Bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham

C. Bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham

perseroan melalui perjanjian jual beli saham Studi putusan Mahkamah Agung No. 2678 KPdt2011 1. Posisi Kasus Sengketa terkait perjanjian jual beli saham perseroan ini terjadi pada tahun 2011 dimana pihak-pihak yang bersengketa terdiri dari: Diding Suandi, bertempat tinggal di Kampung Citeko, RT 001RW 07, Kelurahan Citeko, Kabupaten Bogor, dalam hal ini diwakili oleh 1. Al Hakim Hanafiah, S.H., LL.M., 2. Sartono, S.H., 3. Danny Bonar Sinaga, S.H., 4. Mika Isac Kriyasa, S.H., 5. Gading Sanjaya, S.H.,LL.M., 6. Joshua Satyagraha, S.H., dan 7. Yohanes Memori Mangi Sa’pang, S.H., para Advokat, berkantor di Wisma 46, Kota BNI, Lantai 41, Jalan Jend. Sudirman, Kav. 1, Jakarta, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 07 April 2011, sebagai Pemohon Kasasi dahulu PenggugatTerbanding; Melawan: 1. Rudi Ismael, bertempat tinggal di Jalan Muchran Ali, Gang Attarbiyah, No.7, RT 017RW 05, Kelurahan Baamang Tengah, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah; 2. Ira Susilawati, bertempat tinggal di Jalan Muchran Ali, Gang Attarbiyah, No.7, RT 017RW 05, Kelurahan Baamang Tengah, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah; 3. Didi Adrian, bertempat tinggal di Jalan Muchran Ali, Gang Attarbiyah, No.7, RT 017RW 05, Kelurahan Baamang Tengah, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah; Ketiganya dalam hal ini diwakili oleh Hartono, S.H., Advokat, berkantor di Jalan Putir Busu Blok D, No.1, KPR-BTN, Sampit, Kelurahan MB Hulu, Kec. M.B. Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 12 Mei 2011; 4. Ida Lampang, bertempat tinggal di Jalan Melati No.1, RT 031RW 03, Kelurahan Selat Tengah, Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, dalam hal ini diwakili oleh Meitin Alfun, S.H., M.H., Advokat berkantor di Jalan Garuda III, No.011, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 07 November 2009; 5. R. Taurus Budi Santoso, bertempat tinggal di Jalan Cupung Arjuna 3, No. 93, RT 044RW 08, Kecamatan Baamang, Kelurahan Baamang Tengah, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah; Para Termohon Kasasi dahulu sebagai para TergugatPara Pembanding; Dan: PT. Telaga Sari Persada, berkedudukan di Jalan Muchran Ali, Gang Attarbiyah, No.7, RT 017RW 05, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah; sebagai Turut Tergugat. Adapun posisi kasus dalam perkara putusan Mahkamah Agung No. 2678 KPdt2011 sebagaimana terlampir dalam lampiran skripsi ini adalah sebagai berikut : Awalnya Penggugat berniat untuk membeli saham Turut Tergugat PT. Telaga Sari Persada yang diakui dimiliki oleh Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV. Bukti kepemilikan saham para Tergugat dalam PT. Telaga Sari Persada yang ditunjukkan kepada Penggugat adalah Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas tertanggal 28 November 2006 sebagaimana tertuang dalam Akta No.34 bukti P-1 yang dibuat di hadapan Moses Mahar, S.H., Notaris di Sampit, dimana susunan kepemilikan saham dari Turut Tergugat adalah sebagai berikut: a. Tergugat I sebanyak 70 saham; b. Tergugat II sebanyak 35 saham; c. Tergugat III sebanyak 35 saham; dan d. Tergugat IV sebanyak 60 saham; Penggugat dan Tergugat I membuat dan menandatangani perjanjian jual beli saham pada tanggal 08 November 2007 sebagaimana tertuang di dalam Akta No. 84 yang dibuat di hadapan Dr. Irawan , S.H., M.Si., Notaris di Jakarta bukti P-2, dimana dalam Akta No. 84 tersebut Tergugat I bertindak untuk dan atas namanya sendiri, serta bertindak untuk dan atas nama Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV. Kemdian sebelum ditandatanganinya perjanjian ini, Penjual para Tergugat telah menandatangani perjanjian sehubungan dengan rencana penjualan danatau pengalihan seluruh saham yang dimiliki mereka dalam perseroan untuk selanjutnya disebut “Perjanjian Terdahulu”. Sedangkan untuk penyelesaian Perjanjian Terdahulu tersebut, disepakati bahwa Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV akan