55
Dalam sistem komunikasi kehumasan, khususnya dalam fungsi media relations, pesan komunikasi yang disampaikan oleh organisasi dalam hal ini humas
yang menjadi penyampai pesan kepada publik atau khalayaknya melalui media tentu mengharapkan feedback, baik itu positif ataupun negatif, sebagai jawaban dan respon
dari khalayak organisasi tersebut. Pada dasarnya komunikasi media relations memerlukan feedback yang akan
disampaikan kembali kepada organisasi atau perusahaannya. Karena kegiatan media relations bukan bersifat satu arah melainkan dua arah yang saling berbalik. Hal ini
sejalan dengan teori model yang digagas oleh Melvin De‟Fleur sebagai perluasan dari model Shanon dan Weaver.
Gambar 2.7. HubunganRelasi dalam Media Relations
Sumber: Wahidin SaputraRulli Nasrullah 2011:130
Gambar diatas menjelaskan bahwa alur komunikasi dalam media relations merupakan komunikasi dua arah yang saling memberikan umpan balik atau
feedback, dalam hal ini ada kalanya organisasi atau perusahaan menjadi komunikator communicator atau sumber source dan khalayakpublik menjadi komunikan, dapat
Organisasi Perushaan
Media Massa PublikKhalayak
56
pula terjadi sebaliknya. Ketika khalayakpublik memberikan feedback berupa tanggapan dari komunikasi yang disampaikan oleh organisasi maka khalayakpublik
tersebut menjadi komunikator atau sumber dan organisasilah yang menjadi komunikannya.
57
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia
Secara sempit lembaga syariah diartikan sebagai lembaga atau perusahaan yang menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai dengan aturan-aturan legal-
formal-Islam, yang utamanya dirangkum menjadi ajaran tentang bebas dari praktik „maghrib‟ masyir, gharar, haram, dan riba. Utamanya, lembaga syariah harus
sesuai dan selaras dengan ajaran Islam, ajaran Islam meliputi aspek akidah yaitu aspek keyakinan, aspek syariah yaitu legal-formal dalam Islam serta aspek akhlak
yaitu aspek moral dan budi pekerti. Industri syariah di Indonesia tumbuh utamanya digerakan oleh masyarakat
Indonesia sendiri society driven artinya, industri syariah tumbuh dari bawah dan karena kehendak masyarakat. Lebih spesifik dapat dikatakan bahwa perkembangan
industri syariah, khususnya industri keuangan syariah di Indonesia disebabkan oleh proses pematangan keberagamaan umat Muslim Indonesia.
1
Islam sebagai sebuah agama terasa makin mengakar di seluruh sisi dan aspek kehidupan masyarakat Muslim. Awalnya, Islam hanya menyentuh sektor
pendidikan. Pada tahun 1980-an sekolah-sekolah berlatar belakang Islam modern baru bermunculan ke permukaan, seperti TK dan SD, pada tahun-tahun berikutnya
kebutuhan sekolah umum berbasis Islam modern berlanjut ke jenjang yang lebih
1
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012, hal. 205
58
tinggi seperti SMP, SMA dan perguruan tinggi. Tidak berhenti pada sektor pendidikan saja, Islam seolah menjelma menjadi sebuah kekuatan tersendiri dalam
berkontribusi untuk kemanjuan bangsa dan Negara, hingga menjamah pada sektor ekonomi. Dari sinilah lahir lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah yang
sesuai dengan ajaran agama Islam. Pergerakan lembaga keuangan syariah Indonesia ditandai dengan kehadiran
Bank Muamalat Indonesia BMI atas gagasan Majelis Ulama Indonesia MUI dan Ikatan Cendikiawan Muslim ICMI pada tahun 1992. Kehadiran BMI saat itu
belum memberikan warna apa-apa bagi industri perbankan Indonesia, hal ini karena BMI masih merupakan pelaku tunggal yang asetnya masih relatif kecil.
Perkembangan signifikan pada sektor keuangan syariah Indonesia terjadi pada tahun 1999 ketika disahkannya UU no.10 tahun 1998 tentang perbankan. Setelah
itu bank-bank syariah barulah bermunculan. Merujuk pada UU no.10 tahun 1998 Indonesia mengenal dua bentuk bank syariah, yakni Bank Umum Syariah BUS
dan Unit Usaha Syariah UUS. Sampai akhir 2011 setidaknya ada 11 BUS dan 23 UUS beroperasi di Indonesia.
2
Perkembangan yang dicapai oleh lembaga keuangan syariah di Indonesia bukan tanpa kendala, tumbuh dari sesuatu yang amat kecil, tanpa insentif yang
kuat dari pemerintah dan harus berkembang di medan perbankan konvensional yang sudah besar dan mapan, tentu bukan hal yang mudah. Direktur Utama Bank
Syariah Mandiri Yuslam Fauzi pernah mengumpamakan sebagai berikut “Like a
2
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012, hal. 207.
59
developing a very small Islamic island surrounded by huge conventional oceans”.
3
Tapi nyatanya semua itu dapat ditepis dengan bukti nyata yaitu pertumbuhan perbankan syariah yang terus meningkat sejak tahun 2000 sampai menjelang 2011
mendekati 50. Bahkan, sampai akhir Desember 2013 situs OJK Otoritas Jasa Keuangan mencatat ada 197 lembaga keuangan syariah yang beroperasi di
Indonesia.
4
Meskipun digagas dari masyarakat, namun bukan berarti pemerintah tidak mendukung dan berkontribusi dalam perkembangan perbankan syariah ini.
pertumbuhan yang kira-kira 50 per-tahun itu tidak lepas dari dukungan dua lembaga berwewenang yaitu Bank Indoensia dan Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia DSN MUI.
5
BI selaku otoritas regulator perbankan mendorong perbankan syariah dengan berbagai kebijakan yang relaktatif, diantaranya: membolehkan layanan office
channeling, mendorong dihapuskannya PPN pembiayaan murabahah, mendorong kelahiran UU Perbankan Syariah, melakukan sosialisasi perbankan syariah melalui
kampanye iB Islamic Banking dan lain sebagainya.
6
Adapun DSN MUI dalam kapasitasnya sebagai otoritas tertinggi pemberi fatwa berperan melalui fatwa-fatwa terkait produk keuangan syariah dan turut
mendesak organisasi lain mendukung industri keuangan syariah. DSN MUI
3
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012, hal. 211.
4
OJK Otoritas Jasa Keuangan, Statistik perbankan syariah Desember 2013, diakses dari http:www.ojk.go.idstatistik-perbankan-syariah-desember-2013
, pada Kamis 1 Mei 2014. Pkl: 15.40.
5
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012, hal. 212.
6
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012, hal.212.