BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan strategi
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe Jigsaw terhadap prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Secara umum prestasi belajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari
pada kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw.
2. Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan rendah.
Secara umum prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik dar pada kelompok
siswa yang memiliki minat belajar rendah. 3. Tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan antara penggunaan strategi
pembelajaran kooperatif dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Nilai rata-rata prestasi belajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diperoleh siswa yang memiliki minat belajar tinggi dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe
STAD lebih tinggi dibanding dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa yang memiliki minat belajar tinggi dengan menerapkan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Nilai rata-rata prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang diperoleh siswa yang memiliki minat belajar rendah dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi
dibanding dengan nilai rata-rata siswa yang diperoleh dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh strategi pembelajaran dan minat belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD hasil belajarnya lebih baik dari pada yang mendapat
pembelajaran dengan strategi kooperatif tipe Jigsaw. Di samping itu siswa yang memiliki minat belajar tinggi hasil belajarnya lebih baik dari pada siswa yang
memiliki minat belajar rendah. Sejalan dengan hal tersebut di atas penelitian ini dapat memberikan masukan
kepada para guru khususnya guru-guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi bahwa pada saat proses
pembelajaran materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan perlu menerapkan strategi pembelajaran kooperatif umumnya dan tipe STAD pada khususnya guna
untuk menungkatkan penguasaan materi dalam Kompetensi Dasar: Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Menerangkan konsep demokrasi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menggunakan strategi pembelajran konvensional belum dipandang efektif,
karena sering menimbulkan kejenuhan dan kebosanan dalam diri siswa, sedangkan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif khususnya tipe STAD amat penting
guna mencapai keefektifan pembelajaran, karena strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran akan memudahkan dan membangkitkan minat
belajar siswa. Apabila hal ini dirancang dan dipersiapkan dengan baik, akan dapat meningkatkan motivasi dan kreatifitas siswa dalam belajar Pendidikan
Kewarganegaraan, sehingga dapat memudahkan siswa dalam memecahkan persoalan yang terkait dengan materi pembelajaran tersebut.
Agar penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dapat optimal maka perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut: a rencana program pengajaran RPP, yang
meliputi kesesuaian materi kompetensi dasar, kesesuaian metode, kesesuaian waktu yang digunakan, 2 media yang meliputi: kesiapan strategi yang digunakan,
penggunaan strategi pembelajaran yang digunakan, peran strategi dalam pembelajaran, 3 pelaksanaan yang meliputi: kesesuaian dengan program,
penguasaan materi, pengelolaan kelas, dan 4 evaluasi yang meliputi: pre-tes, pos-tes dan pemberian tugas.
Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: 1 kegiatan awal, yang terdiri dari: a penjelasan tentang tujuan kegiatan pembelajaran, b mengadakan apersepsi untuk mengetahui kemampuan pengalaman
siswa melalui tanya jawab, 2 kegiatan inti, yang terdiri dari: a guru menyampaikan materi, b membentuk kelompok, c diskusi kelompok, d siswa mengerjakan soal
pada lembar kerja yang telah disediakan, e penskoran individu, f penskoran kelompok, 3 kegiatan penutup, a guru membuat kesimpulan materi yang telah
dipelajari dan tes akhir untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran, b guru menyampaikan perolehan skor dari masing-masing kelompok.
Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: 1 kegiatan awal, yang terdiri dari: a Penjelasan tentang tujuan pembelajaran, b mengadakan apersepsi untuk mengetahui kemampuan pengalaman
siswa melalui tanya jawab, 2 kegiatan inti, yang terdiri dari: a siswa menelaah buku materi dengan cermat, b pembentukan kelompok oleh guru, c kelompok ahli
berkumpul untuk mendiskusikan masing-masing materi, d anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan hasil pembahasan diskusi, e
mengerjakan soal dalam bentuk lembar kerja, f penskoran individu, dan g penskoran kelompok, 3 kegiatan penutup, yang terdiri dari: a guru membuat
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari, b guru menyampaikan skor dari masing-masing kelompok.
Agar pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan secara efektif, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 guru harus mampu mengarahkan dan membimbing siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan, 2
guru harus pandai memilih media dan menyajikan variasi pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa guna mencapai pembelajaran yang
menyenangkan, tidak monoton dan tidak menjemukan. Dalam hal ini guru dapat menyelipkan sedikit humor guna mengurangi ketegangan dalam proses
pembelajaran, dan menggunakan strategi baru yang lebih tepat. 3 Apabila guru mencoba menggunakan media dalam pembelajarannya diharapkan mampu
meningkatkan motivasi belajar dan membangkitkan daya kreativitas siswa. Dalam hal ini guru dituntut memiliki kreativitas yang tinggi dalam pembelajaran, baik
mengenai teknik teknik penyajian, pengelolaan kelas, maupun dapat mendorong siswa untuk berani berdiskusi. 4 Mendorong siswa untuk berfikir kreatif dan
mandiri. Bentuk keberhasilan atau kegagalan seseorang, menuntut kemampuannya
untuk berfikir dan menemukan sesuatu yang baru melalui kondisi lingkungan dan mempertimbangkan aspek-aspek kepribadiannya. Kemampuan danusaha yang
optimal dalam belajar yang dilakukan melalui penemuan konsep, prinsip dan gagasan baru memerlukan kondisi pembelajaran yang kondusif dengan kesempatan yang
cukup luas. Kondisi yang kondusif dapat mendorong minat dan kreativitas seseorang agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada umumnya orang yang memiliki minat
belajar tinggi cenderung ingin tahu, memiliki kreativitas yang tinggi, berfikiran devergen, memiliki rasa percaya diri, memiliki semangat dalam melakukan aktivitas
dan menyukai aktivitas yang memerlukan kemampuan yang kreatif.
C. Saran-saran