menandatangani perjanjian pembatalan terhadap Perjanjian Terdahulu dengan calon pembeli terdahulu. Mengenai mekanisme pembayaran harga jual beli saham yang disepakati oleh Penggugat dengan para Tergugat adalah sebagai berikut: a. Pembayaran pertama, yaitu sebesar Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah telah dibayar oleh Pembeli kepada Penjual sebelum ditandatanganinya perjanjian ini dan atas penerimaan uang mono, maka perjanjian ini berlaku pula sebagai tanda terima kwitansi yang sah untuk selanjutnya disebut “uang muka pertama”; b. Pembayaran kedua, yaitu sebesar Rp 1.500.000.000,00 satu milyar lima ratus juta rupiah akan dibayar oleh pembeli pada saat ditandatanganinya perjanjian ini untuk selanjutnya disebut “uang muka kedua”; Keterangan uang muka tersebut akan digunakan untuk penyelesaian dan atau pembatalan Perjanjian Terdahulu. Kemudian pada hari yang sama dengan hari ditandatanganinya Akta No.84 di atas, Tergugat V juga membuat Surat Pernyataan dan Jaminan tertanggal 08 November 2007 yang dilegalisir oleh Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si., Notaris di Jakarta Bukti P-3, yang pada pokoknya antara lain Tergugat V menjamin hal-hal sebagai berikut: a. Tergugat I adalah pemegang dan pemilik atas 70 saham dalam Turut Tergugat; b. Tergugat II adalah pemegang dan pemilik atas 35 saham dalam Turut Tergugat; c. Tergugat III adalah Pemegang dan pemilik atas 35 saham dalam Turut Tergugat; d. Tergugat IV adalah Pemegang dan pemilik atas 60 saham dalam Turut Tergugat; e. Saham-saham yang menjadi objek jual beli di dalam Akta No. 84 adalah seluruh saham dalam Turut Tergugat dan tidak ada saham-saham lain dalam Turut Tergugat selain saham-saham yang dimiliki oleh Tergugat I, II, III, dan IV. Berdasarkan pada pernyataan dan jaminan serta informasi oleh para Tergugat, Penggugat telah melakukan pembayaran sebagai berikut: a. Sebesar Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah untuk uang muka pertama;dan b. Sebesar Rp 1.500.000.000,00 satu milyar lima ratus juta rupiah kepada Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV melalui rekening milik Tergugat V sebagai pihak independen sebagaimana diatur dalam Akta No. 84. Berdasarkan pembayaran tersebut di atas, ketika Penggugat meminta bukti pembatalan perjanjian terdahulu dari para Tergugat, Penggugat memperoleh salinan Akta Perjanjian No. 4 tertanggal 03 Dsember 2007, yang dibuat di hadapan Eko Sumarno, S.H, Notaris di Sampit dari Tergugat I, II, III, dan IV. Akta No.4 tersebut dibuat dan ditandatangani oleh PT. Az-Zhara Plantation selaku Pihak Pertama dan Tergugat I yang juga bertindak untuk dan atas nama Tergugat II serta Tergugat III, selaku Pihak Kedua. Kemudian setelah menerima Akta No.4 tersebut, barulah Penggugat mengetahui bahwa pada saat penandatanganan Akta No.84, Tergugat I, II, III, dan IV ternyata bukanlah pemilik yang sah dari saham- saham yang dialihkan dalam Akta No.84. Pada Faktanya, berdasarkan isi Akta No.4, PT. Az-Zhara Plantation merupakan pemilik sah dari 196 saham pada Turut Tergugat pada saat dilakukan penandatanganan Akta No.84. Penggugat membandingkan isi dari Akta No.84, Akta No.34,dan Akta No.4 tersebut di atas, dapat diketahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Tergugat I, II,III,dan IV, yang sama sekali tidak pernah diberitahukan kepada Penggugat, yakni sebagai berikut: a. Di dalam Akta No.34 disebutkan bahwa terdapat 4 pemegang saham pada Turut Tergugat, yaitu Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV. Akan tetapi di dalam Akta No.4 disebutkan bahwa PT. Az-Zhara Plantation merupakan pemilik 196 saham dalam Turut Tergugat berdasarkan akta-akta sebagai berikut: 1 Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perseroan Terbatas No.207 tertanggal 21 Juli 2007; 2 Akta jual beli saham No.204 tertanggal 21 Juli 2007; 3 Akta Beli Saham No.205 tertanggal 21 Juni 2007; 4 Jual beli Saham No.206 tertanggal 21 Juni 2007; Berdasarkan bukti akta tersebut telah terbukti bahwa Tergugat I, II,III,dan IV telah menyembunyikan informasi penting dari Penggugat, sehingga