BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM PERSEROAN
A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak memberikan pengertian dari saham. Dalam undang-undang hanya disebutkan
bahwa modal dasar perseroan terbatas terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam sebuah
perusahaan, pengertian ini terlihat dari bunyi Pasal 1 angka 1 UUPT yaitu perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diambil pengertian bahwa saham merupakan bukti persekutuan modal perusahaan. Hal ini ditegaskan juga oleh M.
Irsan Nasarudin dan Indra Surya dalam bukunya yang mengatakan bahwa saham pada dasarnya merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga
dalam sebuah perusahaan.
26
Para pemegang saham diberikan bukti kepemilikan atas saham yang dimilikinya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 51 UUPT yaitu pemegang saham
Ketentuan tersebut sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Pasal 31 Ayat 1 UUPT yang menyatakan modal dasar
perusahaan terdiri atas seluruh nominal saham.
26
M. Irsan Nasarudin, et. al., Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 188.
diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya. Dalam penjelasan pasal yang sama diterangkan bahwa pengaturan bentuk bukti pemilikan saham
ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan. Ketentuan lain dalam UUPT tepatnya dalam Pasal 48 Ayat 1 disebutkan
bahwa saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Jadi, dengan demikian bukti kepemilikan saham adalah adanya nama yang terteratertulis dalam sertifikat
saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Nama yang tercantum dalam sertifikat saham merupakan bukti bahwa pemilik sertifikat saham itu adalah sesuai
dengan nama yang tercantum. Selain itu bukti kepemilikan lain, adalah adanya catatan kepemilikan
saham yang dimiliki oleh perusahaan yang mengeluarkan saham yang dibuat oleh direksi perseroan. Dalam catatan tersebut dapat dilihat pihak-pihak yang memiliki
saham dan hal-hal yang tersangkut dengan saham-saham, misalnya apakah saham itu dijadikan jaminan utang atau tidak, serta perubahan pemilikan saham dan
klasifikasi sahamnya. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 50 Ayat 1, Ayat 2, dan Ayat 3 UUPT yang berbunyi:
Ayat 1, direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham, yang sekurang-kurangnya memuat:
1. Nama dan alamat pemegang saham;
2. Jumlah, nomor, dan tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham,
dan klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi; 3.
Jumlah yang disetor atas setiap saham;
4. Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang
mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan
fidusia tersebut; 5.
Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 2.
Ayat 2, selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat 1, direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang
memuat keterangan mengenai saham anggota direksi dan dewan komisaris beserta keluarganya dalam perseroan danatau pada perseroan lain serta tanggal saham itu
diperoleh. Ayat 3, dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dicatat pula setiap perubahan kepemilikan saham.
Saham haruslah memiliki nilai nominal. Ini berlaku mutlak, karena UUPT melarang suatu perusahaan untuk menerbitkan saham tanpa nilai nominal. Namun
demikian, tidak ada ketentuan berapa nilai nominal untuk masing-masing saham tersebut. Jadi, untuk satu saham dapat mempunyai nilai nominal misalnya Rp
1000,- , Rp 5000,- , dan sebagainya. Kecuali untuk perusahaan terbuka dimana nilai nominal sahamnya sudah ditentukan oleh peraturan di bidang pasar modal
dan harus seragam untuk semua perusahaan.
27
27
Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 83-86.
Batas minimal modal yang ditentukan dalam pendirian perseroan terbatas adalah Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah. Namun apabila sebuah perseroan
terbatas hendak melakukan penawaran umum di pasar modal maka persyaratannya adalah sahamnya harus dimiliki sekurang-kurangnya Rp
300.000.000.000,- tiga ratus milyar rupiah. Jadi apabila perseroan tertutup akan menambah modalnya melalui pasar modal maka harus memenuhi persyaratan
tersebut jika tidak maka perusahaan tersebut tidak dapat melakukan penawaran umum. Adapun ketentuan yang mengatur pengurangan saham antara lain:
28
a. Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Perseroan hanya
diperkenankan mengeluarkan saham atas nama pemiliknya dan perseroan tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk.
b. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar
dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Persyaratan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada poin ke-2, telah
ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham
tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan UUPT dan atau anggaran dasar.
Nilai nominal saham dalam Pasal 49 UUPT dikatakan:
29
1 Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah.
28
Nindyo Pramono, Hukum Bisnis Aktual bunga rampai Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 135.
29
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas , Bab III, Pasal 49.
2 Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan.
3 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak menutup kemungkinan
diaturnya pengeluaran saham tanpa nilai nominal dalam peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal.
Perkembangan saham tanpa nilai nominal ini menjadi instrumen bursa pasar modal yang sangat likuid di Amerika, khususnya sebagai instrument
lembaga mutual fund atau investment fund semacam reksa dana di pasar modal. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah
mengintrodusir saham tanpa nilai nominal dalam lembaga reksa dana yang berbentuk perseroan.
30
B. Saham Sebagai Benda Bergerak