CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. ATMR adalah nilai total masing-
masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Semakin tinggi CAR, maka semakin besar pula sumber daya finansial yang
dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Secara singkat dapat dikatakan besarnya nilai CAR akan
meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit.Dengan CAR di atas 20, perbankan bisa memacu pertumbuhan kredit hingga 20-25 setahun.
Adapun kriteria penetapan tingkat peringkat kompsit CAR yang telah ditetapkan Bank Indonesia sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Capital Adequacy Ratio CAR
Komponen Peringkat
1 2 3 4
5 Sangat
Baik Baik
Cukup Baik Kurang Baik
Tidak Baik
CAR CAR
12 9 CAR
12 8 CAR
9 6 CAR
8 CAR
6 Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 623DPNP tanggal 31 Mei 2004
2.4.3 Non Performing Loan NPL
Non Performing Loan NPLmerupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh
debitur Darmawan, 2004. Jadi, rasio ini menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit yaitu
Universitas Sumatera Utara
risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001, NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total
kredit yang diberikan. NPL yang tinggi memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin buruk kualitas kredit
bank yang menyebabkan jumlah kredit yang bermasalah semakin besar. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang
ditanggung pihak bank. Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5, apabila bank memperoleh nilai NPL melebihi batas yang diberikan, maka
bank tersebut dikatakan tidak sehat. Dalam Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 31147KEPDIR Tahun 1998 kredit digolongkan menjadi lima, yaitu lancar,
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Komponen kredit bermasalah di atas merupakan kredit yang kolektibilitasnya digolongkan ke dalam
tingkat kurang lancar, diragukan, dan macet. Dampak dari keberadaan NPL dalam jumlah besar tidak hanya berdampak pada bank yang bersangkutan, tetapi juga meluas
dalam cakupan nasional yaitu memperlambat laju pertumbuhan perekonomian nasional bila tidak dapat ditangani dengan tepat.
Menurut Dendawijaya 2005, kemacetan fasilitas kredit disebabkan oleh 2 dua faktor, yaitu:
1. Dari pihak perbankan
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini analisis kredit kurang teliti, baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam menghitung rasio-rasio yang ada.
2. Dari pihak nasabah Kemacetan kredit yang disebabkan nasabah diakibatkan oleh dua hal yaitu, pertama
adanya unsur kesengajaan, kedua adanya unsur tidak sengaja. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 623DPNP tanggal 31 Mei
2004, NPL dirumuskan sebagai berikut:
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit yang diberikan adalah kredit yang diberikan bank uang sudah ditarik
atau dicairkan bank. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut ini:
Tabel 2.2 Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Non Performing LoanNPL
Komponen Peringkat
1 2 3
4 5 Sangat
Baik Baik
Cukup Baik Kurang Baik
Tidak Baik
NPL NPL 2
2 NPL 5
5 NPL 8
8 NPL 12 NPL 6
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004
2.4.4 Loan to Deposit Ratio LDR