Penggugat menandatangani Akta No.84 dan kemudian melakukan pembayaran dengan total keseluruhan mencapai Rp 1.800.000.000,00 satu milyar delapan ratus juta rupiah. Selain daripada hal-hal tersebut di atas, Penggugat juga menemukan suatu fakta bahwa pada 29 Februari 2008, Tergugat I, II, III, dan IV telah menjual dan mengalihkan sahamnya kepada PT. Jaya Agung Kreasindo dan Daniel Lianto, berdasarkan pernyataan Keputusan Rapat Para Pemegang Saham PT. Telaga Sari Persada tertanggal 01 Maret 2008 yang dibuat dihadapan Hari Santoso, S.H., M.Hum., Notaris di Gresik. b. Memberhentikan dengan hormat semua Direksi dan Komisaris Turut Tergugat serta mengangkat anggota Direksi dan Komisaris yang baru; Pemberitahuan mengenai perubahan susunan pengurus dan pengalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pernyataan Keputusan Rapat dimaksud telah diterima dan dicatat di dalam database Sisminbakum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, terbukti bahwa para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagai berikut: 1 Mengaku sebagai pemilik sah dan keseluruhan saham Turut Tergugat PT. Telaga Sari Persada, padahal pada saat penandatanganan Akta No.84, Para Tergugat bukanlah pemilik sah dari saham-saham Turut Tergugat PT. Telaga Sari Persada; 2 Tergugat V memberikan jaminan bahwa Tergugat I, II, III, dan IV merupakan pemilik sah dari keseluruhan saham Turut Tergugat, padahal Akta No.4 membuktikan sebaliknya; Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV telah menerima pembayaran dari Penggugat atas jual beli saham tersebut yang dimilikinya pada Turut Tergugat, padahal pada faktanya saham-saham tersebut tidak pernah beralih kepada Penggugat akan tetapi malahan dijual dan dialihkan kepada pihak lain. Dalam kaitan ini jelas bagi pihak Penggugat telah mengalami kerugian baik secara materiil maupun immateriil atas perbuatan dari para Tergugat yang telah melakukan tindakan perbuatan melawan hukum atas perjanjian pengalihan saham melalui perjanjian jual beli saham yang disepakati. Berdasarkan alasan-alasan hukum yang terurai di atas, maka Penggugat atas gugatannya tersebut di Pengadilan Negeri Sampit yang memeriksa dan mengadili perkara perdata ini berkenan untuk memutuskan: 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya; 2. Menyatakan para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum; 3. Menghukum para Tergugat untuk mengembalikan uang milik Penggugat sebesar Rp 1.800.000.000,00 satu milyar delapan ratus juta rupiah yang telah diterima oleh para Tergugat secara tanpa hak dan melawan hukum secara tanggung renteng sekaligus dan seketika pada saat dijatuhkannya putusan dalam perkara ini; 4. Menghukum para Tergugat untuk membayar ganti kerugian immateriil kepada Penggugat sebesar Rp 100.000.000.000 seratus milyar rupiah yang harus dibayarkan secara tanggung renteng sekaligus dan seketika sejak dijatuhkannya putusan dalam perkara ini; 5. Menyatakan batal Perjanjian Jual Beli Saham pada tanggal 08 November 2007 sebagaimana tertuang di dalam Akta No.84 yang dibuat di hadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, SH., M.Si, Notaris di Jakarta beserta segala akibat hukumnya; 6. Memerintahkan Turut Tergugat untuk mematuhi isi Putusan ini; 7. Menyatakan bahwa keputusan Pengadilan Negeri Sampit ini dapat dijalankan terlebih dahulu uitvoerbaar bij vooraad walaupun ada perlawanan, banding atau kasasi; dan 8. Menghukum para Tergugat untuk membayar biaya perkara; Berdasarkan Posita dan bukti-bukti yang diajukan Penggugat atas gugatannya, kemudian Tergugat I dan Tergugat II mengajukan eksepsi bantahan jawaban terhadap gugatan Penggugat, sebagai berikut: Penggugat dalam gugatannya menyertakan surat bukti berupa Akta Perjanjian No.84 tanggal 08 November 2007 bukti P-2. Di dalam Pasal 14 ayat 2 Akta Perjanjian No.84 tanggal 08 November 2007 dinyatakan, “Setiap perselisihan danatau gugatan yang timbul sehubungan dengan perjanjian ini maupun pelaksanaannya yang tidak dapat diselesaikan oleh para pihak secara musyawarah untuk mufakat, maka para pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut