75
Sumber : the-blueprints.com
Gambar 3.1. Dimensi Kereta Api Maglev
3.3. Analisa Karakteristik Kereta Api berdasarkan Pendapat Responden
Dari hasil studi literatur yang telah dijelaskan pada bab kedua diperoleh salah satu jenis tema yang akan diterapkan pada studi kasus perancangan skripsi ini yaitu dengan mengangkat
tema Arsitektur Simbolisme. Definisi Arsitektur adalah seni dan ilmu teknik dalam merancang suatu bangunan yang
yang digunakan sebagai wadah bagi berbagai macam aktivitas manusia yang disesuaikan dengan norma, kaidah, dan aturan-aturan tertentu. Sedangkan definisi Simbolisme yaitu penggunaan tanda
yang menyatakan suatu hal atau maksud yang memiliki makna tertentu. Dari penjabaran kedua makna diatas, maka diperoleh definisi Arsitektur Simbolisme adalah penggunaan tanda pada
perancangan bangunan yang bertujuan untuk menyampaikan makna tertentu. Berdasarkan jenis simbolisme terhadap bentuknya, jenis Simbolisme yang digunakan
adalah Simbolisme Metafora Tidak Langsung. Pengertian Metafora merupakan suatu bentuk ungkapan dengan mengharapkan saran atau tanggapan dari seseorang maupun masyarakatnya
berdasarkan tingkat kecerdasan dan pengalamannya. Berdasarkan pengertian diatas, Simbolisme Metafora terbagi menjadi Langsung dan Tidak Langsung. Namun, jenis Metafora yang digunakan
pada perancangan ini adalah Metafora Tidak Langsung, yaitu penerapan bentuk yang dilakukan secara tidak langsung dari bentuk yang akan dimetaforakannya, melainkan dilakukan melalui
tahap transformasi sehingga mengakibatkan adanya perbedaan saran atau tanggapan dari sesorang atau masyarakat terhadap bangunan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
76 Konsep simbolisme juga memiliki beberapa faktor dibentuk berdasarkan fungsi, simbol,
dan teknologi struktur. Faktor fungsi pada simbolisme yaitu pemakaian yang memenuhi kebutuhan secara tepat tanpa memiliki unsur-unsur yang tidak berguna. Pada faktor simbol menampilkan
tanda yang sesuai dengan nilai yang ada di dalam masyarakat sehingga dapat dikenali oleh masyarakat. Faktor simbol kemungkinan dapat diterima dan diakui oleh masyarakat setelah
melalui proses adaptasi yang membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan, faktor teknologi struktur merupakan hal terpenting dalam arsitektur karena struktur yang digunakan harus disusun
dan dikonstruksikan dengan jumlah tertentu. Penerapan keterkaitan tema dengan perancangan Stasiun Kereta Api Medan Mass Transit
Kwala Bekala adalah dengan menghidupkan kembali aktivitas perkeretaapian di Kwala Bekala yang telah lama tidak beroperasi. Dengan adanya sarana kereta api yang melintasi Kwala Bekala,
maka menghidupkan kembali koneksi perkeretaapian antar kawasan dari dan menuju Kwala Bekala.
Sebagai pusat antar moda yang terintegrasi, stasiun kereta api diharapkan dapat dijadikan gerbang utama menuju kawasan Kwala Bekala. Hal ini dikarenakan moda transportasi tercepat
yang dapat mencapai kawasan ini adalah kereta api. Berdasarkan studi banding yang telah diuraikan pada bab 2, faktor simbol yang diterapkan pada stasiun kereta api Kwala Bekala
mengikuti konsep yang digunakan pada stasiun Lyon-Satolas TGV yang diadapatasikan dari bentuk burung yang terbang, The Clyde Auditorium dengan hewan Trenggiling, dan Sydney Opera
House dengan layar kapal.
Universitas Sumatera Utara
77
Sumber: Olah Data Sendiri
Gambar 3.2. Konsep simbolisme pada Stasiun Lyon-Satolas TGV kiri; The Clyde Auditorium tengah; Sydney Opera House kanan
Penerapan faktor fungsi pada stasiun kereta api Kwala Bekala berdasarkan dari studi banding proyek sejenis yang telah diuraikan pada bab 2. Salah satu contoh penerapannya adalah
dari Stasiun Rotterdam Centraal yang memiliki hall yang luas dan dapat mengakomodasi sekaligus mengantisipasi jumlah penumpang yang banyak disertai fungsi-fungsi pendukung di dalamnya.
