pencatatan akan gadai tersebut diberlakukan demi terciptanya kepastian hukum atas status sementara saham tersebut berada di tangan pihak lain.
C. Bukti dan Hak Kepemilikan Saham
Saham adalah benda bergerak yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Hak-hak pemegang saham lahir dari kebendaan tersebut. Saham yang
dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak kepada pemegang saham. Pasal 51 UUPT mengatur tentang kewajiban perseroan untuk:
1. Memberi “bukti pemilikan” saham kepada pemegang saham sesuai dengan
jumlah yang dimilikinya, 2.
Menurut Penjelasan pasal ini, mengenai pengaturan bentuk bukti pemilikan saham dapat ditetapkan dalam Anggaran Dasar sesuai dengan kebutuhan.
Saham juga mengandung arti kepemilikan eigenaar, ownership yang bersifat tidak dapat diraba intangible yang harus dibuktikan kepemilikannya.
Untuk itulah undang-undang menentukan Perseroan member bukti pemilikan saham untuk saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Pada umumnya, bukti
saham yang diberikan kepada pemegang saham aandelhouder, shareholder berbentuk surat “sertifikat saham” certificaat van aandelen, depositary receipt
for shares.
39
Hak pemilik saham diatur pada Pasal 52 UUPT. Akan tetapi perlu diingat, hak yang disebut pada pasal ini, dapat dikatakan merupakan hak yang paling
39
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas Jakarta:Sinar Grafika, 2009, hlm.257 Selanjutnya disebut M. Yahya Harahap II.
pokok, karena ada lagi berbagai hak yang diatur pada pasal lain.
40
Sesuai dengan ketentuan Pasal 52 Ayat 1, Ayat 2, Ayat 3, Ayat 4, dan Ayat 5 UUPT
mengenai hak kepemilikan saham yang berbunyi:
41
a. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
Ayat 1, Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk :
b. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini.
Ayat 2, Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku setelah saham dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya.
Ayat 3, Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dan huruf c tidak berlaku bagi klasifikasi saham tertentu sebagaimana ditetapkan
dalam Undang-Undang ini. Ayat 4, Setiap saham memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak
dapat dibagi. Ayat 5, dalam hal 1 satu saham dimiliki oleh lebih dari 1 satu orang,
hak yang timbul dan saham tersebut digunakan dengan cara menunjuk 1 satu orang sebagai wakil bersama.
Adapun hak dan kewajiban yang dimiliki oleh para pemegang saham antara lain :
a. Hak pemegang saham
1 Hak memesan terdahulu
40
Ibid., 262-263.
41
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Pasal 52.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjelaskan bila perseroan terbatas menerbitkan saham yang
baru, terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham lama secara seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang
sama.
42
2 Hak mengajukan gugatan ke pengadilan
Dalam rangka memnuhi kewajiban pasal tersebut, maka pihak manajemen perusahaan menawarkan ke pemegang saham lama.
Sedangkan pihak pemegang saham lama akan melakukan pemesanan saham yang akan diterbitkan.
Bila pemegang saham melihat tindakan yang dilakukan oleh RUPS, komisaris, direksi dapat membahayakan kelangsungan
perseroan, maka pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke pengadilan bahwa tindakan yang dilakukan organ PT tersebut dapat
merugikan pemegang saham. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 61 UUPT yang mengemukakan, setiap pemegang saham berhak mengajukan
gugatan terhadap perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan
yang wajar, sebagai akibat keputusan RUPS, komisaris, atau direksi. Gugatan semacam ini dinamakan dengan personal rights yang dimiliki
oleh setiap pemegang saham. Selain itu, terdapat juga bentuk gugatan derivative action, yaitu suatu gugatan berdasarkan atas hak utama
primary rights dari perseroan, tetapi dilaksanakan oleh pemegang
42
Ibid., Pasal 43.
saham atas nama perseroan, gugatan mana dilakukan karena adanya suatu kegagalan dalam perseroan, atau dengan perkataan lain derivative
action merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh para pemegang saham untuk dan atas nama perseroan.
3 Hak saham dibeli dengan harga wajar
Ada kemungkinan perseroan akan membeli kembali saham yang telah dikeluarkan. Bila terjadi hal yang semacam ini, dalam undang-
undang perseroan perbatas dijelaskan bahwa para pemegang saham berhak mendapatkan harga yang wajar terhadap saham yang
dipegangnya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 62 Ayat 1 UUPT, yang mengemukakan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta kepada
perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan
pemegang saham atau perseroan, berupa : 1
Perubahan anggaran dasar 2
Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 lima puluh persern kekayaan bersih
perseroan 3
Penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan
dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri danatau perseroan lain yang sahamnya secara
langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi
10 sepuluh persen dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal.