secara arbitrase di Singapura berdasarkan Rules of Concilliation and Arbitration of The International Chambers of Commerce”; Bahwa berdasarkan hal tersebut choice of law dalam sengketa ini, seharusnya diajukan ke arbitrase di Singapura. Putusan Pengadilan Berdasarkan isi gugatan tersebut Pengadilan Negeri Sampit Tingkat Pertama telah mengambil putusan dengan Nomor: 12Pdt.G2009PN.Spt tertanggal 26 November 2009, yang amarnya berbunyi: 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian; 2. Menyatakan para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum onrechmatige daad; 3. Menyatakan batal Akta No.84 tertanggal 08 November 2007; 4. Menghukum para Tergugat untuk mengembalikan uang milik Penggugat sebesar Rp 1.800.000.000,00 satu miliyar delapan ratus juta rupiah; 5. Memerintahkan Turut Tergugat untuk tunduk dan patuh terhadap isi putusan ini; 6. Menghukum para Tergugat untuk membayar biaya-biaya yang timbul dalam perkara ini. Berdasarkan putusan pada pengadilan tingkat pertama tersebut kemudian pihak Tergugat mengajukan banding dan di tingkat banding hakim pada Pengadilan Tinggi Kalimantan Tengah memutuskan menerima Permohonan Banding dari Tergugat Pembanding dan membatalkan putusan Pengadilan Negeri Sampit tertanggal 26 November 2009 Nomor: 12Pdt.G2009PN.Spt yang dimohonkan banding tersebut. Hasil atas putusan banding tersebut yang menyatakan menerima permohonan banding pihak Tergugat, kemudian Penggugat mengajukan kasasi dengan keberatan-keberatan dalam memori kasasi dapat dilihat pada Putusan Mahkamah Agung yang terlampir dalam skripsi ini. Mengenai keberatan- keberatan tersebut Mahkamah Agung memiliki pertimbangan bahwa tidak dapat dibenarkan karena putusan Pengadilan Tinggi yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri telah tepat dan benar, yaitu tidak salah dalam menerapkan hukum, dikarenakan dalam perjanjian jual beli saham yang dilakukan antara Penggugat dengan para Tergugat terdapat klausula yang menyatakan bahwasanya apabila terjadinya suatu sengketa di dalam perjanjian jual beli saham tersebut maka berdasarkan perjanjian yang tercantum di dalam Akta jual beli No. 84 tertanggal 8 November 2007 tersebut diselesaikan melalui arbitrase di Singapura. Namun pada hakikatnya, di dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham tersebut oleh para Tergugat sebagai pihak penjual telah melakukan perbuatan melawan hukum terhadap pihak Penggugat sebagai pihak pembeli saham sehingga pihak Penggugat sebagai pihak pembeli saham telah mengalami kerugian. Berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata bahwa putusan judex facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan alasan Pengadilan Negeri Sampit tidak memiliki kewenangan dalam menyelesaikan perselisihan mengenai perbuatan melawan hukum atas perjanjian jual beli saham antara Penggugat dan para Tergugat dikarenakan berdasarkan perjanjian yang tertuang dalam Akta jual beli yang diperbuat oleh kedua belah pihak telah disepakati untuk diselesaikan secara arbitrase di Singapura, maka choice of law dalam sengketa ini harus diselesaikan di Singapura, maka permohonan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi: Diding Suandi tersebut harus ditolak. Kemudian dalam tingkat kasasi tersebut, Mahkamah Agung mengambil putusan menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi yaitu Diding Suandi, dengan catatan bahwasanya ada perbaikan atas putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Tengah di Palangkaraya terhadap putusan Pengadilan Negeri Sampit yang menyatakan bahwa Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili perkara a quo, dan menghukum Pemohon KasasiPenggugat untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp 500.000,00 lima ratus ribu rupiah. 2. Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 2678 KPdt2011 Perkara di atas merupakan suatu permasalahan mengenai perbuatan melawan hukum atas perjanjian jual beli saham antara Penggugat Diding Suandi dengan para Tergugat Rudy Ismael, dkk., dengan objek keberatan yang diajukan oleh Penggugat adalah permintaan pembatalan perjanjian jual beli saham yang tertuang di dalam Akta Jual Beli Saham No. 84 tertanggal 8 November 2007. Dalam hal tersebut, Penggugat menuntut perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para Tergugat yang mengingkari perjanjian jual beli saham yang mengakibatkan pihak Penggugat mengalami kerugian atas perbuatan para Tergugat tersebut. Gugatan A quo yang diajukan oleh pihak Penggugat atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para Tergugat mengenai keadaan sebelum perjanjian jual beli saham dibuat, dimana dalam Persidangan di Pengadilan Negeri Sampit, telah terbukti bahwasanya kedudukan para Tergugat, yakni Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV dalam situasi sebelum ditandatanganinya Akta Perjanjian Jual Beli Saham tertanggal 8 November 2007 ternyata bukanlah pemilik atau pemegang saham dari Turut Tergugat PT. Telaga Sari Persada serta pernyataan dari Tergugat V yang menyatakan bahwasanya para Tergugat I, II, III, dan IV sebagai pemilik atau pemegang saham yang sah adalah tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau suatu perbuatan yang menyesatkan dan mengandung tipu daya, serta mengakibatkan kerugian bagi Penggugat Pihak pembeli saham. Atas rangkaian tipu daya yang dilakukan oleh para Tergugat pihak penjual saham telah mengakbatkan Penggugat pembeli saham melakukan pembayaran uang muka yang tercantum sebagai berikut: a. Sebesar Rp 300.000.000 tiga ratus juta rupiah kepada para Tergugat, dimana penyerahan tersebut telah dilakukan sebelum penandatanganan Akta No.84, dan; b. Sebesar Rp 1.500.000.000,00 satu milyar lima ratus juta rupiah melalui pengiriman transfer uang BCA tertanggal 28 November 2008 ke rekening BNI cabang sampit atas nama Tergugat V. c. Atas seluruh rangkaian tindakan manipulatif dan melawan hukum yang dilakukan oleh para Tergugat tersebut maka pembuatan Akta No.84 tersebut secara nyata diliputi oleh itikad tidak baik oleh para Tergugat, sehingga Akta No.84 tersebut adalah mengandung cacat hukum; Pasal 1320 KUHPerdata telah mengatur bahwa salah satu dari syarat sah suatu perjanjian adalah suatu sebab yang halal. Sedangkan Pasal 1337 KUHPerdata mengatur sebagai berikut: “Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum”. Sesuai dengan doktrin Subekti, yang menyatakan apabila syarat obyektif dari suatu perjanjian tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum. Artinya, dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan suatu perikatan hukum, adalah gagal. 110 Terbukti dalam perkara A quo perjanjian jual beli saham yang dituangkan dalam Akta No.84 antara Penggugat dengan para Tergugat jelas tidak mungkin dapat dilaksanakan karena tujuan dibuatnya perjanjian jual beli saham tersebut telah didasari oleh itikad yang tidak baik dari para Tergugat dan jelas telah Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata mengandung asas kebebasan berkontrak, maksudnya setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam, dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan, dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka secara jelas kesepakatan berarti adanya persesuaian kehendak dari para pihak yang membuat perjanjian, sehingga dalam melakukan suatu perjanjian tidak boleh ada paksaan, kekhilafan, dan atau penipuan dwang, dwaling, and bedrog. Suatu “hal tertentu” berhubungan dengan objek perjanjian, yang berarti bahwa objek perjanjian itu harus jelas, dapat ditentukan dan diperhitungkan jenis dan jumlahnya, diperkenankan oleh undang- undang serta mungkin untuk dilakukan para pihak. Sedangkan ‘suatu sebab yang halal” berarti perjanjian yang dimaksud harus dilakukan berdasarkan itikad baik berdasarkan Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian tanpa sebab atau didasarkan pada suatu sebab yang terlarang, maka perjanjian tersebut tidak mempunyai kekuatan. 