tinggal di Kota Medan. Bentuk kesenian yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah Onang- Onang, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu nasehat dan dapat juga diartikan sebagai penggunaan kosakata tertentu yang bersifat puitis. Onang- Onang termasuk dalam bentuk kesenian musik vokal oral languange yang memiliki kosakata tersendiri dan berkaitan dengan tujuan penyelenggaraan. Onang-Onang dalam upacara adat menurut Siregar 2003:11 disampaikan secara lisan dan pada tiap ucapan akan diakhiri dengan kata “Onang-Onang”. Para penutur atau paronang-onang menyampaikan tuturan secara bergantian antara mora, kahanggi dan anak boru. Ketiga kelompok ini secara spontan mengucapkan larik-larik dengan nada suara yang bergelombang, irama yang mengalun untuk menonjolkan isi Onang-Onang yang berupa nilai budaya masyarakat dalam lingkup seni tradisi. Untuk dapat melihat dengan jelas mengenai seni tradisi maka setidaknya deskripsi mengenai Indonesia sebagai negara dengan daerah kepulauan, yang dihuni oleh berbagai macam suku bangsa, yang memiliki kekayaan budaya dapat menjadi bentuk pemikiran dalam melihat seni tradisi dalam kehidupan masyarakat. Di antara keragaman tersebut terdapat musik yang sering digunakan suku-suku bangsa di Indonesia, baik itu dalam upacara adat, hiburan, dan komunikasi sosial. Dengan letaknya yang strategis sebagai jalur perdagangan dan lalu lintas pelayaran, baik itu sejak zaman Hindu-Budha, Islam, dan hingga saat sekarang ini, musik sebagai bagian dari kebudayaan, mendapat pengaruh- Universitas Sumatera Utara 3 pengaruh dari luar Indonesia Matondang, 2013. Menurut Matondang 2013 musik adalah bentuk ekspresi kultural yang memiliki dua sifat utama, yaitu sifat universal dan sifat partikular. Musik juga merupakan ekspresi emosi yang berkait dengan kehidupan. Rhytim atau ritem dan melodi dalam musik dapat mengungkapkan emosi yang disampaikan oleh senimannya. Selain itu musik juga merupakan alat komunikasi sosial yang berhubungan dengan aspek kebudayaan. Di dalamnya terkandung sistem kepercayaan, konsep struktur sosial, dan juga sistem perekonomian suatu masyarakat. Musik juga dapat disajikan sebagai hiburan yang mempunyai peranan penting dalam suatu kehidupan masyarakat. Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan musik yang berbeda-beda. Demikian pula yang terjadi di negara Indonesia, yang memiliki ratusan suku bangsa dan kebudayaannya. Mengkaji seni tradisi dalam konteks antropologi dapat dilihat sebagai bagian dari kajian antropologi, dimana antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia beserta kebudayaannya, menurut Koentjaraningrat kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar 1980:193. Dari definisi tersebut maka ilmu antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia beserta segala aspek kehidupan manusia. Koentjaraningrat mengatakan bahwa kesenian merupakan salah satu bagian dari tujuh unsur kebudayaan universal 1996:80-81, sebagai bagian dari tujuh unsur kebudayaan, kesenian memiliki peranan yang menentukan dalam Universitas Sumatera Utara 4 suatu bentuk kebudayaan, salah satunya adalah upacara keagamaan, dalam upacara keagamaan terdapat unsur menyanyi nyanyian suci dan memainkan drama Koentjaraningrat, 1980:393, dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu : 1 seni rupa, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata, dan 2 seni suara, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga Koentjaraningrat, 1980:395-396, dalam hal ini kesenian dimunculkan salah satunya dalam bentuk alat musik. Menurut Koentjaraningrat 1999:19 bagi masyarakat Indonesia pengertian kebudayaan selalu dilekatkan pada kesenian walaupun hal ini tidak sepenuhnya benar, secara lebih jelas Koentjaraningrat 1999:19 memberikan pendapat mengenai kaitan antara kebudayaan dan kesenian, bunyinya sebagai berikut : “Kebudayaan dalam arti kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan pancainderanya yaitu penglihat, penghidu, pengecap, perasa, dan pendengar.” Kesenian dapat bertahan dan berkembang didukung oleh masyarakat pendukungnya, perpindahan penduduk dari desa menuju kota telah menciptakan suatu kondisi perubahan yang berbeda, dalam artian terjadi perubahan lingkungan, kebiasaan dan proses adaptasi terhadap perubahan tersebut. Perpindahan masyarakat Mandailing dari daerah asal menuju Kota Medan turut merubah kebiasaan atas ekspresi seni Onang-Onang. Perubahan bentuk penggunaan hingga pada isi Onang-Onang serta pesan yang disampaikan secara puitis melalui Onang-Onang pun mengalami perubahan yang menyesuaikan dengan lingkungan perkotaan dalam kurun waktu sekarang. Universitas Sumatera Utara 5

1.2 Perumusan Masalah