43
Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Ayat 1 huruf b UUPT, perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak
ketiga.
44
4 Hak meminta ke pengadilan negeri menyelenggarakan RUPS
Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS dilakukan sekali dalam setahun, namun dalam hal tertentu, para
pemegang saham dapat meminta diadakan RUPS. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 79 UUPT yaitu sebagai berikut :
1 Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya
dengan didahului pemanggilan RUPS ; 2
Penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas permintaan 1 satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili
110 satu persepuluh atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang
kecil atau dewan komisaris Yang diajukan kepada direksi dengan surat tercatat disertai dengan
alasannya. Dalam hal permintaan dating dari pemegang saham, maka surat tercatat tersebut tembusannya disampaikan kepada dewan
43
Ibid., Pasal 37.
44
Ibid., Pasal 62 ayat 2.
komisaris. Bagi PT, sebelum pemanggilan RUPS dilakukan wajib didahului dengan pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan
RUPS dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di pasar modal. Pengumuman dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14
empat belas hari sebelum pemanggilan RUPS. Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu
paling lambat 15 lima belas hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. Dalam hal Direksi tidak melakukan
pemanggilan RUPS, maka : 1
Dalam hal permintaan penyelenggaraan RUPS dilakukan oleh pemegang saham, maka harus diajukan kembali kepada dewan
komisaris; atau 2
Dalam hal permintaan dilakukan oleh dewan komisaris, maka dewan komisaris melakukan pemanggilan sendiri RUPS.
Dewan komisaris melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 15 lima belas hari terhitung sejak tanggal
permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. Dalam hal direksi atau dewan komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam
jangka waktu tersebut di atas, pemegang saham yang meminta penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonannya kepada
Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada
pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut. Ketua
pengadilan negeri setelah memanggil dan mendengar pemohon, direksi dan atau dewan komisaris, menetapkan pemberian izin
untuk menyelenggarakan RUPS apabila pemohon secara sumir telah membuktikan bahwa persyaratan telah dipenuhi dan pemohon
mempunyai kepentingan yang wajar untuk menyelenggarakan RUPS.
Penetapan ketua pengadilan negeri memuat juga mengenai : 1
Bentuk RUPS, mata acara RUPS sesuai dengan permohonan pemegang saham, jangka waktu pemanggilan RUPS, serta
penunjukan ketua rapat, sesuai dengan atau tanpa terikat pada ketentuan undang-undang ini atau anggaran dasar; danatau
2 Perintah yang mewajibkan direksi danatau dewan komisaris untuk
hadir dalam RUPS. 3
Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai pemberian izin tersebut bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap atau
merupakan instansi pertama dan terakhir.
45
5 Hak menghadiri RUPS
Salah satu hak yang cukup penting bagi pemegang saham adalah menghadiri RUPS. Dalam Pasal 85 UUPT dijelaskan sebagai berikut :
1 Pemegang saham dengan hak suara yang sah, baik sendiri maupun
diwakili berdasarkan surat kuasa tertulis berhak menghadiri RUPS
45
http:www.academia.edu7330088PROSEDUR_PENELENGGARAAN_RUPS diakses pada tanggal 3 Februari 2015 pukul 10.41 WIB.
dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya;
2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku bagi
pemegang saham dan saham tanpa hak suara; 3
Dalam pemungutan suara, suara yang dikeluarkan oleh pemegang saham berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya dan
pemegang saham tidak berhak memberikan kuasa kepada lebih dan seorang kuasa untuk sebagian dan jumlah saham yang dimilikinya
dengan suara yang berbeda; 4
Dalam pemungutan suara, anggota direksi, anggota dewan komisaris, dan karyan perseroan yang bersangkutan dilarang
bertindak sebagai kuasa dan pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat 1;
5 Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS, surat kuasa
yang telah diberikan tidak berlaku untuk rapat tersebut; Saham juga memberikan hak kepada pemiliknya untuk :
46
a Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b Menerima dan mengeluarkan dividend dan sisa kekayaan hasil
likuidasi; c
Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini
46
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Pasal 52 ayat 1.
