57
Sumber: http:dubaimetro.eu
Gambar 2.37. Parkiran sepeda kiri dan parkiran mobil kanan
Semua stasiun metro membedakan jalur dalam memandu tunanetra dan juga mereka menyediakan ruang khusus bagi pengguna kursi roda di semua kereta.
Kesimpulan: Stasiun yang melayani jalur perkotaan dibangunan dengan menggunakan jalur elevated
railway atau rel layang. Penggunaan jalur rel layang dapat mengurangi kemacetan lalu lintas kendaraan. Desain stasiun menggunakan pendekatan urban dengan penggabungan elemen-elemen
lokal didalamnya.
b. Stasiun Lyon-Satolas TGV
Stasiun Lyon-Satolas TGV merupakan stasiun kereta super cepat TGV Train a Grande Vitesse sekaligus merupakan bandara internasional di kota Lyon, Perancis. Bangunan ini memiliki
luas 495 x 60 m² yang dirancang oleh arsitek ternama, yaitu Santiago Calatrava.
Sumber:http:www.galinsky.com
Gambar 2.38. Stasiun Lyon-Satolas TGV
Universitas Sumatera Utara
58 Desain bangunan ini terinspirasi oleh model burung, dengan kaca-kacanya yang
menyerupai sayap burung disertai material baja. Pada hall utamanya dipenuhi dengan muatan ekspresi gaya-gaya Tarik dan tekan yang mengakibatkan pertentangan di kalangan para ahli yang
berpendapat bahwa perlunya ekonomisasi unsur struktur.
Sumber: http:www.arcspace.com
Gambar 2.39. Bentuk stasiun yang menyerupai burung terbang
Santiago Calatrava memiliki karakter tersendiri dalam melakukan desain yang dibuat. Memiliki kemampuan dalam menyatukan seni mematung dengan prinsip-prinsip struktur fisika
bangunan, membuat bangunan yang didesainnya memiliki karakter yang kuat sehingga memiliki ekspresi tersendiri bagi orang yang melihat dan menggunakannya.
Sumber:http:www.arcspace.com
Gambar 2.40. Pencahayaan alami pada stasiun
Arus sirkulasi dalam bangunan ini sangat sederhana. Dari peron kedatangan kereta api, penumpang bergerak naik ke hall utama. Disini penumpang bebas memilih keluar menuju tempat
Universitas Sumatera Utara
59 parkir atau naik menuju lantai mezzanine dan berjalan ke terminal bandara. Kesan kombinasi unsur
yang berkesan ringan dan mengalir pada atap lengkung berlapiskan beton tuang di tempat yang membentangi level jalur tiga trave. Dari hall utama, penumpang bergerak tepat di bawah titik
pusat atap lengkung lipat untuk mencapai eskalatormenuju peron. Pendekatan yang dilakukan oleh Calatrava merupakan sintesa artistik dan pragmatik
sehingga ia mengibaratkan arsitektur sebagai lukisan atau patung. Transformasi dari sesuatu yang terlihat dangkal dipermukaan menjadi sebuah karya seni bernili tinggi. Filosofi ini mendasari
upaya memasukkan karya arsitektur ke dalam warisan budaya. Kesimpulan :
Penerapan desain yang ekspresionis dan fungsional menjadikan karakter bagi bangunan yang dirancang oleh Santiago Calatrava. Bentuk yang terinspirasi oleh alam menjadikan bangunan
ini tampil monumental. Tidak hanya bentuk, penggunaan elemen-elemen estetis yang ikut menambahkan kelanjutan dalam desainnya.
c. Stasiun Rotterdam Centraal, Rotterdam, Belanda