Media Relations LANDASAN TEORITIS

35 media‟ media-saturated world. Maka sudah sepantasnya humas dan PR sebuah organisasi dan perusahaan turut serta menjadikan media sebagai relasi yang digunakan untuk penyampaian pesan perusahaan atau sekedar menjalin hubungan dengan para publiknya. Dapat dikatakan bahwa media massa merupakan salah satu partner organisasi dalam mencapai tujuannya.

b. Teknik-teknik Media Relations

Teknik adalah cara atau metode yang digunakan dalam menjalankan kegiatan tertentu. Media relations merupakan tindakan komunikasi yang dilakukan organisasi kepada publik-publik atau stakeholeders-nya, maka pada dasarnya tehnik-tehnik komunikasi bermedia dipergunakan pula dalam kegiatan media relations. Yosal Iriantara mengemukakan ada 2 macam teknik yang umum dipergunakan dalam menjalankan media relations, yaitu publisitas dan periklanan. Publisitas ada yang mengartikan sebagai PR yang bebas biaya dengan cara menyampaikan pesan melalui media massa, dengan maksud menyampaikan informasi dari perspektif pembuat pesan, dalam hal ini adalah organisasi. Publisitas dilakukan antara lain dalam bentuk pemberitaan atau tulisan berupa artikel. 18 Periklanan merupakan salah satu metode komunikasi yang juga digunakan sebagai teknik media relations, periklanan adalah komunikasi satu kepada banyak 18 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011, hal. 41. 36 terhadap individu-individu di dalam suatu massa yang heterogen. 19 Iriantara mengatakan periklanan adalah penyampaian pesan nonpribadi dengan mengeluarkan biaya melalui media massa untuk menginformasikan atau memengaruhi. 20 Seiring dengan perkembangan bisnis media massa di Indonesia sekarang ini, ada percampuran antara pub lisitas dengan periklanan. “Perkawinan” antara publisitas dan periklanan ini menghasilkan bentuk yang dinamakan pariwara, advertorial advertising-editorial, infotorial information editorial atau infomercial information comercial. Wujudnya adalah iklan dalam bentuk seperti pemberitaan atau bisa juga dibalik, pemberitaan yang bernafaskan iklan. 21 Penggabungan ini terjadi atas kesadaran kedua belah pihak, baik pihak humas maupun pihak media massa dalam hal pemberitaan. Pihak humas terkadang kurang puas dengan pemberitaan mengenai organisasinya yang dimuat media massa, adakalanya pemberitaan tersebut tidak sesuai dengan keinginan dan harapan organisasi, maka dengan penggabungan prinsip publisitas dan periklanan pihak media massa dapat mengeluarkan berita terkait organisasi dari perspektif humas, dengan menggunakan pendekatan humas namun menerapkan prinsip –prinsip pemberitaan di media massa tersebut. Dari penggabungan ini bukan hanya pihak humas yang merasa diuntungkan, namun pihak media juga akan memperoleh keuntungan, yaitu dengan menjual ruang 19 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2005, hal. 133. 20 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011, hal. 41 21 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011, hal. 41. 37 atau waktu yang dimilikinya pada organisasi yang membutuhkannya. Pihak media memberikan kebebasan kepada pihak organisasi untuk menuliskan pemberitaan seperti apa yang diinginkannya, sedangkan pihak media akan memperlakukannya sebagai iklan yang menjual. Maka yang akan ditampilkan adalah iklan dalam bentuk liputan pemberitaan.