110 Subekti II, Op.Cit, hlm. 20. mengelabui Penggugat dengan cara memberikan pernyataan yang tidak benar menyesatkan mengenai kepemilikan saham yang diperjualbelikan karena pada faktanya, ketika Akta No.84 tersebut ditandatangani, ternyata para Tergugat bukanlah pemilik saham dari Turut Tergugat PT. Telaga Sari Persada yang menjadi objek jual beli saham antara pihak Penggugat dengan para Tergugat. Berdasarkan fakta persidangan, terbukti bahwa para Tergugat penjual saham telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagai berikut: a. Mengaku sebagai pemilik sah dari keseluruhan saham Turut Tergugat PT. Telaga Sari Persada, padahal pada saat penandatanganan Akta No.84 para Tergugat bukanlah pemilik saham-saham tersebut; b. Tergugat V yang memberikan jaminan bahwasanya para Tergugat I, II, III, dan IV adalah pemilik sah dari keseluruhan saham PT. Telaga Sari Persada yang diperjualbelikan tersebut, padahal Akta No.4 yang tercantum dalam lampiran putusan membuktikan sebaliknya; c. Tergugat I, II, III, dan IV telah menerima pembayaran dari Penggugat pihak pembeli atas jual beli saham yang dimiliki pada PT. Telaga Sari Persada, padahal faktanya saham-saham tersebut tidak pernah beralih kepada Penggugat akan tetapi malahan dijual dan dialihkan pada pihak lain. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, mengatur sebagai berikut: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahna menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Berdasarkan dari perkara ini, konstruksi perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para Tergugat, yaitu: 1. Mengenai adanya perbuatan: Uraian yg terdapat dalam lampiran putusan ini, telah terbukti memang ada perbuatan dari para Tergugat yang mengaku danatau menyatakan Tergugat I, II, III, dan IV seakan-akan sebagai pemilik sah dari 200 lembar saham dalam PT. Telaga Sari Persada pada saat penandatanganan Akta No.84, padahal ternyata saham tersebut dimiliki oleh PT. Az-zhara Plantation. Bahwa kalaupun Tergugat I, II, III, dan IV masih menjadi pemilik saham dalam PT. Telaga Sari Persada pada saat ditandatanganinya Akta No.84, namun ternyata Tergugat I, II, III, dan IV telah menjual dan mengalihkan 200 lembar saham dalam PT. Telaga Sari Persada kepada PT. Jaya Agung Kreasindo dan Daniel Lianto sekalipun telah menerima pembayaran dari Penggugat; 2. Mengenai perbuatan yang melawan hukum: Berdasarkan uraian di atas, unsur adanya perbuatan melawan hukum telah terpenuhi berdasarkan alasan-alasan berikut: 1 Para Tergugat telah menyembunyikan informasi yang sangat penting dan merupakan hak dari Penggugat, yakni mengenai status dari kepemilikan yang sah dari keseluruhan saham PT. Telaga Sari Persada, dimana penampaian informasi yang sebenarnya mengenai status kepemilikan saham tersebut kepada Penggugat juga merupakan kewajiban dari para Tergugat; 2 Bahwa di samping itu setelah menerima pembayaran dari Penggugat pembeli ternyata Tergugat I, II, III, dan IV telah menjual dan mengalihkan saham kepada PT. Jaya Kreasindo dan Daniel Lianto pada 29 Februari 2008, akan tetapi hingga saat ini tidak pernah mengembalikan uang yang telah diterima dari Penggugat, bahkan tidak pernah memberitahukan informasi apapun kepada Penggugat mengenai pengalihan saham kepada PT. Jaya Agung Kreasindo dan Daniel Lianto tersebut; 3 Perbuatan para Tergugat tersebut telah melanggar hak subyektif dari Penggugat dan bertentangan dengan kewajiban hukum para Tergugat; 3. Mengenai adanya kerugian: Kerugian yang dimaksud dalam Pasal 1365 KUHPerdata adalah kerugian yang timbul karena perbuatan melawan hukum itu sendiri. Setiap perbuatan melawan hukum tidak hanya mengakibatkan kerugian uang saja, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian moril; Dari perkara ini, akibat adanya perbuatan dari para Tergugat yang melawan hukum tersebut, Penggugat telah menderita kerugian, baik secara materiil maupun immateriil, yaitu yang berupa: a. Kerugian materiil: Total kerugian materiil yang diderita oleh Penggugat dalam hal perjanjian jual beli saham ini sebesar Rp 1.800.000.000,00 satu milyar delapan ratus juta rupiah yang diterima oleh para Tergugat. