BAB IV PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN SAHAM
PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 KPdt2011
A. Aspek Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Onrechmatige Daad Dalam
Perjanjian Jual Beli Saham Terkait Proses Pengalihan Saham
Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu penjual berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu
barang, sedangkan pihak yang lainnya si pembeli berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik
tersebut.
100
Sebagai bentuk perjanjian, maka perjanjian tersebut mengikat para pihak yang membuatnya. Sehingga keduanya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang
Begitu pula dengan saham perseroan sebagai kebendaan yang menjadi objek perjanjian jual beli untuk mengalihkan saham perseroan tersebut dari si
penjual kepada si pembeli tidak serta merta hanya dilakukan dengan bentuk penyerahan secara langsung semata, melainkan ada proses yang dilakukan dengan
adanya berupa akta otentik yang dibuat dihadapan notaris ataupun akta di bawah tangan sebagai bentuk peralihan kepemilikan yang sah. Hal tersebut telah diatur di
dalam Pasal 56 UUPT, yang menyatakan bahwasanya pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak, yang artinya akta pemindahan hak
tersebut dilakukan di hadapan notaris. Dengan adanya akta otentik yang dibuat oleh notaris tersebut telah jelas bahwasanya pengalihanpemindahan hak atas
saham perseroan tersebut telah beralih hak kepemilikannya berdasarkan perjanjian jual beli saham yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
100
R. Subekti I, Op.Cit., hlm.1.
mengatur mengenai perjanjian sebagaimana diatur dalam KUHPerdata, khususnya yang diatur dalam Buku III, Bab II, Pasal 1313 hingga Pasal 1351 mengenai
ketentuan-ketentuan umum pembentukan perjanjian yang melahirkan perikatan bagi salah satu pihak yang membuat perjanjian itu dengan segala akibat
hukumnya. Suatu peristiwa hukum termasuk di dalamnya pengalihan saham perseroan
melalui perjanjian jual beli saham tidak terlepas dari kemungkinan timbulnya pelanggaran yang dilakukan oleh satu maupun kedua belah pihak, dan
pelanggaran tersebut mungkin saja dapat dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum Onrechmatige Daad.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membedakan dengan jelas antara perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-undang.
Akibat hukum suatu perikatan yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki oleh para pihak, karena memang perjanjian didasarkan atas kesepakatan yaitu
persesuaian kehendak antara para pihak yang membuat perjanjian. Sedangkan akibat hukum suatu perikatan yang lahir dari undang-undang mungkin tidak
dikehendaki oleh para pihak, tetapi hubungan hukum dan akibat hukumnya ditentukan oleh undang-undang. Apabila atas perjanjian yang disepakati terjadi
pelanggaran, maka dapat diajukan gugatan wanprestasi, karena ada hubungan kontraktual antara pihak yang menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita
kerugian. Apabila tidak ada hubungan kontraktual antara pihak yang menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita kerugian, maka dapat diajukan
gugatan perbuatan melawan hukum.
Teori klasik menyebutkan yang membedakan antara gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan melawan hukum, tujuan gugatan wanprestasi adalah untuk
menempatkan penggugat pada posisi seandainya perjanjian tersebut terpenuhi put the plaintiff to the position if he would have been in had the contract been
performed. Dengan demikian ganti rugi tersebut adalah berupa kehilangan keuntungan yang diharapkan atau disebut dengan istilah expectation loss atau
winstderving. Sedangkan tujuan gugatan perbuatan melawan hukum adalah untuk menempatkan posisi penggugat kepada keadaan semula sebelum terjadinya
perbuatan melawan hukum. Sehingga ganti rugi yang diberikan adalah kerugian yang nyata atau reliance loss.
101
1. Suatu perbuatan
Suatu perkembangan yang penting dalam teori hukum adalah mengenai pengertian melawan hukum yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Semula
pengertian melawan hukum hanya diartikan secara sempit yaitu perbuatan yang melanggar undang-undang saja. Akan tetapi, secara pengertian luas melawan
hukum bukan hanya sebagai perbuatan yang melanggar undang-undang, tetapi juga setiap perbuatan yang melanggar kepatutan, kehati-hatian, dan kesusilaan
dalam hubungan antara sesama warga masyarakat dan terhadap benda orang lain. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, maka suatu
perbuatan melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
2. Perbuatan tersebut melawan hukum
3. Kesalahan dari pihak pelaku
101
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus Jakarta: Prenada Media Grup, 2004, hlm.115.
4. Terdapat hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian
Berikut ini penjelasan bagi masing-masing unsur dari perbuatan melawan hukum tersebut, yakni sebagai berikut:
1. Terdapat suatu perbuatan
Kata perbuatan meliputi perbuatan positif, yang bahasa aslinya “daad” Pasal 1365 KUHPerdata dan perbuatan negatif, yang dalam bahasa aslinya
bahasa Belanda “nalatigheid” kelalaian atau “onvoorzigtigheid” kurang hati- hati seperti ditentukan dalam Pasal 1366 KUHPerdata. Dengan demikian, Pasal
1365 KUHPerdata itu untuk orang-orang yang betul-betul berbuat, sedangkan Pasal 1366 KUHPerdata itu untuk orang yang tidak berbuat. Pelanggaran dua
pasal ini mempunyai akibat hukum yang sama, yaitu mengganti kerugian.
