43
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Karo
3.1.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Karo
Tanah karo terbentuk sebagai kabupaten daerah tingkat II setelah melalu proses yang sangat panjang dan dalam perjalanan sejarahnya kabupaten ini telah mengalami
perubahan mulai dari zaman penjajahan belanda, zaman penjajahan jepang hingga zaman kemerdekaan.Kabupaten karo yang ada saat ini dulunya merupakan bagian dari kerajaan
Aru, selanjutnya juga pernah ada beberapa kebayakan kerajaan di tanah karo yaitu kerajaan Sebayak Lingga asal mula marga karo-karo sinulingga, kerajaan Sibayak
Sarinembah asal mula marga sembiring milala, kerajaan Sibayak Suka asal mula marga ginting suka, kerajaan Sibayak Barusjahe asal mula marga perangin-angin, kerajaan
Sebayak Kutabuluh asal mula marga perangin-angin, kerajaan Sukapiring Seberaja asal mula marga karo sekali.
Meletusnya revolusi sosial di Sumatera Utara yang dikumandangkan oleh Wakil Gubernur Sumatera Dr. M. Amir pada tanggal 3 Maret 1946, tidak terlepas dari sikap
sultan-sultan, raja-raja dan kaum feodal pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap kemerdekaan Indonesia. Akibatnya rakyat tidak merasa puas dan mendesak
kepada komite nasional wilayah Sumatera Timur supaya daerah istimewa seperti Pemerintahan swaprajakerajaan dihapuskan dan menggantikannya dengan pemerintahan
demokrasi rakyat sesuai dinamika perjuangan kemerdekaan. Sistem yang dikehendaki ialah pemerintah yang demokratis berporos kepada kedaulatan rakyat. Gerakan itu begitu cepat
menjalar ke seluruh pelosok daerah Sumatera Timur. Puluhan orang yang berhubungan
Universitas Sumatera Utara
44
dengan swapraja ditahan dan dipenjarakan oleh lasykar-lasykar yang tergabung dalam Volks Front. Di Binjai, Tengku Kamil dan Pangeran Stabat ditangkap bersama beberapa
orang pengawalnya. Istri-istri mereka juga ditangkap dan ditawan ditempat berpisah. Sultan langkat di Tanjung pura pun tertangkap. Demikian juga sultan-sultan lainnya seperti
Sultan Kualoh Leidong, Sultan Asahan, dan sultan-sultan lainnya ditangkap walaupun melakukan perlawanan tetapi pasukan-pasukannya dapat dikalahkan oleh lasykar-lasykar
rakyat. Pada saat itu di Sumatera Timur ada 21 swapraja atau kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan yang dalam Bahasa Belanda dinamakan Inlands Zelfbestuur
swapraja bumiputera. Demikian pula sebagai follow up dari revolusi sosial itu, pada tanggal 8 Maret
1946, keadaan pun semakin genting di Tanah Karo. Pemimpin pemerintahan di Tanah Karo Ngerajai Meliala beserta pengikut-pengikutnya ditangkap dan diungsikan ke tanah
alas Aceh Tenggara. Menghadapi keadaan yang semakin tidak menentu ini, Panglima Divisi X Sumatera Timur, memperlakukan keadaan darurat. Khusus untuk Tanah Karo
Panglima mengangkat Mayor M. Kasim, komandan resimen I Devisi X Berastagi menjadi pejabat sementara kepala pemerintahan sebagai pengganti Ngerajai Meliala.