c. Bentuk Kegiatan Media Relations

Dalam upaya membina hubungan persmedia yang baik maka humas diharuskan melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan media. Kegiatan- kegiatan ini diharapkan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan humas dengan media. Adapun beberapa kegiatan hubungan media yang dapat dilakukan antara lain: 22 1. Konferensi pers, temu pers atau jumpa pers yaitu diberikan secara simultan berbarengan oleh seorang pejabat pemerintahan atau swasta kepada sekelompok wartawan, bahkan bisa ratusan wartawan sekaligus. Amar menyebutkan syarat utama dari sebuah konferensi pers adalah berita yang disampaikan kepada wartawan sangat penting. Sebuah konferensi pers akan kehilangan fungsinya bila berita yang disampaikan kurang penting, apalagi jika diliput juga oleh televisi dan radio. Menurut Oemi Abdurachman, 22 Soleh Soemirat Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung: 2005, hal. 128-129. 38 konferensi pers diselenggarakan bila ada peristiwa-peristiwa penting di suatu instansiperusahaanbadan, atas inisiatif sendiri atau permintaan wakil-wakil pers. 2. Press Brefing, yaitu diselenggarakan secara regular oleh seorang pejabat humas. Dalam kegiatan ini disampaikan informasi-informasi mengenai kegiatan yang baru terjadi kepada pers, juga diadakan tanggapan atau pertanyaan bila wartawan belum puas dan menginginkan keterangan lebih rinci. 3. Press Tour yaitu diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga untuk mengunjungi daerah tertentu dan mereka pun pers diajak menikmati objek wiasata yang menarik. 4. Press Release atau siaran pers sebagai publisitas yaitu media yang banyak digunakan dalam kegiatan kehumasan karena dapat menyebarkan berita. Istilah press release mempunyai pengertian yang luas, tidak hanya berkenaan dengan media cetak, tetapi mencakup media elektronik. Di Negara lain istilah press release disebut news release yang dikirimkan ke media massa dengan harapan dapat disebar luaskan sebagai berita. 5. Special Event yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan humasPR yang penting dan memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera publik. 6. Press Luncheon yaitu pejabat humasPR mengadakan jamuan makan siang bagi para wakil media massawartawan, sehingga pada kesempatan ini pihak 39 pers bisa bertemu dengan top manajemen perusahaanlembaga guna mendengarkan perkembangan perusahaanlembaga tersebut. 7. Wawancara Pers yaitu sifarnya lebih pribadi, lebih individual. Humas atau top manajemen yang diwawancarai hanya berhadapan dengan wartawan yang bersangkutan . Selain ketujuh kegiatan diatas adapula kegiatan yang tak kalah penting untuk menjalin hubungan dengan media massa, adalah kunjungan humas ke kantor media massa itu sendiri, atau yang dikenal dengan sebutan media visit. Selain untuk menjelaskan berbagai kebijakan yang dimiliki organisasi media tersebut, kunjungan ke kantor redaksi media juga dapat digunakan sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antara humas dan organisasinya dengan lembaga media massa.

d. Pendekatan Media Relations

Jika dilihat dari berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan dalam media relations, maka dalam melakukan praktiknya dibutuhkan sejumlah strategi pendekatan yang dapat dilakukan oleh humas yaitu diantaranya: 23 1. Pendekatan Reaktif Pendekatan ini dilakukan dengan hanya menjawab dan merespon permintaan yang dibutuhkan oleh media. Pendekatan ini memiliki beberapa pedoman yang dapat digunakan oleh humas dalam menghadapi media, diantaranya: 23 Clarke L. Caywood, ed, The Handbook of Strategic Public Relations and Integrated Communications New York: Mc Graw Hill, 1977, hal. 61-65. 40 a. Hindari mengeluarkan komentar yang tidak didahului dengan persiapan matang b. Persiapkan berkas catatan isu-isu yang menarik perhatian media c. Pahami dan tepati deadlines d. Selalu ada ketika media membutuhkan dan hendaknya membalas telepon dengan segera e. Menjadi sosok humas yang selalu merasa ingin tahu dan bertanya sesuai dengan kapasitas f. Mencoba menempatkan diri pada posisi wartawan g. Buatlah sebuah keseimbangan antar wartawan dan humas h. Pahami dan ketahui latar belakang sebuah informasi i. Catat bagian pembicaraan yang dilakukan oleh humas dan wartawan j. Jangan memberikan sebuah informasi yang belum tentu kebenarannya 2. Pendekatan Proaktif Pendekatan ini dapat dilakukan dengan membangun langkah-langkah reaktif yang dapat dilakukan lebih jauh untuk mempromosikan dan mempublikasikan organisasi. Pendekatan proaktif menekankan humas agar bergerak lebih aktif untuk medekati media massa sebagai sarana pencapaian tujuan organisasi. 3. Pendekatan Interaktif Selain itu banyak juga humas yang menerapkan pendekatan interaktif dalam melaksanakan kegiatan media relations lebih jauh lagi dan mendapatkan suatu hubungan yang terbangun dengan baik dengan media, yang dapat membuat 41 langkah humas bergerak lebih jauh dari pendekatan sebelumnya. Adapun beberapa cara yang biasa dilakukan dalam menerapkan pendekatan interaktif adalah: a. Mendiskusikan isu-isu selain berita organisasi yang sekiranya menarik minat wartawan b. Menjadi sumber dengan berusaha memberikan komentar sebagai seorang yang ahli di industri yang digeluti c. Menempatkan diri pada kebutuhan, seperti memahami adanya deadlines yang harus dikejar wartawan d. Memberikan pandangan yang berbeda pada topik berita dan trend industri yang terjadi saat itu e. Berbicara tentang publikasi dan wartawan lain serta bagaimana pendekatan mereka terhadap isu yang berbeda f. Memberikan pujian terhadap artikel yang ditulis oleh wartawan dan bukan memberikan ucapan terimakasih g. Telepon untuk membicarakan berita yang relevan dan selalu berhubungan h. Mencari legitimasi alasan yang tidak berkaitan dengan berita untuk berinteraksi dengan media massa i. Menyesuaikan pesan dan pembicaraan berdasarkan waktu wartawan yang terbatas dan tingkat kepentingan 42