Berdasarkan hasil studi banding yang dijelaskan sebelumnya, penerapan konsep Simbolisme pada rancangan bangunan stasiun kereta api Kwala Bekala sama seperti penerapan
Simbolisme yang ada pada bangunan Stasiun Lyon-Satolas TGV, The Clyde Auditorium, dan Sydney Opera House. Penerapan Simbolisme pada stasiun kereta api Kwala Bekala mengambil
bentuk dari kepala kereta api EOL Maglev. Untuk memperoleh perspektif dari masyarakat tentang pengaplikasian tema simbolisme
pada bangunan stasiun kereta api di Kwala Bekala dilakukan survei dengan menyebarkan kuesioner kepada 25 responden mengenai pemahaman masyarakat tentang hubungan kriteria
pelayanan terhadap bentuk-bentuk kereta api. Adapun bentuk kuesioner yang diberikan kepada ke- 25 responden yang terdiri dari 7 poin kriteria pelayanan meliputi:
1. Kemudahan akses penumpang
2. Kapasitas angkut kereta api dalam jumlah besar
3. Keamanan kereta api terhadap keselamatan penumpang
4. Kenyamanan penumpang di dalam kereta api
Universitas Sumatera Utara
78 5.
Tarif angkutan kereta api 6.
Waktu pengoperasian yang terjadwal, dan 7.
Kecepatan jarak tempuh kereta api Dari ke-7 poin kriteria pelayanan tersebut, responden akan diberikan pilihan dengan
Menghubungkan dari masing-masing poin pernyataan tersebut ke dalam tiga 3 buah gambar dengan bentuk kereta api yang berbeda-beda, meliputi bentuk kereta api Railbus, EOL Maglev,
dan Kereta Api Komuter. Dari hasil survei yang telah dilakukan kepada ke-25 responden, maka diperoleh hasil yang
dipilih oleh para responden mengenai hubungan bentuk kereta api terhadap 7 kriteria pelayanan kereta api. Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang dipilih ke-25 responden terhadap bentuk
kereta api. 1.
Kemudahan akses penumpang Untuk kriteria pelayanan kemudahan akses penumpang, sebanyak 19 responden
menghubungkannya dengan bentuk kereta api EOL Maglev, kereta api Railbus dengan 4 responden, dan kereta api Komuter dengan 2 responden.
2. Kapasitas angkut kereta api dalam jumlah besar
Untuk kriteria pelayanan kapasitas yang dapat diangkut kereta api dengan jumlah yang banyak, sebanyak 22 responden menghubungkannya dengan bentuk kereta api EOL Maglev,
kereta api Railbus dengan 0 responden, dan kereta api Komuter dengan 4 responden. 3.
Tingkat keamanan terhadap keselamatan penumpang Untuk kriteria pelayanan keamanan terhadap keselamatan penumpang kereta api, sebanyak
17 responden menghubungkannya dengan bentuk kereta api EOL Maglev, kereta api Railbus dengan 3 responden, dan kereta api Komuter dengan 5 responden.
4. Tingkat kenyamanan penumpang di dalam kereta api
Untuk kriteria pelayanan kapasitas yang dapat diangkut kereta api dengan jumlah yang banyak, sebanyak 22 responden menghubungkannya dengan bentuk kereta api EOL Maglev,
kereta api Railbus dengan 0 responden, dan kereta api Komuter dengan 4 responden.
Universitas Sumatera Utara
79 5.
Tarif angkutan kereta api Untuk kriteria pelayanan tarif angkutan kereta api, sebanyak 14 responden
menghubungkannya dengan bentuk kereta api Railbus, kereta api EOL Maglev dengan 4 responden, dan kereta api Komuter dengan 7 responden.
6. Waktu pengoperasian yang terjadwal
Untuk kriteria pelayanan waktu pengoperasian yang sesuai jadwal, sebanyak 25 responden menghubungkannya dengan bentuk kereta api EOL Maglev, kereta api Railbus dengan 0
responden, dan kereta api Komuter dengan 0 responden. 7.
Kecepatan jarak tempuh kereta api Untuk kriteria pelayanan waktu pengoperasian yang sesuai jadwal, sebanyak 25 responden
menghubungkannya dengan bentuk kereta api EOL Maglev, kereta api Railbus dengan 0 responden, dan kereta api Komuter dengan 0 responden.
Maka, dari hasil data survei kuesioner diperoleh bahwa dari ke-7 poin pernyataan tentang kriteria pelayanan kereta api, sebanyak 6 poin pernyataan yang dipilih oleh responden,
sebagian besar responden menghubungkannya dengan bentuk kereta api EOL Maglev, sedangkan poin lainnya tarif angkutan kereta api sebagian besar responden
menghubungkannya dengan bentuk kereta api Railbus. Kesimpulan dari hasil data survei diatas menyatakan bahwa bentuk kereta api EOL Maglev paling sesuai dengan kriteria pelayanan
kereta api.
Universitas Sumatera Utara
80
3.4. Morfologi Kereta Api Maglev