D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari  hasil  pengujian  hipotesis  di  atas,  berikut  ini  dikemukakan  pembahasan mengenai  hasil  penelitian  yang  dilakukan  berdasarkan  interpretasi  data  hasil  tes
prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan. 1. Pada pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
pengaruh  yang  signifikan  antara  penggunaan  strategi  pembelajaran  kooperatif  tipe STAD  dengan  tipe  Jigsaw  terhadap  prestasi  belajar  mata  pelajaran  Pendidikan
Kewarganegaraan.  Pembelajaran  yang  menggunakan  strategi  STAD  memberikan pengaruh  yang  lebih  baik  dari  pada  strategi  Jigsaw  terhadap  prestasi  belajar  mata
pelajaran  Pendidikan  Kewarganegaraan.Siswa  yang  diajar  dengan  menggunakan strategi  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  memiliki  hasil  prestasi  belajar  lebih
tinggi  dibanding  dengan  siswa  yang  diajar  dengan  menggunakan  strategi pembelajaran kooperatif  tipe Jigsaw. Secara diskriptif dengan strategi  pembelajaran
kooperatif tipe STAD di SMP Negeri 5  Ngawi menghasilkan  nilai rata-rata pos tes 6,91  sedangkan  di  SMP  Negari  3  Ngawi  dengan  strategi  pembelajaran  Jigsaw
diperoleh  hasil  nilai  rata-rata  postes  6,385.  Dengan  demikian  strategi  pembelajaran kooperatif  tipe  STAD  lebih  efektif  dari  pada  Strategi  pembelajaran  kooperatif  tipe
Jigsaw untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Standar Kompetensi :memahami  pelaksanaan  demokrasi  dalam  berbagai  aspek  kehidupan.  Hal  ini
disebabkan  dalam  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  menurut  Slavin  E  dalam Nurulita 2008: 11 diawali dengan guru menyampaikan pelajaran presentasi kelas
terlebih  dahulu  kemudian  pembentukan  kelompok  tim  yang  mewakili  seluruh bagian  kelas  secara  heterogen  baik  secara  akademik,  jenis  kelamin  maupun  suku  ,
diskusi  dalam  kelompok  dilakukan  setelah    guru  menyampaikan  materinya,  tim
berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya.  Pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama seperti membandingkan jawaban dan
mengoreksi  kesalahan  pemahaman  apabila  ada  anggota  tim  yang  kurang  dapat memahami  dari  materi  tersebut.  Hal  ini  berbeda  dibanding  dengan  pembelajaran
Jigsaw dimana para siswa ditugasi  membaca membaca bab, buku kecil atau materi sendiri . Kemudian baru pembentukan tim dan  secara acak tiap anggota tim ditugasi
untuk  menjadi  ahli  .  Para  ahli  dari  tim  yang  berbeda  bertemu  untuk  mendiskusikan topik yang yang sedang mereka bahas dilanjutkan  dengan penyampaian hasil diskusi
dari tim ahli kepada anggota kelopmpok asal. Karena kemampuan dalam memahami materi  untuk  siswa  SMP  masih  terbatas  menjadikan  kurang  optimal  dalam
penguasaannya. Dari  langkah-langkah  inilah  yang  menjadikan  pembelajaran  kooperatif  tipe
STAD  lebih  efektif  untuk  menyampaikan  materi  mata  pelajaran  Pendidikan Kewarganegaraan  pada  Standar  kompetensi:  memahami  pelaksanaan  demokrasi
dalam berbagai aspek kehidupan. 2.  Pada  pengujian  hipotesis  kedua    menunjukkan  bahwa    tedapat  perbedaan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar antara siswa yang memiliki minat belajar  tinggi  dengan  siswa  yang  memiliki  minat  belajar  rendah.  Dari  hasil  analisis
data    tes  prestasi  belajar  mata  pelajaran  pendidikan  kewarganegaraan  menunjukkan siswa  yang  memiliki  minat  belajar  tinggi  mempunyai  skor  rata-rata  7,329  sedang
siswa yang memiliki minat belajar rendah mempunyai skor rata-rata 6,027. Dari  data  menunjukkan  bahwa  faktor  minat  belajar  terbukti  mempunyai  pengaruh
yang  signifikan  dalam  membantu  meningkatkan  prestasi  belajar  Pendidikan Kewarganegaraan.