e. Strategi Media Relations

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah akal atau tipu muslihat untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan. 24 Jadi strategi merupakan langkah awal bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang dimilikinya. Strategi media relations artinya cara-cara yang digunakan praktisi humas atau PRO dalam berhubungan dengan media massa. Media massa merupakan instansi yang memiliki pengaruh besar bagi keberlangsungan hidup sebuah organisasi, maka merupakan sebuah keharusan bagi organisasi untuk memiliki kiat, strategi dan cara untuk berhubungan dengan media. Media yang dimaksud disini mencakup keseluruhan pihak yang terkait dengan media tersebut, mulai dari wartawan, pimpinan redaksi, editor, penanggung jawab dan lain sebagainya. Media relations officers terlebih dahulu harus memahami seluk beluk media massa. Seorang media relations officers harus memiliki pemahaman tentang media, mulai dari karakteristik media, publiknya, cara kerja wartawan, sistem politik Negara, sistem media, sistem hukum dan lainnya. Yosal Iriantara mengatakan media relations bukan hanya merupakan pekerjaan teknis seperti menulis siaran pers atau menyiapkan materi presentasi untuk konferensi pers, tetapi juga harus memiliki kemampuan membaca opini publik dan menyiapkan tindakan yang diperlukan bila ternyata opini publik tersebut kontraproduktif atau negatif bagi organisasi. 25 24 Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penerbit Karya Agung, Surabaya: 2005, hal. 486. 25 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011, hal. 14. 43 Jadi pada dasarnya dalam menjalankan kegiatan media relations selain membutuhkan keterampilan teknis komunikasi, juga diperlukan kemampuan otak untuk membaca situasi dan konteks komunikasi. Itu sebabnya ada yang menyebut bahwa dalam menjalankan kegiatan atau program media relations selain merupakan handcraft juga merupakan braincraft, karena dalam media relations itu memang ada bagian-bagian kegiatan yang membutuhkan keterampilan dan juga ada bagian yang memerlukan kepiawaian berpikir dan menganalisis. 26 Berbagai hal yang dilakukan dalam kegiatan dan strategi media relations tidak luput dari sebuah tujuan utama yaitu membentuk suatu hubungan yang harmonis dengan pihak media agar hubungan yang telah terbentuk dapat terjalin terus menerus dan terjaga. Frank Jefkins menyatakan bahwa terdapat beberapa kiat dan prinsip- prinsip yang dapat dilakukan agar hubungan humas dengan pihak media dapat terbina dengan baik, yaitu: 27 a. Memahami dan melayani media. Dengan berbekal semua pengetahuan terkait dengan media, maka seorang praktisi PR akan mampu menjalin kerja sama dengan pihak media. Ia juga akan dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. b. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. Para praktisi PR harus senantiasa siap menyediakan materi-materi yang akurat di mana 26 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011, hal. 14. 27 Frank Jefkins, Public Relations Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta: 2002, hal. 116- 117. 44 saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya dengan cara inilah ia akan diakui sebagai sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu, maka komunikasi timbal balik yang saling menguntungkan akan lebih mudah diciptakan dan dipelihara. c. Menyediakan salinan yang baik. Misalnya menyediakan reproduksi foto- foto yang baik, menarik dan jelas. Komputer bisa digunakan untuk memudahkan koreksi dan penyusunan ulang dari suatu terbitan, seperti siaran berita, penyediaan salinan naskah dan foto-foto yang baik secara cepat menjadi semakin penting. d. Bekerjasama dengan penyediaan materi. Sebagai contoh, petugas PR dan jurnalis dapat bekerja sama dalam mempersiapkan sebuah acara wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu. e. Menyediakan fasilitas verifikasi. Para praktisi PR juga perlu memberi kesempatan kepada para jurnalis untuk melakukan verifikasi atas setiap materi yang mereka terima. f. Membangun hubungan personal yang kokoh. Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerja sama, dan sikap saling menghormati profesi masing-masing.

D. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS

Berdasarkan Undang-Undang yang telah diterbitkan oleh pemerintah, definisi dan istilah seputar BPR Syariah adalah sebagai berikut: 45 1. UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 1 ayat 3, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang merupakan perubahan UU No. 7 tahun 1992. Pasal 1 ayat 4, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pasal 1 ayat 11, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pasal 1 ayat 12, Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari ketiga ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan istilah antara singkatan BPR konvensional dengan BPR Syariah adalah terletak pada huruf P dalam singkatan BPR, dimana huruf P untuk BPR konvensional dijabarkan sebagai Bank 46 Perkreditan Rakyat sedangkan huruf P pada BPR Syariah dijabarkan sebagai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 3. UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Pasal 1 ayat 9, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Adapun penjelasan tentang Bank Syariah menurut pasal 1 ayat 7 yaitu Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip syariah yang dimaksud disini menurut pasal 1 ayat 12 yakni prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. 28 Dengan demikian sesuai UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang merupakan perubahan UU No. 7 tahun 1992 serta UU No. 21 tahun 2008 tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian BPR Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan dalam kegiatannya tersebut tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran serta menerima simpanan hanya 28 Alifia Rahmany, Optimasi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Melalui Sinergi dengan Bank Umum Syariah Apex BPR Syariah, diakses dari http:alifiarahmany.blogspot.com201311optimasi-bank-pembiayaan-rakyat-syariah.html , pada Jumat 14 Maret 2014. Pkl. 11.32.

Dokumen yang terkait

Hubungan pemberian reward dan punishment dengan kinerja karyawan pada BPRS Harta Insan Karimah

7 51 129

Peranan account officer dalam menekan pembiayaan bermasalah di PT.BPR Syariah Harta Insan Karimah

1 16 97

Strategi Bank perkeditan Rakyat Syariah (BPRS) dalam pengelolaan risiko pembiayaan UKM: studi BPRS ALSALAAM cabang Cinere

0 3 108

Dampak pembiayaan syariah terhadap profitabilitas usaha mikro pada nasabah bank perkreditan rakyat syariah harta insan karimah kecamatan ciledug kota Tangerang

1 11 73

Rancang bangun sistem informasi penggajian karyawan (studi kasus: bank pembiayaan rakyat syariah harta insan karimah)

0 2 8

Strategi Pembiayaan Musyarakah Pada Usaha Kecil Dan Menengah Di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah Cileduk

0 17 72

Strategi Media Relations Humas Lembaga Negara (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Media Relations Hupmas KPU Kota Surakarta dalam Menjalin Hubungan dengan Media Massa Lokal terkait dengan Pelaksanaan Pilkada Kota Surakarta Tahun 2015).

0 0 18

View of Pengembangan Kualitas SDM pada Bank Syariah dalam Perspektif Syariah: Studi Kasus PT. BPRS Harta Insan Karimah Bekasi

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN DENGAN KEPERCAYAAN NASABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH (BPRS HIK) BEKASI - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN DENGAN KEPERCAYAAN NASABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH (BPRS HIK) BEKASI - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 18