102
2. Perbuatan tersebut melawan hukum
Unsur melawan hukum tersebut diartikan dalam arti seluas-luasnya, yakni meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku;
b. Yang melangar hak orang lain yang dijamin oleh hukum;
c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;
d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan geode zedeen, atau
e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat
untuk memperhatikan kepentingan orang lain.
103
102
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 4.
103
Achmad Ichsan, Hukum Perdata Jakarta: PT. Pembimbing Masa, 1989, hlm. 250.
3. Kesalahan dari pihak pelaku
Kesalahan dalam Pasal 1365 KUHPerdata mengandung semua gradasi dari kesalahan dalam arti “sengaja” sampai pada kesalahan dalam arti “tidak sengaja”
lalai. Menurut Hukum Perdata, seorang itu dikatakan bersalah jika terhadapnya dapat disesalkan bahwa ia telah melakukantidak melakukan suatu perbuatan yang
seharusnya dihindarkan. Perbuatan yang seharusnya dilakukantidak dilakukan itu tidak terlepas dari dapat tidaknya hal itu dikira-kirakan bahwa perbuatan itu
seharusnya dilakukan tidak dilakukan. Agar dapat dikenakan Pasal 1365 KUHPerdata tentang Perbuatan Melawan Hukum tersebut, undang-undang dan
yurisprudensi mensyaratkan agar para pelaku haruslah mengandung unsur kesalahan dalam melaksanakan suatu perbuatan. Suatu tindakan dianggap oleh
hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan pertanggungjawaban secara hukum jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Ada unsur kesengajaan, atau
b. Ada unsur kelalaian culpa, dan
c. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf, seperti keadaan
overmacht, membela diri, tidak waras, dan lain-lain. 4.
Terdapat kerugian bagi korban Berdasarkan tindakan perbuatan melawan hukum, unsur-unsur kerugian
dan ukuran penilaiannya dengan uang dapat diterapkan secara analogis. Dengan demikian, penghitungan ganti kerugian dalam perbuatan melawan hukum
didasarkan pada kemungkinan adanya tiga unsur yaitu biaya, kerugian yang sesungguhnya, dan keuntungan yang diharapkan bunga. Dan kerugian itu
dihitung dengan sejumlah uang.
104
5. Terdapat hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian
Adanya kerugian bagi korban juga merupakan syarat agar gugatan berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata dapat dipergunakan.
Berbeda dengan kerugian karena wanprestasi yang hanya mengenal kerugian materil, maka kerugian karena perbuatan melawan hukum di samping kerugian
materil, yurisprudensi juga mengakui konsep kerugian immaterial, yang juga akan dinilai dengan uang.
Hubungan kausal antara perbuatan yang dilakukan dengan kerugian yang terjadi juga merupakan syarat dari perbuatan melawan hukum. Untuk hubungan
sebab akibat ada 2 dua macam teori, yaitu teori hubungan faktual dan teori penyebab kira-kira. Hubungan sebab akibat secara faktual hanyalah merupakan
masalah “fakta” atau apa yang secara faktual terjadi. Setiap penyebab yang menyebabkan timbulnya kerugian dapat merupakan penyebab secara faktual,
asalkan kerugian tidak akan pernah terdapat tanpa penyebabnya. Dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum, sebab akibat jenis ini sering disebut dengan
hukum mengenai “but for”.
105
104
Ibid., hlm. 256.
105
Ibid., hlm. 13.
Tindakan perbuatan melawan hukum dapat terjadi dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli, asalkan harus dapat dibuktikan
unsur-unsurnya tersebut di atas. Apabila unsur-unsur di atas tidak terpenuhi seluruhnya, maka suatu perbuatan tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan
melawan hukum sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata.
Perbuatan melawan hukum dianggap terjadi dengan melihat adanya perbuatan dari pelaku yang diperkirakan memang melanggar undang-undang,
bertentangan dengan hak orang lain, bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku, bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, atau bertentangan
dengan kepatutan dalam masyarakat baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian, suatu perbuatan yang dianggap sebagai perbuatan melawan
hukum ini tetap harus dapat dipertanggungjawabkan apakah mengadung unsur kesalahan atau tidak.
Pasal 1365 KUHPerdata tidak membedakan kesalahan dalam bentuk kesengajaan opzet- dolus dan kesalahan dalam bentuk kurang hati-hati culpa,
dengan demikian hakim harus dapat menilai dan mempertimbangkan berat ringannya kesalahan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan
perbuatan melawan hukum ini, sehingga dapat ditentukan ganti kerugian yang seadil-adilnya.
106
B. Perlindungan hukum terhadap pihak yang dirugikan atas perbuatan