Tinjauan Kepustakaan Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

D. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 KPdt2011” ini disusun berdasarkan pengumpulan bahan-bahan baik berupa bahan pustaka, literatur, undang-undang, maupun peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini. Untuk mengetahui keaslian penulisan, penulis sebelumnya sudah melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada catalog skripsi departemen hukum ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan tidak menemukan judul yang sama. Melalui surat tertanggal 15 Desember 2014 yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa judul skripsi ini belum pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun di lingkungan universitas perguruan tinggi lainnya dalam wilayah Republik Indonesia. Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban.

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun yang menjadi kerangka studi atau tinjauan kepustakaan dalam skripsi ini terbagi dalam 3 sub bagian, yaitu: 1. Saham Saham adalah surat berharga yang menyatakan bahwa pemiliknya mempunyai andil dalam memodali perusahaan. Besarnya andil ini tergantung dari jumlah uang yang disetor atau setara utang lainnya, misalnya karena keahliannaya seseorang dianggap telah menyetor uang setara dengan keahliannya tersebut. Sedangkan besarnya jumlah saham secara keseluruhan tergantung kesepakatan pada saat pendirian perseroan. 9 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2432 tanggal 12 Agustus 1991 tentang Kredit Kepada Perusahaan Sekuritas dan Kredit dengan Agunan Saham, dalam Pasal 1 butir c dinyatakan bahwa saham adalah surat bukti pemilikan suatu Perseroan Terbatas PT, baik yang diperjualbelikan di pasar modal maupun yang tidak. Sedangkan saham menurut Kamus Bank Indonesia adalah surat bukti kepemilikan atau bagian modal suatu Perseroan Terbatas yang dapat diperjualbelikan, baik di dalam maupun di luar pasar modal yang merupakan klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan dan memberikan hak atas dividen sesuai dengan bagian modal. 10 Saham itu tidak harus dikeluarkan, artinya dapat dikeluarkan atau tidak. Jika saham itu dikeluarkan, saham itulah satu-satunya alat pembuktian bagi perseroan atau pemegang saham. Jika tidak, daftar persero yang biasanya ada di kantor perseroan dapat diakui alat pembuktian bagi persero. Kutipan dari daftar persero yang ditandatangani oleh Direksi dapat pula dipakai sebagai bukti turut sertanya seseorang dalam perseroan. Kalau saham itu dikeluarkan atas nama, 9 Sawidji Widiatmodjo, Seri Membuat Uang Bekerja Untuk Anda Cara Cepat Memulai Investasi Saham Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004, hlm. 39 10 Binoto Nadapdap, Op. Cit., hlm. 62. nama pembeli ditulis dalam surat saham yang merupakan bukti bagi pemegangnya. 11 Saham mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : 12 a. Saham sebagai bagian dari modal. Pada dasarnya, saham itu merupakan modal yang sering dibaca dalam akta pendirian Perseroan Terbatas. Karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap saham merupakan bagian dari modal yang menjelma dalam harga saham; b. Saham sebagai tanda anggota. Setiap orang yang akan ikut serta sebagai anggota dalam kerja sama dalam Perseroan Terbatas diwajibkan untuk memberikan pemasukan sejumlah uang sebagai inbreng ke dalam Perseroan Terbatas. Pemasukan inilah yang diperhitungkan dalam bentuk saham. Nominal uang pemasukan itu tercantum sama dalam saham. Dengan dimilikinya saham menunjukkan bahwa orang tersebut adalah anggota yang disebut persero dan sebagai bukti diberikanlah saham sebagai tanda anggota; c. Saham sebagai alat legitimasi, saham merupakan suatu surat yang menunjuk kepada pemegangnya sebagai orang yang berhak. Saham sebagai benda bergerak sewaktu-waktu dapat dialihkan oleh pemegang saham kepada pihak lain dengan suatu perbuatan hukum, salah satunya melalui perjanjian jual beli saham. Pengalihan kepemilikan saham dalam jual beli saham diatur dalam Pasal 56 UUPT yang menyebutkan bahwa pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak. 11 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas Bandung: Alumni, 2004, hlm. 102 Selanjutnya disebut Rachmadi Usman I. 12 Ibid. 2. Perjanjian Charles L. Knapp dan Nathan M. Crystal menyatakan, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka. 13 R. Subekti menyatakan, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana ada seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 14 M. Yahya Harahap mengatakan, perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih yang member kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi. Dari pengertian ini dapat dijumpai beberapa unsure antara lain hubungan hukum rechtsbetrekking yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Unsur-unsur yang tercantum dua orang dalam definisi di atas, yaitu: 15 a. Hubungan hukum Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum. Dimana akibat hukum di sini adalah timbulnya hak dan kewajiban. 13 Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Cet. 1 Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hlm. 16 Selanjutnya disebut Salim H.S. I. 14 Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet, 1 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 1. 