BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta menjaga dengan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh lembaga perekonomian yang
kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, untuk lebih meningkatkan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus
memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolo
gi pada era globalisasi sekarang dan akan terus berlanjut pada masa mendatang, juga perlu dukungan lembaga perseroan terbatas yang dapat menjamin
terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif yang tentunya digerakkan dalam kerangka yang kokoh dari undang-undang yang mengatur tentang
perseroan terbatas.
2
Kehadiran perseroan terbatas sebagai bentuk badan usaha dalam kehidupan sehari-hari tidak lagi dapat diabaikan. Tidak berlebihan bila dikatakan
bahwa kehadiran perseroan terbatas sebagai salah satu sarana untuk melakukan kegiatan ekonomi sudah menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-
tawar. Praktik bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha, baik itu pedagang,
2
Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris Perseroan Terbatas PT Malang: Visimedia, 2009, hlm. 1-2.
industrialis, investor, kontraktor, distributor, banker, perusahaan asuransi, pialang, agen dan lain sebagainya tidak lagi dipisahkan dari kehadiran perseroan terbatas.
3
Perseroan Terbatas PT merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, di samping karena pertanggung jawabannya yang bersifat
terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik pemegang saham untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang dengan menjual seluruh saham
yang dimilikinya pada perusahaan tersebut. Kata “perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero
saham. Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan
dimilikinya.
4
Saham adalah bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu perseroan terbatas. Demikian yang dirumuskan dalam Pasal 51 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disebut dengan UUPT.
5
3
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas Jakarta: Aksara, 2014, hlm. 1.
4
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.1.
5
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab, Bab III, Pasal 51 “Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang
dimilikinya.”
Saham merefleksikan sesuatu hak yang merupakan benda yang dapat dikuasai dengan hak milik, yang memiliki wujud konkrit, yang dapat dilihat dan
dikuasai secara fisik oleh setiap pemegang saham dalam suatu perseroan terbatas. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditempatkan dalam anggaran dasar dengan
memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang
6
Jual beli menurut pengertian yang diberikan oleh undang-undang dalam hal ini Pasal 1457 KUHPerdata adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan
timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu pembeli, dan pembeli
membayar harga yang telah dijanjikan. Dengan demikian, jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah para pihak yang bersangkutan
mencapai kata sepakat tentang barang dan harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7
Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pengalihan hak atas saham dari penjual kepada pembeli saham. Selanjutnya pengalihan hak atas saham
Pasal 613 KUHPerdata menjelaskan bahwasanya saham ditempatkan sebagai barang bergerak dan penyerahannya levering dilakukan dengan akta
otentik ataupun di bawah tangan dengan mana hak-hak atas kebendaan saham itu dilimpahkan kepada orang lain. Pasal 56 angka 1 UUPT dikatakan bahwa
pengalihan hak atas saham dilakukan dengan akta pengalihan. Berdasarkan keterangan yang terdapat dalam KUHPerdata bahwa saham dapat dijadikan
sebagai obyek jual beli namun pengalihan hak atas saham menurut undang- undang Perseroan Terbatas harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta
otentik maupun akta di bawah tangan.
6
Instansi yang berwenang adalah instansi yang berdasarkan undang-undang berwenang mengawasi perseroan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang tertentu. Misalnya Otoritas
Jasa Keuangan berwenang mengawasi perseroan terbatas di bidang perbankan.
7
I.G. Ray Widjaja, Merancang Suatu Kontrak Teori dan Praktek Bekasi: Megapoin, 2004, hal. 150
tersebut harus dilakukan berdasarkan akta pengalihan hak atas saham atau akta pemindahan hak yang dapat dibuat di hadapan Notaris maupun akta bawah tangan
Penjelasan Pasal 56 Ayat 1 UUPT. Kemudian para pihak dalam proses pengalihan hak atas saham ini diharuskan untuk menyampaikan akta tersebut atau
salinannya secara tertulis kepada perseroan Pasal 56 Ayat 2 UUPT dan kemudian direksi perseroan berkewajiban untuk melakukan pencatatan mengenai
perubahan susunan pemegang saham yang terjadi akibat pengalihan hak atas saham tersebut serta memberikan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan
HAM Pasal 56 Ayat 3 UUPT. Pengalihan saham melalui jual beli saham tidak terlepas dengan adanya
perikatan yang terjadi diantara kedua belah pihak yang terlibat. Jual beli sebagai suatu perjanjian konsensuil, artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian
yang sah mengikat atau mempunyai kekuatan hukum pada detik tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur yang pokok yaitu
barang dan harga baik jual beli itu mengenai barang bergerak maupun barang tidak bergerak.
Saham yang menjadi objek yang diperjualbelikan oleh pihak yang mengadakan perjanjian jual beli sama dengan perjanjian biasanya dimana harus
terpenuhinya syarat-syarat sah perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yakni :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu; dan
4. Sebab yang halal.
Keempat syarat ini merupakan syarat pokok bagi setiap perjanjian, artinya perjanjian adalah sah, jika memenuhi keempat syarat tersebut. Dengan demikian,
perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya Pasal 1338 KUHPerdata.
Berdasarkan keempat syarat tersebut dapat dibedakan atas 2 dua golongan, yaitu:
8
a. Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subyektif, karena menyangkut
orang atau person yang melakukan perjanjian. Dalam perjanjian jual beli artinya terdapat pihak yang mengikatkan diri yaitu penjual dan pembeli.
b. Syarat ketiga dan keempat disebut sebagai syarat obyektif, karena mengenai
perbuatan yang diperjanjikan. Dalam perjanjian jual beli di sini artinya ada obyek yang diperjanjikan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu saham.
Segala kesepakatan mengenai perjanjian jual beli saham untuk mengalihkan hak milik atas saham tersebut dimuat dalam akta perjanjian jual beli.
Akta perjanjian jual beli tersebut dapat tercantum mengenai kesepakatan harga yang dibuat oleh para pihak, mengenai waktu pembayaran, penyerahan objek jual
beli saham, mengenai pilihan hukum choice of law penyelesaian sengketa apabila terjadi di kemudian hari, dan hal-hal terkait lainnya yang mengenai proses
pengalihan saham. Apabila salah satu pihak baik itu penjual maupun pembeli melanggar ketentuan yang terdapat di dalam akta perjanjian jual beli saham dan
mengakibatkan salah satu pihak mengalami kerugian, maka hal tersebut telah
8
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 4 Selanjutnya disebut R. Subekti I.
melanggar kesepakatan yang telah diperbuat dan dapat diajukan gugatan mengenai perbuatan melawan hukum.
Terkait dengan perbuatan melawan hukum khususnya menyangkut perjanjian jual beli saham ini harus memenuhi unsur-unsur pelanggaran yang telah
diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan adanya perbuatan, perbuatan itu harus melawan hukum, adanya kerugian baik itu kerugian materiil
maupun immateriil, adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian yang dialami, dan adanya kesalahan schuld seperti
yang terjadi berdasarkan Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 2678 KPdt2011. Untuk itu, penulis merasa hal tersebut menjadi kajian menarik untuk
diteliti dalam penulisan skripsi yang diberi judul “Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual
Beli Saham Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 KPdt2011.”
B. Rumusan Masalah