Manortor Kelengkapan Pelaksanaan Onang-Onang

67 bulan so ra malos, istilah secara harfiah dapat diartikan sebagai setahun tidak bisa busuk rusak, sebulan tidak layu. Keberadaan kelengkapan ini sangat penting karena dalam budaya masyarakat Mandailing dipercaya bahwa kurangnya salah satu dari opat ganjil limo gonop maka tidak sempurna kelangsungan upacara adat tersebut dan juga dapat berakibat batalnya upacara tersebut. Secara langsung perlengkapan yang diperlukan dalam pertunjukan Onang- Onang agar dapat dikatakan lengkap secara pertunjukan musik berupa : ogung, sarunei, tali sasayak, seruling, mongmongan, gondang dua dan paronang-onang.

3.6.4 Manortor

Manortor secara sederhana dapat diartikan sebagai tarian yang mengiringi upacara adat, mengutip Matondang 2013:151 yang mengatakan bahwa : “Manortor adalah tarian yang mengiringi kegiatan gondang gondang dua dan gordang sambilan baik dalam penggunaan upacara adat ataupun hiburan. Tor-tor memiliki ciri, fungsi dan tujuan tertentu dalam pelaksanaannya.” Pendapat ini memberikan deskripsi bahwa Onang-Onang yang diiringi oleh gondang dua dilakukan untuk menyertai manortor yang dilakukan oleh individu yang melakukan upacara. Tor-tor memiliki aturan dalam pelaksanaannya yang dikategorikan berdasarkan kedududukannya di dalam upacara adat tersebut. Berdasarkan kelompoknya, manortor terbagi atas : 1. tor-tor suhut, kahanggi suhut, mora dan anakboru, 2. tor-tor raja-raja, 3. tor-tor raja panusunan, 4. tor-tor naposo bulung. Universitas Sumatera Utara 68 Gambar 6 Kegiatan Manortor dalam Suatu Upacara Perkawinan Sumber : Penulis Universitas Sumatera Utara 69

BAB IV ONANG-ONANG

DI KOTA MEDAN

4.1 Penggunaan dan Fungsi Onang-Onang di Kota Medan

Onang-Onang sebagai bentuk musik tradisional masyarakat Mandailing memiliki peranan dalam sistem kebudayaan masyarakat Mandailing itu sendiri, penggunaan musik oleh masyarakat menurut Merriam 1964:210 merupakan suatu tindakan yang berkaitan dengan penggunaan musik oleh masyarakatnya dan bagaimana masyarakat tersebut menggunakan musik tersebut pada bentuk kehidupan mereka dan kaitannya dengan aktifitas sosial lainnya. Hal ini berlaku untuk penggunaan Onang-Onang di Kota Medan dimana pada penggunaannya sekarang ini Onang-Onang tergantung pada permintaan masyarakat yang ingin menggunakannya, sehingga proses perubahan yang terjadi pada Onang-Onang merupakan proses perubahan penggunaan yang disebabkan karena keinginan masyarakat pendukung musik untuk melakukan perubahan pada penggunaannya. Bentuk-bentuk acara Onang-Onang menurut sifat penggunaan terdiri dari penggunaan pada upacara siriaon suka-cita dan upacara siluluton duka-cita namun pada praktek penyelenggaraannya, Onang-Onang di Kota Medan lebih digunakan pada sifat upacara siriaon suka-cita hal ini disebabkan karena bentuk upacara siriaon suka-cita merupakan bentuk upacara yang paling lazim diselenggarakan, penggunaan pada upacara siluluton duka-cita tidak lagi dilakukan karena bentuk penyelenggaraan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Universitas Sumatera Utara