Selain mempunyai hak, pemegang saham juga memiliki kewajiban yang harus dijalankan oleh pemegang saham. Kewajiban tersebut
yaitu:
47
b. Kewajiban pemegang saham
1 Kewajiban dalam pengalihan saham
Mengalihkan saham yang dimiliki oleh pemegang saham merupakan hak dari pemegang saham yang bersangkutan. Hal ini tidak
berarti dapat dilakukan tanpa memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perseroan. Anggaran dasar
perseroan dapat menetapkan kewajiban bagi pemegang saham yang akan mengalihkan sahamnya terlebih dahulu harus menawarkan saham
yang akan dialihkan tersebut kepada kelompok pemegang saham tertentu atau pemegang saham lain untuk kepada karyawan melakukan
penawaran kepada pihak lain. Pemegang saham wajib terlebih dahulu meminta persetujuan dari
organ perseroan apabila anggaran dasar menetapkan bahwa pengalihan hak atas saham harus mendapatkan persetujuan dari perseroan.
Ketentuan lain yang harus diperhatikan oleh pemegang saham adalah kewajiban pengalihan saham atas nama dengan mempergunakan akta
pemindahan hak. Akta dimaksud dapat berupa akta di bawah tangan ataupun akta otentik.
47
Irwadi, Hukum Perusahaan Suatu Telaah Yuridis Normatif Jakarta: Mitra Karya, 2003, hlm. 48.
2 Kewajiban mengalihkan saham dalam hal pemegang saham kurang dari
2 dua orang Pengertian perseroan terbatas dalam Pasal 1 Ayat 1 UUPT
mengandung pengertian bahwa perseroan terbatas terbentuk berdasarkan sebuah perjanjian. Dengan demikian, berarti dibutuhkan
lebih dari 1 satu orang dalam pembentukan sebuah perseroan terbatas. Perseroan didirikan harus terdapat paling sedikit 2 dua orang
pemegang saham. Namun, adakalanya bisa terjadi bahwa setelah erseroan disahkan memperoleh status badan hukum, salah seorang
atau beberapa pemegang saham mengalihkan sahamnya kepada pemegang saham lain, sehingga bisa terjadi keadaan dimana hanya satu
orang saja pemegang saham perseroan. Apabila terjadi keadaan yang demikian, maka pemegang saham
tunggal tersebut dalam jangka waktu 6 bulan tertentu sejak keadaan tersebut, wajib mengalihkan sahamnya kepada orang lain. Akibat
hukum yang diterima oleh pemegang saham tunggal tersebut apabila terlampau jangka waktu enam bulan tersebut adalah pemegang saham
tunggal tersebut bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian perseroan. tanggung jawab yang demikian tidak terbatas
hanya pada besaran saham yang dimiliki dalam perseroan tapi juga meliputi harta pribadi pemegang saham yang bersangkutan.
48
48
http:www.legalakses.comjika-pemegang-saham-perseroan-terbatas-kurang-dari-2- orang
diakses tanggal 26 Februari 2015 pukul 12.30 WIB
3 Tanggung jawab terbatas
Sifat perseroan corporate nature merupakan perorangan atau person yang tidak dapat terlihat, tidak teraba atau abstrak dan artificial.
Namun demikian, Perseroan menikmati semua hak yang dimiliki perseorangan natural person. Pada dasarnya, pemegang saham
shareholder, stockholder, proprietor dari Perseroan : 1
Pemegang saham diberi sertifikat saham sebagai bukti, bahwa yang bersangkutan adalah pemilik sebagian own a portion dari
perseroan tersebut; 2
Akan tetapi, oleh karena perseroan merupakan wujud yang terpisah separate entity dari pemegang saham sebagai pemilik, maka
pemegang saham tidak boleh menuntut aset perseroan; 3
Kekayaan perseroan tetap milik perseroan, oleh karena itu pemegang saham tidak mempunyai hak untuk mengalihkan
kekayaan perseroan kepada dirinya maupun kepada orang lain. Saham yang dimiliki pemegang saham tersebut sebagai bukti
kepemilikannya atas sebagian perseroan, pada umumnya hanya memberi hak kepada pemegang saham untuk mengeluarkan suara
dalam RUPS, menerima dividen, menerima persentase aset perseroan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki apabila
perseroan dilikuidasi. Selanjutnya, pemegang saham sebagai pemilik, hanya mempunyai hak kontrol tidak langsung atas operasional sehari-
hari perseroan dan atas segala kebijaksanaan direksi. Akan tetapi,
pemegang saham tidak memikul tanggung jawab atas pelaksanaan fungsi direksi. Semakin banyak saham yang dimiliki seorang pemegang
saham, maka semakin besar kekuasaan kontrol yang dapat dilakukannya. Selain daripada hal-hal yang dijelaskan di atas, salah satu
keuntungan yang paling besar diperoleh dan dinikmati oleh pemegang saham adalah tanggung jawab terbatas limited liability. Keuntungan
ini diberikan undang-undang kepadanya, sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 3 Ayat 1 UUPT. Meskipun pemegang saham
dikonstruksikan sebagai pemilik dari perseroan, namun hukum perseroan corporate law melalui Pasal 3 Ayat 1 UUPT, membatasi
tanggung jawabnya dengan acuan: 1
Pemegang saham perseroan, tidak bertanggung jawab secara pribadi personal liability atas perikatan yang dibuat atas nama
perseroan maupun atas kerugian yang dialami perseroan; 2
Risiko yang ditanggung pemegang saham, hanya sebesar investasinya atau tidak melebihi saham yang dimilikinya pada
Perseroan; 3
Pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atau secara individual atas utang perseroan.