Siswa yang memiliki minat belajar tinggi cenderung memiliki rasa ingin tahu yang  tinggi,  belajar  dengan  penuh  percaya  diri,  bertanggung  jawab  terhadap  tugas-
tugas  belajarnya,  mandiri,  memiliki  rasa  ingin  tahu  yang  tinggi,  selalu  berusaha memperoleh  prestasi  belajar  yang  lebih  tinggi,  merasa  senang  dalam  belajar,  dalam
menghadapi  masalah  memiliki  banyak  alternatif  pemecahan.  Keyakinan  dan keingintahuan  yang  kuat  terhadap  pengetahuan  yang  baru  merupakan  modal  dasar
bagi siswa dalam meraih prestasi belajar yang lebih baik. Untuk siswa yang memiliki minat  belajar  rendah  cenderung  bersikap  pasif,  tidak  mau  belajar  dengan  giat,
bergantung pada orang lain, menerima apa adanya dari guru, mudah menyerah pada kondisi,  tidak  mempunyai  keinginan  yang  kuat  untuk  memperoleh  prestasi  belajar
yang lebih tinggi. 3.    Hasil  pengujian  hipotesis  ketiga  menunjukkan  bahwa  tidak  ada  interaksi
pengaruh  yang  signifikan    antara  penggunaan  strategi  pembelajaran  kooperatif  dan minat belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Hasil perhitungan dari data hasil tes menunjukkan bahwa harga F
hitung
=0,614 lebih kecil dari pada F
tabel
=3,97 dengan derajat kebebasan 1 dan taraf signifikansi α =
0,05,  dengan  demikian  Ho  diterima  dan  H
1
ditolak.  Ini  berarti  tidak  ada  interaksi pengaruh  yang  signifikan  antara  strategi  pembelajaran  kooperatif  dan  minat  belajar
siswa  terhadap  prestasi  belajar  mata  pelajaran  Pendidikan  Kewarganegaraan  yang dicapai  siswa.  Bahkan  apabila  dilihat  dari  mean  masing-masing  sel,  dari  data
pengujian  hasil  tes  prestasi  belajar  mata  pelajaran  Pendidikan  Kewarganegaraan diperoleh:
__                          __                                      __                            __ X A
1
B
1
= 7,46 dan X A
1
B
2
= 6,35, sedangkan X A
2
B
1
= 7,181 dan X A
2
B
2
= 5,73.
__            __                  __             __ Dalam  hal  ini  X  A
1
B
1
X  A
1
B
2
dan  X  A
2
B
1
X  A
2
B
2
,  berarti  tidak  ada  interaksi pengaruh  antara  penggunaan  strategi  pembelajaran  dan  minat  belajar  terhadap
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  tidak  ada  interaksi  pengaruh
yang  signifikan  antara  penggunaan  strategi  pembelajaran  kooperatif  dan  minat belajar siswa terhadap prestasi  belajar Pendidikan Kewarganegaraan.  Hasil analisis
data  diatas  menunjukkan  bahwa  dalam  pencapaian  prestasi  belajar  siswa  dalam pembelajaran  Pendidikan  Kewarganegaraan  pada  Kompetensi  Dasar:  menjelaskan
pentingnya  kehidupan    demokrasi  dalam  bermasyarakat,  berbangsa  dan  bernegara pada siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif STAD
prestasi  belajarnya  lebih  tinggi  dari  pada  siswa  yang  diajar  dengan  menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dengan kata lain secara marginal siswa
yang  diajar  dengan  menggunakan  strategi  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  baik pada  siswa  yang  memiliki  minat  belajar  tinggi  atau  rendah  memiliki    prestasi  hasil
belajar  yang  lebih  tinggi  dari  pada  siswa  yang  diajar  dengan  menggunakan  strategi pembelajaran  kooperatif  tipe  Jigsaw  baik  pada  siswa  yang  memiliki  minat  belajar
tinggi  maupun  yang  memiliki  minat  belajar  rendah.  Jadi  penggunaan  strategi pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  lebih  efektif  dari  pada  penggunaan  strategi
pembelajaran  kooperatif  tipe  Jigsaw  baik  pada  siswa  yang  memiliki  minat  belajar tinggi  atau  yang  memiliki  minat  belajar  rendah,  baik  diterapkan  pada  kelas
eksperimen maupun diterapkan pada kelas kontrol. Begitu juga penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
kooperatif  Jigsaw  prestasi  hasil  belajarnya  lebih  rendah  dari  pada  penggunaan
strategi  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  baik  pada  siswa  yang  memiliki  minat belajar tinggi maupun rendah, baik diterapkan pada kelas kontrol maupun  diterapkan
pada  kelas  eksperimen.    Hal  ini    sangat  dipengaruhi  oleh  faktor  lain  seperti  sikap awal,  bakat,  kemandirian, hobby, lingkungan, fasilitas, beban belajar, kondisi  sosial
ekonomi keluarga dan sebagainya.
E. Keterbatasan Penelitian