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1767 KUHPerdata, Penggugat diperbolehkan untuk meminta pembayaran atas bunga yang tidak diperjanjikan, yang berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.63 KPdt1987 ditetapkan sebesar 6 per tahun dari Rp 1.800.000.000,00 satu milyar delapan ratus juta rupiah, sebagai bunga dari uang Penggugat yang dikuasai secara tanpa hak oleh para Tergugat; b. Kerugian Immateriil: Bahwa penggantian ganti kerugian secara immateriil berupa tekanan psikis dan waktu yang telah terbuang untuk melakukan seluruh proses jual beli saham akibat perbuatan melawan hukum oleh para Tergugat; 4. Mengenai hubungan kausalitas antara perbuatan para Tergugat dan kerugian yang diderita oleh Penggugat: Berdasarkan uraian di atas, telah terbukti bahwa kerugian yang dialami oleh Penggugat adalah akbat dari perbuatan para Tergugat yang melawan hukum sebagaimana yang telah diuraikan dan terlampir dalam putusan ini, sehingga para Tergugat harus memberikan ganti rugi yang telah diderita oleh Penggugat, baik secara materiil maupun immateriil; 5. Mengenai adanya kesalahan schuld: Para Tergugat telah menyembunyikan informasi yang sangat penting dan merupakan hak dari Penggugat, yakni mengenai status kepemilikan dari seluruh saham PT. Telaga Sari Persada, dimana status kepemilikan saham tersebut tidak lagi dimiliki oleh Tergugat I, II, III, dan IV. Terbukti sejak tanggal 21 Juni 2007 hingga 3 Desember 2007 yang termasuk pada saat ditandatanganinya Akta No.84, Tergugat I, II, III, dan IV bukan lagi sebagai pemilik dan tidak memiliki kapasitas untuk mengalihkan 200 lembar saham PT. Telaga Sari Persada kepada Penggugat karena pada saat itu saham tersebut dimiliki oleh PT. Az-zhara Plantation. Pada saat itu Tergugat I, II, III, dan IV sama sekali tidak pernah mengembalikan uang yang telah diterima dari Penggugat dan bahkan tidak pernah membatalkan Akta No.84 ataupun memberitahukan adanya penjualan dan pengalihan saham kepada PT. Jaya Agung Kreasindo dan Daniel Lianto karena pada faktanya 200 lembar saham tersebut telah dijual dan dialihkan kembali pada pihak lain. Ditinjau dari segi Hukum Perdata Indonesia, bahwasanya berdasarkan unsur-unsur perbuatan melawan hukum yang telah dikemukakan di atas, sudah jelas pihak para Tergugat telah melakukan hal yang sewenang-wenang atas perjanjian jual beli saham kepada pihak Penggugat yang mengakibatkan pihak Penggugat pembeli saham mengalami kerugian. Oleh karenanya, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Akta No.84 yang menjadi acuan dari kesepakatan jual beli saham antara kedua belah pihak dapat dinyatakan batal demi hukum, mengingat ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1361 KUHPerdata, yaitu: 111 111 Pasal 1361 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. “Jika seseorang yang secara khilaf mengira bahwa ia berutang, membayar suatu utang, maka ia adalah berhak untuk kembali dari si berpiutang apa yang telah dibayarkannya.” Kemudian di dalam Pasal 1362 KUHPerdata, menyatakan: 112 Pihak Tergugat akibat melanggar perjanjian jual beli saham tersebut menyebabkan: “Siapa yang dengan itikad buruk telah menerima sesuatu yang tidak harus dibayarkan kepadanya, diwajibkan mengembalikannya dengan bunga dan hasil-hasil terhitung dari hari pembayaran, dan yang demikian itu tidak mengurangi penggantian biaya, rugi dan bunga, jika barangnya telah menderita kemerosotan.” Terpenuhinya semua unsur yang menyatakan bahwasanya pihak para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum atas perjanjian jual beli saham tersebut. Maka sudah sepantasnya para Tergugat membayar ganti kerugian sebagaimana yang dituntut oleh pihak Penggugat sebagai pembeli saham. Pihak Tergugat dalam perkara telah melanggar perjanjian jual beli saham yang tertuang dalam Akta No. 84 terhadap Penggugat, dimana sampai saat gugatan tersebut diajukan, pihak Tergugat sama sekali belum mengalihkan sejumlah saham yang diperjanjikan malah sebaliknya pihak Tergugat menjual saham yang diperjanjikan tersebut kepada pihak lain sebagaimana yang tertera dalam lampiran putusan dalam skripsi ini. 113 112 Pasal 1362 Kitan Undang-Undang Hukum Perdata. 113 Abdul Kadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 159. 