49
Prinsip ini dipertegas lagi dalam Penjelasan Pasal 3 ayat 1 UUPT, bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas
49
M. Yahya Harahap II, Op. Cit., hlm. 74.
seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.
50
1 Perseroan sebagai badan hukum merupakan unit hukum legal
uniti dengan kewenangan dan kapasitas yang terpisah dari pemegang saham untuk menguasai kekayaan, membuat kontrak,
menggugat dan digugat, melanjutkan hidup dan eksistensi meskipun pemegang saham berubah dan direksi diberhentikan atau
diganti; Tanggung jawab pemegang saham yang terbatas inilah yang
dibakukan dalam istilah “tanggung jawab terbatas”. Jadi, bertitik tolak dari konsep dan prinsip separate entity dan corporate entity yang
melahirkan tanggung jawab terbatas limited liability pemegang saham, dapat disimpulkan:
2 Harta kekayaan, hak dan kepentingan serta tanggung jawab
perseroan terpisah dari pemegang saham; 3
Selanjutnya pemegang saham menurut hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Ayat 1 UUPT, mempunyai imunitas dari
kewajiban dan tanggung jawab perseroan, karena antara pemegang saham dan perseroan terdapat perbedaan dan pemisahan
personalitas hukum. Tujuan utama yang ingin dicapai prinsip limited liability, untuk
menjadikan perseroan sebagai kendaraan yang menarik menanam
50
Republik Indonesia, Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Penjelasan Pasal 3 ayat 1.
modal, sebab melalui prinsip separate entity hukum member tembok dan tabir perlindungan kepada pemegang saham yang tidak bersalah
terlepas dan terbebas dari tuntutan pihak ketiga yang timbul dari kontrak atau transaksi yang dilakukan perseroan. Dengan demikian,
melalui perisai atau tabir limited liability, bertujuan untuk membudayakan investor pasif, yakni para pemegang saham menaruh
sejumlah uang dalam bisnis yang dikeloa perseroan tanpa memikul risiko yang dapat menjangkau harta pribadinya. Terlepas dari pendapat
yang mengatakan limite liability bukan prinsip hukum, tetapi merupakan tonggak kapitalisme, mungkin ada benarnya. Sebab
tanggung jawab terbatas limited liability pada dasarnya merupakan good deal atas risiko berusaha bagi penanam modal, dalam hal ini
pemegang saham. Dengan demikian tanggung jawab terbatas, lebih mengarah kepada stimulasi investasi daripada persoalan hukum.
Prinsip pembatasan penerapan tanggung jawab terbatas dari pemegang saham dikenal dengan prinsip piercing the corporate veil.
Prinsip ini dalam Bahasa Indonesia selalu diartikan “menyingkap tabir atau cadar perseroan”.
51
51
Rudhi Prasetya, Upaya Mencegah Penyalahgunaan Badan Hukum, Serangkaian Pembahasan Pembaharuan Hukum di Indonesia Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993, hlm.
82.
Tabir atau cadar yang disingkap dimaksud adalah diterobosnya pertanggungjawaban terbatas dari pemegang saham
yang telah ditetapkan dalam Pasal 3 Ayat 1 UUPT tersebut. Dalam
keadaan tersebut diketahui bahwa untuk terjadinya piercing the corporate veil dipersyaratkan beberapa hal sebagai berikut:
52
1 Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak
terpenuhi; 2
Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-
mata untuk kepentingan pribadi; 3
Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau
4 Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak
cukup untuk melunasi utang perseroan.
D. Klasifikasi Saham