Selanjutnya pada tanggal 13 Maret 1946, Komite Nasional Indonesia Tanah Karo bersama barisan pejuang Tanah Karo, dalam sidangnya berhasil memutuskan antara lain:
membentuk pemerintahan Kabupaten Karo dengan melepaskan diri dari keterikatan administrasi kerajaan dan menghapus sistem pemerintahan swapraja pribumi di Tanah
Karo dengan sistem pemerintahan demokratis berdasarkan kedaulatan rakyat, kemudian Kabupaten Karo diperluas dengan memasukkan daerah Deli Hulu dan daerah Silima Kuta
Cingkes dan selanjutnya mengangkat Rakutta Sembiring Brahmana menjadi Bupati Karo, KM Aritonang sebagai Patih, Ganin Purba sebagai Sekretaris dan Kantor Tarigan sebagai
Universitas Sumatera Utara
45
Wakil Sekretaris dan mengangkat para lurah sebagai penganti raja urung yang sudah dihapuskan.Usul itu disetujui sepenuhnya oleh peserta sidang dan Mr. Luat Siregar
mewakili Gubernur Sumatera Utara dan disahkan oleh residen Yunus Nasution yang saat itu ikut di dalam rapat tersebut. Dengan demikian terbentuklah sudah Tanah Karo sebagai
suatu daerah dan Rakutta Sembiring ditetapkan sebagai Bupati Karo yang pertama. Penyesuaian kedudukan pejuang dalam pemerintahan, kondisi sosial masyarakat
yang buruk dan pembangunan daerah diabaikan oleh pusat serta masalah ketertiban dan keamanan yang sangat mengganggu sehingga otomatis menghambat roda pemerintahan
daerah. Salah satu contohnya, jika beberapa hari sebelumnya oleh KNI diangkat para Lurah sebagai pengganti Raja Urung dengan wilayah kekuasaan pemerintahan yang sama,
maka untuk menyesuaikan kebijaksanaan sesuai dengan keputusan Komite Nasional Provinsi tertanggal 18 April 1946, diputuskan bahwa Tanah Karo terdiri dari tiga
kewedanan dan tiap kewedanan terdiri dari lima kecamatan. Kewedanan itu adalah: Kewedanan Karo Tinggi berkedudukan di Kabanjahe
dengan wedanannya Netap Bukit, Kewedanan Karo Hilir berkedudukan di Tiga Binanga dengan wedanannya Tama Sebayang dan Kewedanan Karo Jahe berkedudukan di Pancur
Batu, dengan wedanannya Keras Surbakti. 1.
Kewedanan Karo Tinggi terdiri dari lima kecamatan:
a. Kecamatan Kabanjahe dengan camatnya Nahar Purba
b. Kecamatan Simpang Empat dengan camatnya Djeneng Ginting
c. Kecamatan Payung dengan camatnya Tampe Perangin-anginKendal Keliat
d. Kecamatan Barusjahe dengan camatnya Matang Sitepu
e. Kecamatan Tiga Panah dengan camatnya Djamin Karo Sekali
Universitas Sumatera Utara
46
2. Kewedanan Karo Hilir terdiri dari lima kecamatan:
a. Kecamatan Tiga Binanga dengan camatnya Mulai Sebayang Likat Ginting
b. Kecamatan Munthe dengan camatnya Ngembar S. Meliala
c. Kecamatan Juhar dengan camatnya Pulung Tarigan
d. Kecamatan Kuta Buluh dengan camatnya Masa Sinulingga
e. Kecamatan Mardinding dengan camatnya Nuriken GintingTambaten S.
Berahmana 3.
Kewedanan Karo Jahe terdiri dari empat kecamatan:
a. Kecamatan Pancur Batu dengan camatnya Usman Deli
b. Kecamatan Sibiru-biru dengan camatnya Selamat Tarigan
c. Kecamatan Kutalimbaru dengan camatnya Kelang Sinulingga
d. Kecamatan Namorambe dengan camatnya Ya’far Ketaren
Kemudian pada bulan September 1974, Residen Sumatera Timur Abubakar Ja’ar mengeluarkan SK Pembentukan Kewedanan Batu Karang dan Tiga Panah, masing-masing
dipimpin oleh Hasan Basri dan Matang Sitepu.Realisasi pembentukan kewedanan Tiga Panah dapat diwujudkan, namun karena kegiatan pasukan Belanda makin gencar
menyerang Karo Utara, akhirnya pembentukan kewedanan Batu Karang tidak dapat diwujudkan. Adapun susunan dan personalia kewedanan Tiga Panah dengan tiga
kecamatan adalah Wedana Matang Sitepu kecamatan Tiga Panah dengan camatnya Djamin Karo Sekali, kecamatan Barusjahe dengan camatnya Dapat Sitepu dan kecamatan Cingkes
dengan camatnya Babo Sitepu. Demikianlah Pemerintahan di Kabupaten Karo telah tersusun dengan baik. Sibayak-sibayak itu bersedia dengan rela mengundurkan diri dan
menyerahkan kekuasaan mereka kepada kepala-kepala pemerintahan yang baru yang terpilih secara demokratis.
Universitas Sumatera Utara
47
3.1.2 Keadaan Geografis Kabupaten Karo