1 Setiap pelanggaran perjanjian akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk memperoleh ganti rugi. 2 Jika pelanggaran itu cukup berat, juga akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk menghentikan perjanjian dan mengakhirinya. Hak ini akan timbul jika terjadi pelanggaran syarat pokok. Pemeriksaan perkara ini pada pengadilan tingkat pertama yakni pada Pengadilan Negeri Sampit, hakim apabila gugatan tersebut ditinjau dari segi Hukum Perdata yakni dengan dasar gugatan yakni adanya perbuatan melawan hukum dalam perjanjian jual beli saham sudah benar dalam memutuskan perkara ini. Namun, hakim terdapat sedikit kekeliruan oleh hakim dikarenakan hakim tidak memperhatikan pada bukti akta perjanjian jual beli saham tersebut, di dalamnya berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh pihak Penggugat dengan para Tergugat menyatakan apabila terjadi perselisihan mengenai perjanjian jual beli saham Turut Tergugat PT. Telaga Ssari Persada akan diselesaikan secara arbitrase di Singapura. Oleh karena itu, hakim yang mengabulkan gugatan Penggugat ada pengadilan tingkat pertama tidak diterima oleh piha Tergugat sehingga pihak Tergugat mengajukan upaya hukum banding. Kemudian upaya banding judex facti oleh pihak Tergugat tersebut dikabulkan oleh Hakim Pengadilan Tinggi Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Begitu pula upaya kasasi oleh Penggugat, oleh Hakim pada Mahkamah menolak kasasi penggugat dikarenakan pengadila tidak memiliki kewenangan dalam mengadili perkara gugatan perbuatan melawan hukum dalam perjanjian jual beli saham tersebut dikarenakan pada klausul Akta jual beli saham No. 84 oleh pihak Penggugat dan pihak Tergugat telah menyepakati penyelesaian secara arbitrase apabila terjadi sengketa dalam perjanjian jual beli saham ini. Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase, menyatakan : 114 “Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa yang telah terikat dalam perjanjian Arbitrase.” Mengenyampingkan mengenai choice of law pilihan hukum dalam penyelesaian sengketa ini, penulis hanya fokus kepada perbuatan melawan hukum dalam perkara ini. Tergugat dalam perkara ini telah melakukan pelanggaran hukum terhadap perjanjian jual beli saham perseroan yang dilakukan terhadap Tergugat yang tertuang di dalam Akta jual beli saham No. 84 dimana oelh pihak Penggugat telah mengalami kerugian. Maka atas perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan oleh pihak Tergugat tersebut dengan mengenyampingkan pilihan hukum dalam menyelesaikan sengketa ini, klausula perjanjian yang tertuang dalam akta jual beli saham tersebut dapat dibatalkan, dimana pembatalan tersebut harus dimintakan kepada hakim Pasal 1266 KUHPerdata, dan pihak Penggugat dalam perkara ini pihak pembeli dapat menuntut ganti kerugian yang telah dideritanya baik secara materiil maupun immateriil. 114 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase, Pasal 3. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Perbuatan Melawan Hukum Akibat Merusak Segel Meteran Milik PT. PLN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.694 K/Pdt/2008)

3 70 97

Hak dan Kewajiban Kurator Pasca Putusan Pembatalan Pailit Pada Tingkat Kasasi Oleh Mahkamah Agung (Studi Kasus Kepailitan PT. Telkomsel vs PT. Prima Jaya Informatika)

1 38 128

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Tinjauan Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Internet(E-COMMERCE) Berdasarkan Kuhperdata

7 83 108

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 2849 K/PDT/2011 TENTANG PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PERKARA PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL ANTARA NY. MARDIYATI MELAWAN PT. CSM CORPORATAMA.

0 1 1

BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM PERSEROAN A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham - Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

0 0 42

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

0 0 20

Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

0 0 9