15 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cet. II Bandung: Alumni, 1986, hlm.6 selanjutnya disebut M. Yahya Harahap I. b. Subjek hukum Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. c. Prestasi Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu. d. Di bidang harta kekayaan. Artinya yang menjadi objek dalam perjanjian adalah sesuatu yang dapat dinilai dengan uang. Perjanjian jual beli menurut B.W. adalah perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu si penjual berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya si pembeli berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. Perjanjian jual beli tersebut sudah dilahirkan pada detik tercapainya “sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu kedua pihak sudah setuju tentang barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah. 16 Pasal 511 KUHPerdata, menyebutkan saham merupakan benda bergerak tak berwujud, dalam suatu pengalihan hak atas saham benda yang diperjualbelikan harus disertai dengan adanya suatu penyerahan. Dengan kata lain hak atas benda saham yang diperjualbelikan belum beralih dari penjual kepada pembeli, hak milik atas benda itu baru beralih setelah adanya penyerahan. Pada umumnya penyerahan levering atas pengalihan saham perseroan melalui 16 R. Subekti I, Op. Cit., hlm. 2. perjanjian jual beli berdasarkan Pasal 613 ayat 1 KUHPerdata dilakukan dengan cara membuat akta otentik atau di bawah tangan yang dinamakan cessie. 17 3. Perbuatan melawan hukum Akta otentik yang menjadi pedoman kuat dalam hal perjanjian jual beli saham tersebut, apabila dari pihak penjual maupun pihak pembeli tidak menaati hal-hal yang tercantum di dalam akta otentik perjanjian jual beli saham tersebut maka dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum. Pengaturan tentang melawan hukum dalam KUHPerdata hanya dalam beberapa pasal saja, sebagaimana juga terjadi di negara-negara yang menganut sistem Eropa Kontinental lainnya, tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa gugatan perdata yang ada di pengadilan di dominasi oleh gugatan melawan hukum, di samping gugatan ingkar janji kontrak wanprestasi. Perbuatan melawan hukum di sini dimaksudkan adalah sebagai melawan hukum keperdataan. Di negara-negara Eropa Kontinental, misalnya Belanda dikenal istilah “Onrechtmatige Daad,” atau di negara-negara Anglo Saxon dikenal dengan istilah “tort”. Pengertian perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum yang oleh karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Ilmu hukum dikenal adanya 3 tiga kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut: 1 Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan Pasal 1365 KUHPerdata; 2 Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahantanpa unsur kesengajaan maupun kelalaian pasal 1366 KUHPerdata; 17 Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata Bandung: Alumni, 2000, hlm. 146. 3 Perbuatan melawan hukum karena kelalaian Pasal 1367 KUHPerdata. Perbuatan melawan hukum menurut M. A. Moegini Djodjodirdjo, adalah: suatu perbuatan dapat dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, kalau bertentangan dengan hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri atau bertentangan dengan kesusilaan yang baik atau bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda. Adalah kealpaan berbuat, yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kepatutan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat tentang orang lain atau barang. M.A. Moegini Djodjodirdjo, menjelaskan yang dimaksud: 18 a. Bertentangan dengan hak orang lain adalah bertentangan dengan kewenangan yang berasal dari suatu kaidah hukum, dimana yang diakui dalam yurisprudensi, diakui adalah hak-hak pribadi seperti hak atas kebebasan, hak atas kehormatan, dan hak atas kekayaan; b. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri adalah berbuat atau melalaikan dengan bertentangan dengan keharusan atau larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan; c. Melanggar kesusilaan yang baik adalah perbuatan atau melalaikan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma kesusilaan, sepanjang norma tersebut oleh pergaulan hidup diterima sebagai peraturan peraturan hukum yang tidak tertulis; 18 M.A. Moegini Djodjodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum Bandung: Alumni, 2002, hlm. 35. d. Bertentangan dengan peraturan yang diindahkan adalah bertentangan dengan sesuatu yang menurut hukum tidak tertulis harus diindahkan dalam lalu lintas masyarakat.

F. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Perbuatan Melawan Hukum Akibat Merusak Segel Meteran Milik PT. PLN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.694 K/Pdt/2008)

3 70 97

Hak dan Kewajiban Kurator Pasca Putusan Pembatalan Pailit Pada Tingkat Kasasi Oleh Mahkamah Agung (Studi Kasus Kepailitan PT. Telkomsel vs PT. Prima Jaya Informatika)

1 38 128

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Tinjauan Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Internet(E-COMMERCE) Berdasarkan Kuhperdata

7 83 108

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 2849 K/PDT/2011 TENTANG PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PERKARA PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL ANTARA NY. MARDIYATI MELAWAN PT. CSM CORPORATAMA.

0 1 1

BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM PERSEROAN A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham - Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

0 0 42

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

0 0 20

Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

0 0 9